
Takengon – LintasGayo.co : Sebuah tema sederhana yang diangkat oleh Tgk. Zulkifli Budi, MA ketika menyampaikan pesan taqwa pada khutbah Jum’at (28/03), di Masjid Besar Istiqomah Kampung Simpang Kelaping, Pegasing “Menyikapi Kehilangan dalam Kehidupan”.
Sudah menjadi ketetapan dalam kehidupan kita selaku manusia, bahwasannya Allah SWT akan menguji manusia dengan beraneka ragam ujian. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155, “Niscaya kami akan menguji kamu dengan beraneka ragam cobaan, ada yang merasa kehilangan, ada yang merasa kekurangan tumbuh-tumbuhan, rasa takut dan kelaparan”, ini semua ketetapan Allah yang diujikan kepada kita.
Berdasarkan beberapa point ujian dari Allah dijelaskan ayat tersebut diatas, Tgk. Zulkifli mengambil point “kehilangan” sebagai fokus khutbahnya.
Beliau melanjutkan khutbahnya, bahwa dalam kehidupan dan rutinitas sehari-hari, kita sering mengalami “kehilangan”, namun anehnya dalam menyikapi kehilangan itu justru kadang mengantarkan kita kedalam perbuatan syirik.
Lebih lanjut Tgk. Zulkifli mencontohkan, diantara kita ada yang kehilangan harta benda, seolah-olah habislah dia karena kehilangan itu. Kemudian contoh lainnya, diantara kita ada mengalami kehilangan jabatan, seolah-olah musnahlah dia karena kehilangan itu, sampai-sampai untuk mengembalikan jabatannya tersebut menempuh jalan yang tidak diridhai oleh Allah SWT, naudzubillahi min dzalik, sebut Tgk. Zulkifli.
Pertanyaan sederhana diucapakan Tgk. Zul dalam khutbahnya, “pernahkah kita merasa sedih, merasa kehilangan yang cukup dalam..?, ketika kita kehilangan waktu shalat satu kali saja dalam sehari..?.
Kita masih bisa tersenyum, bahkan merasa anggap enteng manakala shalat kita tinggalkan. Padahal dalam satu riwayat disampaikan oleh Rasulullah bawasannya diakhirat nanti amalan yang pertama sekali diperiksa adalah shalat, jika shalatnya sudah baik maka dianggap baiklah amalan yang lain, akan tetapi jika shalatnya masih buruk, maka dinilai buruklah amalan yang lainnya.
Kita merasa sedih dan menangis ketika harta benda yang kita miliki hilang, kita merasa gusar dan gelisah ketika kita tidak lagi menduduki jabatan. Akan tetapi kita tidak pernah merasa sedih, menangis dan menyesal sedikitpun ketika shalat kita tinggalkan. Padahal tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam dan mengaku beriman, mengetahui bahwa shalat itu hukumnya wajib. Dan tidak sedikit pula yang mengabaikan perintah shalat ini.
Perintah shalat bukanlah perintah yang main-main, sebagaimana diriwayatkan dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj, betapa sulitnya Rasulullah memperjuangkan perintah shalat, dari yang begitu berat menjadi paling ringan bagi diamalkan umatnya, yaitu lima kali dalam sehari semalam, yang sebelumnya diperintahkan sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam.
Hanya lima kali sehari semalam atau sekitar lima puluh menit saja kita diperintahkan untuk melaksanakan shalat. Namun kebanyakan kita masih enggan dan banyak yang memgabaikan perintah tersebut. Padahal Allah selalu melimpahkan rahmatnya kepada kita, nikmat kebun, hasil bumi, nikmat perdagangan, nikmat kesehatan dan banyak lagi nikmat Allah yang tak terhingga jumlahnya.
Lalu mengapa demikian?, ungkap Tgk. Zul dengan nada bertanya. Jawaban umum mungkin membenarkan karena kadar keimanan yang masih rendah. Akan tetapi lanjut Tgk. Zulkifli menjelaskan, hal itu terjadi karena sedikitnya orang Islam memahami ayat-ayat Al-qur’an yang mewajibkan hukum shalat, sedikit yang menghafalnya dan sedikit yang mengetahui kemudian mengamalkannya, jelas beliau.
Sebagaimana kalimat terakhir dalam Surat An-nisa ayat 103, “sesungguhnya ibadah shalat itu diwajibkan kepada orang beriman di waktu-waktu tertentu”. Ini sudah jelas disebutkan bahwa shalat itu wajib dilaksanakan oleh orang yang beriman kepada Allah SWT.
Mendirikan shalat dapat mencegah seseorang yang mendirikannya itu dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat juga bermanfaat bagi kesehatan. Berdasarkan penelitian ahli kesehatan, ternyata setiap gerakan-gerakan shalat mengandung banyak rahasia-rahasia kesehatan bagi tubuh manusia.
Setelah mengetahui hikmah dan keutamaan-keutamaan shalat, masihkah kita meninggalkan shalat, tanpa hujjah yang syar’i.
Di akhir khutbah Tgk. Zulkifli menyebutkan tiga kesimpulan. Pertama, mulai detik ini mari kita ajak diri kita untuk tidak lagi mencoba meninggalkan shalat. Kedua, tanamkan sebuah keyakinan dalam diri kita bahwa sampai dimeja hijau-Nya Allah kelak, hanya shalatlah yang paling pertama sekali diperhitungkan Allah SWT. Kemudian yang ketiga, mengapa kemungkaran dan kekejian sering terjadi di tengah kehidupan orang-orang muslim, jawabannya adalah karena orang-orang muslim disekitar itu tidak mendirikan shalat, sehingga kemungkaran dan kekejian tidak terhindarkan.
(MA)







