Jakarta-LintasGayo.co : Keberadaan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Aceh (IPMA) Padangpanjang sejak beberapa tahun silam pasca kefakumannya, padahal IPMA adalah wadah tersendiri bagi generasi muda Aceh di Padangpanjang. Semua etnik Aceh menjadi satu bersama IPMA yang diketuai oleh Ansar Salihin, mahasiswa ISI Padangpanjang asal Bener Meriah.
Kondisi ini, menurut Ichsan, mantan ketua umum IPMA priode 2010/2011 Selasa 18 Maret 2014 dalam siaran persnya menyatakan sejak pendiriannya merupakan organisasi serumpun Aceh yang didalamnya ada etnik Aceh kepulauan (Simeulu Sabang), Etnik Aceh Pegunungan (Gayo) dan Etnik Aceh Pesisir (Timur, Barat, Selatan, Utara).
“IPMA yang diinisiatorkan oleh salah satunya Sulaiman Juned pernah menyampaikan pada saya bahwa IPMA harus menjadi wadah untuk semua etnik,” ungkap Ichsan.
Dikatakan, persatuan atau perhimpunan kultur Aceh cenderung terbagi atas beberapa kelompok, diantaranya Gayo, dan Aceh layaknya kantor perhubungan di Jakarta. “Kita berharap hak demokrasi setiap kelompok atau individu bukan untuk mebuat Aceh pecah namun bersatu dalam banyak warna,” tegas Ichsan.
Dia juga mengecam, pihak-pihak yang ingin memecah Aceh merupakan pihak yang tak bahagia dengan perdamaian dan senang melihat setiap negeri hancur. Bila persoalannya adalah pembangunan dan pembagian hak pembangunan, semua ada prosedurnya, sehingga bukan dengan perpecahan untuk pembagian hak tercukupi.
“IPMA sebagai organisasi pelajar dan mahasiswa Aceh ke depan harus jadi simbol utama pemersatu Aceh dalam bahasa nasionalnya Indonesia. IPMA harus nasionalis dengan bahasa tingkah dan buat,” kata Ichsan.
Islam sebagai warna ke-aceh-an menjadi simbol utama, kata dia. “Anggota IPMA merupakan pelajar dana mahasiswa berada di Padangpanjang yang berasal dari provinsi dengan tidak melihat suku, etnik dan sebagainya,” pungkas Ichsan yang sekarang menjabat Wasekjen Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI) ini. (SP)