Oleh: Ismar Ramadhani

PERNAHKAH anda mendatangi warung kopi langganan. Saat sang Barista datang dan menghampiri tempat anda duduk dan bertanya apa yang menjadi pesanan Anda, anda menyebutkan ‘biasa ya’ dengan akrab dan saling tahu. Tapi apakah anda sedang menganggap kata ‘biasa ya’ itu biasa-biasa saja?. Ternyata tidak sesederhana yang di bayangkan. Setidaknya, itu yang diceritakan oleh Komar, seorang Barista disalah satu Cafe Arabika Gayo di Banda Aceh.
Pagi itu Komar bercerita. Bahwa, ada begitu banyak pelanggan yang memesan dengan menggunakan kata ‘biasa ya’. Saat saya bertanya, bagaimana Komar mengetahui maksud dari kata ‘biasa ya’ itu.
Menurutnya, pesanan ‘biasa ya’ mengacu pada dua hal. Pertama, kopi biasa dan kedua, Kopi yang biasa di minum oleh si pemesan. Ehm, itu tetap agak membingungkan. Bagaimana dia membedakan pesanan antara kopi biasa dan kopi yang biasa di pesan oleh pelanggan.
Dalam penuturannya Pria hitam manis berkumis tipis ini bercerita, dia selalu berusaha mengenali pelanggan pertamanya dengan baik. Mengamati apa yang diminum pada pertama kali kunjungan. Termasuk mencari informasi dari perbincangan-perbincangan awal. Apakah dia peminum kopi Arabika pemula atau orang yang sudah terbiasa menikmati kopi.
Bagi mereka yang pemula, kata ‘biasa ya’ cendrung mengacu pada kopi biasa. Dan Komar menfenisikan kopi biasa ini dalam dua pilihan menu; Kori’ah dan Black Coffee.
Di Cafe tempatnya bekerja, setidaknya 10% dari yang menyebutkan ‘biasa ya’ mengacu pada Kori’ah, yaitu salah satu minuman kopi ringan ala kedai ini yang banyak diminati oleh mereka yang tidak terlalu suka rasa kopi yang kuat. Kopi ringan ini dibuat dengan Coffee Maker, menghasilkan kopi yang tidak terlalu pekat namun nikmat. Masih menurut Komar, dia selalu dapat menebak bahwa dari jumlah 10% pengunjung itu memang menginginkan Kopi ringan.
Selain Kopi Ringan, ‘biasa ya’ juga mengacu pada Black Coffee.
Secangkir Kopi yang dibuat dengan mesin espresso, namun lebih encer dari espresso itu sendiri. Secangkir kopi Black Coffee adalah pilihan bagi mereka yang menikmati kopi dengan sangat. Sebagian besar darinya adalah orang-orang yang serius dengan pekerjaan dan ingin mendapat sedikit ‘ketenangan. Balck Coffee juga pilihan bagi mereka penikmat kopi. Pertanyaan saya berikutnya, bagaimana pria ini tahu seseorang akan meminum kopi ringan atau berat?
Pengamatan, begitu jawab Komar. Mengamati bagaimana orang menikmati kopi. Termasuk pertanyaan-pertanyaan yang terkadang di ajukan sebelum memesan kopi atau sekedar pujian yang diberikan oleh si peminum kopi adalah modal baginya, untuk mengetahui si pelanggan dan kopi kesukaannya.
Ternyata, seorang Barista memiliki kemampuan mengamati dan daya ingat yang sangat hebat. Menurut Komar di butuhkan satu kali atau dua kali kunjungan dari seorang pelanggan dan dia sudah tahu apa maksud dari kata ‘biasa ya’ yang dipesan. Saat saya bertanya, apakah kata ‘biasa ya’ itu penting baginya. Menurutnya, menyajikan kopi yang tepat dengan pesanan menu ‘biasa ya’ dapat menghadirkan kebahagiaan pada si peminum kopi. Hal ini juga memberi rasa bahagia yang sama pada sang Barista.
Betapa specialnya kata ‘biasa ya’
Semua orang ingin di kenal, di pahami dan di mengerti. Saling mengenal, sampai pada tahap ‘tahu banyak’ menjadi sebuah kesenangan yang sangat manusiawi. Ini juga yang terjadi pada mereka yang menjadi pelanggan tetap sebuah Cafe. Saling mengenal antara pelanggan dan sang Barista di tunjukkan dengan cara sederhana, yaitu kata ‘biasa ya’ untuk memesan kopi yang ingin dinikmati. Akhirnya kata ‘biasa ya’ bukanlah kata yang biasa. Tapi menunjukkan sebuah hubungan yang special antara peminum kopi dan yang membuatnya. Lebih tepatnya lagi, ‘biasa ya’ mengacu pada betapa special kopi yang disajikan dan hubungan sosial yang terjadi karenanya.
Ismar Ramadhani adalah perempuan pencinta kopi Gayo dan staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)