Oleh : Ismar Ramadhani*

INI bukanlah berita kriminal atau bagian dari serangkaian kekerasan sebagai bagian hiruk pikuk kampanye yang mulai gencar akhir-akhir ini. Tapi ini adalah sebuah upaya membangun trend baru yang telah muncul di dataran tinggi Gayo. Bom Kopi dan kopi mainstream. Yaitu sebuah upaya untuk menjadikan KOPI sebagai isu utama dalam segala aspek kehidupan masyarakat Gayo.
Kopi Mainstream, kata mainstream mungkin cukup familiar bagi sebagian orang. Mainstream berarti peng-arus utamaan sebuah isu. Maka ketika menambahkan kata kopi di depannya, kalimat singkat ini kurang lebih berarti menjadikan kopi sebagai isu utama dalam ‘perbincangan’ sosial masyarakat Gayo, baik soal wacana kekinian bahkan pada tataran perencanaan kebijakan. Semua pertimbangan harus menjadi semua hal tentang kopi sebagai acuan.
Lalu, bagaimana maksud dari peng-arus utamaan isu kopi ini? Sebagaimana diketahui bahwa, kopi merupakan komiditi unggulan Dataran Tinggi Gayo. Bahkan pada tahun 2013 jumlah ekspor kopi Arabika Gayo mencapai Rp.3,8 triliyun. Kopi juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Gayo sejak dulu dan sekarang. Mayoritas masyarakat menggantungkan kehidupannya pada komiditi ini.
Tapi, apakah Kopi telah menjadi isu utama di dataran tinggi Gayo? Apakah semua kebijakan sedang mendukung kopi sebagai komuditas unggulan? Apakah semua pihak sedang mengupayakan untuk meningkatkan nilai jual kopi? Kopi Specilaty, oleh Erna Knutsen telah di prediksi akan mengalami perkembangan yang baik. Seorang perempuan yang menfokuskan hidupnya pada perdagangan kopi ini bahkan menjuluki kopi sebagai Jewel Green. Bahkan ditahun 1980 kopi specialty telah menjadi minuman pilihan yang sempurna bagi profesionalisme muda di New York yang rela membayar mahal untuk kualitas hidup yang berkelas. Lebih awal dari itu pada tahun 1966, sebuah kedai kopi Berkeley Coffee Shop dibuka dan pemiliknya Alfred Peet seorang imigran Belanda telah memulai melakukan cupping terhadap kopi Kenya. Pemilik kedai ini juga termasuk orang yang mempelopori gerakan kopi specialty di Amerika Serikat pada masa itu.
Berkaca dari keseriusan negara importir untuk mempelajari kopi. Maka pertanyaan berikutnya , sejauh mana Gayo telah mengkaji dengan serius kopi sebagai komoditi unggulan. Hal inilah yang menurut saya harus menjadi perenungan bersama dan memulai membincangkan kopi dengan lebih serius.
Apa yang harus kita bincangkan?
Jika ditanya, apa yang harus dibincangkan dan poin apa saja yang penting untuk menjadi tema. Mari melihat pada 5 persyaratan Kopi itu enak atau tidak. Persyaratan itu dapat dianalogikan dengan menggunakan telapak tangan. Jari telunjuk adalah Petani, jari manis adalah prosesor, jari tengah adalah roaster, dari telunjuk adalah barista dan jempol adalah peminum kopi. Kelima hal ini dan beberapa turunannya adalah isu yang harus diperbincangkan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam setiap kebijakan pemerintah.
Pertama, Petani. Petani adalah komponen awal yang sangat menentukan bagaimana kopi yang akan dihasilkan. Sebagai penentu awal kualitas kopi, sudah seharusnya masyarakat di dataran tinggi Gayo mendapatkan pendampingan dari pihak Dinas terkait. Perbincangan yang seharusnya dilakukan terkait dengan lahan, pemilihan benih, proses perawatan, pemupukkan, dan pemanenan. Sebab sejak ditanam sampai pada saat kopi merah dan siap di petik. Kekayaan citarasa kopi ada ditangan petani sebagai pemangku kepentingan awal atas komditi ini. ada sebuah harapan, kerja petani akan semakin efektif dan menghasilkan kesejahteraan lebih dari Kopi. Pada poin ini seharusnya, para petani yang bekerja dengan baik mendapatkan harga yang pantas atas kopi yang dihasilkan. Seharusnya ada peraturan yang mengatur tentang harga kopi minimum, dan harga tersebut dapat mencukupi nilai standart hidup masyarakat. Maklum, terkadang di butuhkan 4 kilo kopi merah untuk mendapatkan sekilo beras. Maka perbincangan tentang petani dan kesejahteraannya dalam melakukan penanaman kopi haruslah dibincangkan dengan lebih serius.
