Oleh: Drs. Jamhuri Ungel, MA

BANYAK orang yang telah memberi definisi tentang Gayo, ada yang mendefinisikannya dengan gaya artinya orang-orang Gayo adalah orang-orang yang bergaya atau gagah, Gayo juga diartikan dengan kepiting (gerep) dan ada juga perspektif lain yang mengartikan Gayo dengan ka yoe artinya takut dan masih banya definisi lain yang diberikan untuk mengenal makna kata Gayo. Namun yang jelas makna-makna yang diberikan masih bersifat mencari makna dasar dari kata Gayo tersebut. Sehingga makna yang diberikan sangat berhubungan dengan pemikiran dan emosional pemberi makna, tapi ada makna lain dari kata Gayo yang selama ini tidak terpikirkan yaitu makna relasional Gayo.
Gayo tidak bisa lepas maknanya dari wilayah Gayo yang mencakup kini menjadi daerah Administrasi Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues dan Bener Meriah. Pada mulanya wilayah Gayo bisa kita katakan mencakup daerah Linge dan sekitarnya berdasarkan “Asal Linge awal Serule”. Dari sinilah orang Gayo mencari kehidupan ke daerah Laut (Gayo Lut) dan ke daerah daratan (Gayo Deret) dengan landasan falsafah “sempit mungenaki lues” dan dari Gayo Lut selanjutnya berkembah ke daerah Aceh Tengah dan sekitarnya (Bener Meriah) dan dari Gayo Deret berkembang dan meluas ke daerah Gayo Lues dan ke Kota Cane sampai ke daerah Karo bahkan dari Gayo deret ini tembuk ke daerah Aceh Timur dan Tamiang sekarang ini.
Makna Gayo tidak hanya melekat pada daerah Gayo seperti yang telah disebutkan tetapi juga melekat pada mereka yang mempunyai garis keturunan dan darah Gayo, orang Gayo ini sebagian besarnya menetap pada daerah-daerah yang telah disebutkan dan masih banyak juga yang tinggal dan menetap di daerah selain yang disebutkan. Sudah lama orang Gayo menjalin hubungan dengan orang-orang di luar Gayo, baik melalui perdagangan, pendidikan atau juga perkawinan, sehingga banyak orang mengatakan sebenarnya bila ditelusuri garis keturunan individual orang Gayo maka jarang kita bisa menemukan garis keturunan yang tidak bercampur dengan orang diluar Gayo. Namun mereka ini tidak bisa kita katakan dengan orang yang bukan Gayo, sama halnya dengan mereka yang tinggal di luar daerah Gayo yang kini tidak bisa lagi berbahasa Gayo, karena mereka lahir tidak di Gayo dan bahkan selanjutnya berkeluarga dengan orang yang berasal dari Gayo. Mereka ini adalah orang Gayo dalam makna relasional Gayo.
Semakin majunya peradaban dan semakin luasnya mobilitas manusia menjadikan makna relasional menjadi penting, karena dengan makna ini bisa katakan bahwa jumlah orang Gayo itu menjadi lebih banyak dan orang Gayo itu ada dimana-mana. Pengetahuan tentang makna relasional juga sangat penting bagi orang Gayo itu sendiri sehingga orang Gayo selalu memiliki identitas Gayo sejauhmanapun jaraknya kekerabatan yang mereka miliki, memang tidak bisa dihidari adanya identitas ganda bahkan multi identitas karena sebenarnya itulah identitas yang mereka miliki. Yang penting mereka yang berpengatuan tentang adanya relasional identitas tidak akan pernah menghilangkan darah identitas yang mengalir pada dirinya.
Makna relasional ini bisa dijadikan sebagai landasan pembangunan asal identitas, sehingga mereka yang mempunyai identitas Gayo tidak bisa membiarkan Gayo menjadi terbelakang dari segala segi pembangunan baik fisik ataupun non fisik dan mereka yang berada di luar Gayo selalu menjadi duta yang mempromosikan Gayo di tempat mereka mencari kehidupan.
Penulis adalah Dosen Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.