(Deskripsi Cinta Keluarga Muslim)
Oleh: Hasan Basri, S.Ag

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta mencintai dan rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Q.S Ar-Ruum: 21)
1. Terminology Cinta
Telah banyak buku/novel tentang cinta yang telah ditulis, dan diterbitkan, diantaranya buku “Taman Orang-Orang Jatuh cinta dan Memendam Rindu”, novel “Tilawah Cinta”, “Ketika Cinta Bertasbih”, “Mihrab Cinta”, “Ayat-Ayat Cinta”, “Fiqih Cinta”, “Cinta Ini Hanya Untukmu”. Namun setelah kita telusuri, dan cermati, maka kita akan kesulitan menemukan terminologi, pengertian dan defenisi cinta dalam literature tersebut, yang dapat dijadikan standar atau acuan untuk merealisasikan cinta dalam realitas kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, politik dan beragama. Terminologi cinta tidak dapat disebutkan dengan untaian kalimat, cinta hanya dapat dirasakan dalam relung-relung jiwa. Cinta adalah abstrak namun dapat dihadirkan dalam tindakan nyata.
2. Deskripsi Cinta Dalam Keluarga
Rhoma Irama dalam salah satu bait lagunya pernah mengatakan “Hidup tanpa cinta laksana taman tanpa bunga”. Keindahan taman tentu sangat bergantung dari beragamnya bunga-bunga yang tertata rapi, terawat dengan aneka warna dan aroma serta bentuknya, yang menghiasi taman tersebut. Keluarga atau rumah tangga adalah ibarat taman, yang tidak akan indah bila tidak dihiasi dengan bunga. Rasulullah pernah menyatakan bahwa “Rumah tanggaku adalah syurgaku”(Al Hadits), keindahan syurga merupakan suatu keindahan yang dideskripsikan dengan taman-taman yang indah, kebun-kebun yang dipenuhi dengan buah-buahan yang lezat, sungai-sungai yang mengalir, suasananya nyaman dan tenang, jauh dari kebisingan dan kehingar bingaran. Agar suasana dalam rumah tangga dapat dianalogikan dengan “syurga”, kesanggupan untuk menghadirkan rasa saling cinta mencintai merupakan suatu keniscayaan. Cinta tidak dapat dipaksakan, cinta hadir dari relung-relung hati yang paling dalam, cinta melahirkan tindakan yang jauh dari prasangka negatif, terhindar dari intervensi nafsu syahwat. Mencintai orang lain menyenangkan, sebaliknya dicintai orang lain tentu lebih menyenangkan, bila kita mencintai suami / istri maka yakinlah bahwa kita akan mendapatkan balasan kecintaan yang lebih dari cinta yang kita berikan.
Maha suci Allah yang telah menaburkan benih-benih cinta diantara suami dan istri, diantara orangtua dan anak-anaknya, sebagai percikan dan serpihan dari salah satu Sifat Allah yang maha suci, terhadap hambanya, andaikan kehidupan rumah tangga seorang muslim tidak ditaburi dengan rasa cinta, maka kehidupan dalam rumah tangga itu akan terasa gersang, kering kerontang dan hampa. Tanpa kehadiran cinta dalam rumah tangga maka tidak ada yang terasa indah saat dipandang, tidak terasa menyenangkan saat didengar, hatipun kering, tidak ada rasa gembira dan ceria menyelimuti rumah tangga itu.
Cinta yang dibangun dalam rumah tangga muslim bukanlah cinta birahi, bukan pula cinta hewani, juga bukan cinta syaithani, bukan cinta yang memabukkan fikiran serta membutakan mata hati, bukan cinta seperti dalam roman Shakespeare Romeo & Juliet, yang meminta cinta sehidup semati. Cinta yang dibangun dalam bangunan rumah tangga muslim adalah cinta yang terukur dengan kemuliaan agama (cinta relegius) takaran itu dibutuhkan bukan untuk menghambat dan mematikan api cinta dalam rumah tangga, tapi untuk mengatur agar api itu tidak membakar yang dapat menghanguskan bangunan rumah tangga muslim. Cinta dalam rumah tangga muslim adalah cinta sejati nan fitri yang dihiasi dengan nuansa ilahiyah.
3. Abstraksi Cinta
Cinta yang harus dihadirkan dalam struktur dan tatanan keluarga muslim, adalah cinta yang menembus batas fisik kemanusiaan, yaitu cinta yang mampu menghadirkan keridaan serta kecintaan Allah dan RasulNya, kekasih yang diharapkan bukan sekedar sedap dipandang, enak untuk didengar tutur katanya, tapi juga memberikan kekuatan ruhiyyah pada masing-masing individu dalam rumah tangga itu. Persoalannya cinta dengan dasar ruhiyyah itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh mereka yang bertakwa, maka bangunlah rumah cinta dalam kalbu kita dengan dasar ruhiyyah, niscaya akan menghadirkan cinta yang berlimpah dari manusia dan cinta dari Allah serta RasulNya.
*Kepala KUA Kecamatan Celala. Aceh Tengah