Oleh: Tarmizi A. Gani

BERGERAK dari keinginan saya bersama teman – teman sewaktu masih tinggal di Denmark untuk meningkatkan pembangunan ekonomi petani di Aceh, sekaligus menghidupkan lahan terbiar menjadi lahan produktif, saya coba dapatkan beberapa ide, antaranya saat ini saya sedang kembangkan tebu dengan pola ”tanom reubah”, sebuah metode yang saya temukan hasil dari kajian saya dalam beberapa bulan ini.
Pola ini di harapkan bisa menjadi inspirasi baru buat petani di Aceh dan di daerah lainnya dalam memanfaatkan lahan terlantar.
Caranya adalah, tebu Pola tanom reubah, di lakukan dengan mebuat parit kecil yang lurus, mencangkul tanah dengan kedalaman 10 cm dan luas 10 cm tentunya setelah tanah di bersihkan, parit tersebut di buat dari arah selatan ke arah utara untuk menjaga kebebasan arah angin bergerak saat tebu mulai membesar.
Setelah parit siap di gali, petani langsung saja memasukkan batang tebu kedalam parit tersebut layaknya orang menanam pipa, parit yang sudah di isi batang tebu di tutup dengan menggunakan tanah atau bisa juga dengan menggunakan sekam dengan kadar satu sampai 2 cm di atas batang tebu.
Jarak tanam dari satu baris tanaman tebu kebaris lainnya adalah satu meter, jarak satu meter ini untuk memudahkan kita memasang penyangga agar tebu tetap bagus, tegak dan lurus sebelum di panen.
Setelah tebu mencapai ketinggian 1,5 m, kita sudah bisa mulai mesang penyangga tahap pertama, sedangkan penyanga tahap kedua bisa di lakukan setelah tebu berumur 2,5 m, jika batang tebu sudah melewati penyangga kedua berarti petani sudah mulai bisa memanen tebunya.
Metode memasang penyangga adalah, di sebelah kiri dan kanan pokok tebu di tanam tiang dengan jarak 20 cm, artinya 10 cm kesebelah kiri dan 10 cm kesebelah kanan dari dasar batang tebu tumbuh, dari tiang satu ke tiang kedua dan seterusnya di sebelah kiri dan kanan tebu bisa di tarik tali dengan kukuh atau bisa juga dengan menggunakan pokok bambu yang sudah di belah empat, jarak tiang di tanam mengikut baris tebu sesuai kebutuhan yang di perlukan agar penyangga yang di pasang atau di ikat pada tiang – tiang tersebut sanggup menghalang tebu dari rebah ketanah.
Berdasarkan demplot percobaan yang saya buat di Kampung Jaba kecamatan Peudada, Bireuen, Aceh, tebu mulai tumbuh 18 hari setelah di tanam atau bisa saja lebih awal, dan setiap buku – buku (atot – Aceh) tersebut akan tumbuh minimal satu batang tebu di awalnya, dan akan terus tumbuh batang – batang lainnya secara bertahap.
Untuk 2,5 m hingga 3 m tebu bisa mencapai 20 buku (atot – Aceh) artinya jika bibit yang di gunakan memiliki panjang dengan ukuran tersebut bermakna petani akan melakukan panen perdana nantinya minimal 20 batang hingga 40 batang, dengan masa panen setelah 6 hingga 8 bulan atau 2,5 meter hingga 3 meter.
Saat yang paling cocok penanaman tebu di lakukan adalah pada bulan oktober, november, desember hingga januari, dengan alasan di bulan tersebut memiliki curah hujan yang mencukupi.
Untuk hasilnya dengan mengembangkan tebu pola tanom rebah tentu sangat lumayan, apa lagi di Aceh jika panen jatuh di bulan ramazan, para peminat air tebu cukup ramai, hinggakan sebatang tebu yang berukuran 2,5 m hingga 3 m mencapai Rp 3500,00- bahkan bisa lebih jika permintaan terus meningkat.(acdenmark2010@gmail.com)