Kedua Prosesor. Prosesor adalah pihak kedua yang bertanggungjawab terhadap kualitas kopi. Prosesor bisa saja adalah petani yang terlibat atau murni toke-toke (pengepul) dengan spesifikasi masing-masing. Prosesor biasanya bertanggungjawab pada proses pengepulan dari petani, penggilingan cherry menjadi gabah, pencucian, penjemuran, dan menjadikan kopi dalam bentuk green bean. Beberapa petani, atau prosesor ada yang memproduksi langsung kopinya dalam bentuk bubuk atau sebatas menjual dalam bentuk gabah atau green bean. Mengingat sebuah tanggungjawab yang besar. Akan sangat arif bila pihak prosesor ini juga dilibatkan secara aktif dalam upaya menjaga kualitas kopi yang baik dari dataran tinggi Gayo. Untuk itu, sudah seharunya juga para prosesor mendapatkan apresiasi dengan memberikan mereka pelatihan atau penghargaan atas apa yang sudah dilakukan. Pelatihan-pelatihan dan edukasi yang terus menerus, harapannya dapat menjadi modal awal stakeholder kedua ini dapat bekerja dengan lebih baik. Selain harus ada kerjasama dan kejelasan dalam pergadangan kopi dengan pihak pertama, yaitu petani.
Ketiga Roaster: Roaster adalah pihak yang bertanggungjawab dalam proses penggongsengan kopi. Roasthing dewasa ini dilakukan dengan menggunakan amesin-mesin yang sudah modern. Di dataran tinggi Gayo saat ini telah terdapat sejumlah home roaster yang berfokus pada penggosengan kopi. Dengan bantuan roaster, saat ini kita dapat menikmati kopi Arabika dalam sensasi rasa yang terjaga. Ditangan roaster ini, green bean yang seharga Rp.60.000, atau Rp 65.000, dapat dihargai Rp. 200.000,an perkilo. Keahlian khusus sangat dibutuhkan dalam meroasthing, termasuk pengetahuan yang utuh terhadap kopi yang akan di proses. Sehingga akan sangat menarik bila diadakan pelatihan-pelatihan meroasthing di Gayo. Harapannya akan terlahir para ahli roaster terbaik untuk ke depannya.
Keempat Barista; Barista adalah julukan yang diberikan pada seorang peracik/ penyaji minuman kopi. Sama seperti bartender. Barista diharuskan untuk memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup etrhadap kopi sebagai bahan dasar dari minuman yang dihasilkan. Seorang barista haruslah cerdas untuk mengetahui kopi apa yang akan disajikan dan siapa yang menikimati kopi yang dibuat. Barista kedepannya haruslah menjadi pekerjaan yang prestise. Menurut saya akan sangat baik bila anak-anak di Gayo ingin menjadi Barista. Sebab di kota-kota besar, ketenaran sebuah Cafe juga sangat ditentukan oleh Barista yang mereka miliki. Dalam bayangan saya akan sangat membanggakan bila Gayo memiliki sekolah tinggi Barista. Dan melahirkan barista-barista terbaik yang dapat menjadi pesaing pada tingkat nasional dan internasional. Untuk hal ini tentu kita harus belajar banyak dari negara lain, seperti Australia yang serius melakukan pelatihan-pelatihan Barista.
Kelima Peminum Kopi; Menemukan peminum kopi yang telah menyadari nikmatnya kopi Arabika, tidaklah semudah yang dibayangkan. Apalagi peminum kopi yang mengedepankan aspek kesehatan, yaitu ngopi tanpa gula.Sebab sebagian masyarakat dataran tinggi Gayo sendiri masih begitu setia pada rasa kopi yang pekat, lebih pahit dan bercampur gula. Kebiasaan lama mengkonsumsi kopi jenis ini masih menjadi tantangan tersendiri bagi sosialisasi kopi Arabika Gayo yang sehat. Kadar kafein yang lebih tinggi kerap menjadi penyebab sejumlah penyakit. Bahkan sebagian orang tua yang dulunya adalah pengopi holik, harus merelakan diri untuk tidak menikmati kopi di usia senja karena alasan kesehatan. Kopi jenis Arabika, khususnya Arabika Gayo memiliki sejumlah keunggulan bagi kesehatan. Akhir-akhir ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa kopi dengan kadar kafein tertentu justru dianjurkan di minum untuk alasan kesehatan. Saat ini sejumlah penggiat kedai kopi Arabika Gayo tengah melakukan edukasi terhadap masyarakat atas pertimbangan kesehatan ini. Selain mengkampanyekan ngopi sehat. Pembagian informasi pada peminum kopi juga diperlukan untuk membangun kesadaran bahwa kopi dengan kualitas terbaik memang harus dihargai dengan mahal dan pantas.
Inilah sejumlah hal yang dapat dibincangkan secara intens di Gayo. Tentu ada bagian-bagian lain yang belum terincikan dalam tulisan ini. harapannya, kopi akan benar-benar menjadi primadona di Gayo dan menjadi produk ekspor yang diminati. Dari keberhasilan tersebut, sebuah mimpi tentang masyarakat dataran tinggi yang sejahtera dan hidup dalam damai dapat terwujud. Tuhan sedang tidak bermain-main saat menjadikan dataran tinggi Gayo sebagai lahan yang sesuai untuk tanaman kopi. Persoalan sekarang, sejauh mana masyarakat dataran tinggi Gayo menempatkan kopi dalam kehidupannya. Ini merupakan pertanyaan yang harus dijawab bersama. Jadi, mari sama-sama membincangkan tentang kopi dan kesejahteraan masyarakat.
*Penulis adalah Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)