Takengon | LintasGayo.co-Masyarakat selalu dijadikan objek dalam pemilu. Karenanya, partai politik dan calon anggota legislatif (caleg) diminta lebih cerdas.
“Bukan uang atau barang yang kami minta. Tapi, pencerahan. Bagaimana caleg yang nantinya duduk sebagai anggota dewan bisa menindaklajuti segala permasalahan yang kami hadapi ke dalam lingkup tugas mereka ,” kata Zulman, warga Uning Pegantungen, Kec Bies, Minggu (8/12/2013).
Ditegaskannya, caleg semestinya lebih cerdas. Memberikan pemahaman dan memberikan contoh yang benar kepada masyarakat. Tidak memberi-berikan uang, barang atau menyesatkan masyarakat prihal tugas kedewanan.
“Ini selalu dana aspirasi yang disampaikan ke kami. Kasih uang, jilbab, seragam pengajian, bola volley, pupuk, mulsa, membantu pembelian tanah masjid, sampai ada yang ngasih sapi. Apa itu tugas dewan,” tanyanya heran.
Di lain pihak, jelasnya, masyarakat diminta untuk tidak memilih caleg-caleg yang ngasih uang, materi atau melakukan pembodohan terhadap masyarakat.
“Jangan lagi pilih caleg-caleg seperti itu. Pekerjaan mereka pun, mereka tidak tahu. Apalagi, kalau sudah duduk. Pasti, bakal mengembalikan modal atau hutang melalui proyek, fee, dana aspirasi atau pengadaan barang dan jasa. Sebab, sudah membeli masyarakat dengan uang dan materi.Berapa lah nilai uang 200 ribu lima tahun. Cuma, Rp. 108. Mau jadi apa daerah ini jika kita terus seperti ini,” keluhnya.
Dampaknya, daerah ini tergadaikan. Tidak ada lagi tempat masyarakat untuk mengadu. Selain itu, masyarakat pun tersandera, seperti yang sudah-sudah. Soalnya, tidak bisa menuntut kinerja wakil-wakil mereka di dewan. Akhirnya, tambah ‘mukaram’ dan terpuruk daerah ini.
Dalam amatannya, masyarakat sekarang sudah mulai berubah. Karena, sudah muak dengan situasi perpolitikan serta tingkah laku elite politik dan dewan. “Kalau ada yang ngasih, diterima. Tapi, kalau milih belum tentu,” sebutnya. (gm)