[Puisi] (A)nan

oleh

Oleh : Yaumil Fauzi

Dalam pencarianku, engkau hadir dalam jarak. Dari warna yang menjadi semarak lalu tumbuh dan bergerak-gerak. Hebat!

Tak jauh dari disini, di ujung kota sunyi berjajar lilin-lilin api yang membentuk namamu serupa hati yang kaku-kaku meradang dibelai angin yang menjadi dingin.

Nan, boleh kami menangis?
Aku tau engkau pasti tak mengijinkannya

Nan, sebentar saja
Hanya meluapkan kegembiraan karena
engkau telah berada disisiNya

Di bukit itu, engkau bersemayam,
diam tanpa muram
Aku tak tau, harus melawati pagi
tanpa senyum itu lagi
dan hari-hari yang terbagi
hanya dengan rindu di hati

Aku masih ingat,
Ikan yang engkau pancing dengan tawar
Langit yang mendung dengan doa-doamu
Tanaman yang subur dengan mantramu
Dan irisan-irisan luka lalu perih yang sembuh dengan sentuhanmu

Teriaklah, marahlah kepadaku
sungguh aku takkan lupa itu

Nan, boleh kami menangis?
Aku tau engkau pasti tak mengijinkannya

Nan, sebentar saja
ada yang aku lupakan
Aku belum mencium kakimu

Anan, sampai ketemu lagi
di hari, yang telah diberkahi
untukmu doa di pelukan Ilahi

Surabaya, 15 maret,
2014 malam

 

Puisi:

Lindap

Oleh Yaumil Fauzi

Tak ada zahid yang mengalun,
kelabat teriak si pemburu
Lindap sembunyi dari kelabu
melamun ke sesuatu yang jauh

Gerakkanlah
satu persatu
Ikutilah lantunannya
“jangan lebih,”
Namun tak harus kau contoh

Bersarang di balik burqa
Menyapu wahyu dengan,
anggunnya

Matanya menjelma alunan
tirus. Mulailah dari kehampaan
Carilah,
di pojok-pojok hiatus
Dan…
akhiri dengan ketiadaan

…mari kita diam…
sejenak,

Agar
waktu
yang
samar
Bisa
diterjemahkan

Surabaya, pojok,  29 nop 2013

foto yaumilBiodata: Yaumil Fauzi, Lahir di desa Asir-Asir, 1988, lalu. Lulusan Magister Rekayasa Transportasi ITS-Surabaya ini, menjadi penggiat teater di Kampusnya. Banyak menulis puisi, cerita pendek dan naskah drama.

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.