Kalangan LSM Gayo Tolak Mekanisme dan Hasil Rekrutmen Fasilitator Rehab/Rekon Gempa

oleh
sejumlah warga berada diantara puing bangunan masjid Kampung Cekal, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco-aman.ZaiZa)
sejumlah warga berada diantara puing bangunan masjid Kampung Cekal, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco-aman.ZaiZa)
sejumlah warga berada diantara puing bangunan masjid Kampung Cekal, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco-aman.ZaiZa)

Takengon – Lintas Gayo.co: Tidak hargai kearifan lokal sejumlah LSM lokal di dataran tinggi Gayo menolak mekanisme dan hasil rekrutmen fasilitator Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa di Gayo yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat.

LSM yang menolak mekanisme perekrutan Fasilitator Rehab/Rekon Gempa Gayo antara lain LSM Redelong Institute, melalui Direkturnya Fakhruddin, menyebutkan proses rekrutmen Fasilitator  Rehab/Rekons Gempa Gayo, tidak transparan dan professional.

Selain itu pihak panitia yang melibatkan rekanan konsultan dari re-Kompak Jakarta tidak menghargai kearifan lokal sehingga beberapa persyaratan untuk menjadi tenaga fasilitator kurang diindahkan.

Bukti lainnya, ungkap Fakhruddin, panitia tidak professional dalam mengumumkan hasil seleksi administrasi sehingga pada pelaksanaan test ujian tertulis hanya diumumkan melalui hp pesan singkat (SMS) sehingga dinilai tidak transparan oleh peserta dan masyarakat luas

Menurut Fakhruddin, ini merupakan salah satu bentuk pembodohan ditengah banyaknya media cetak baik lokal maupun nasional, selain itu,peserta tes diumumkan oleh nomor ponsel lebih dari satu nomor bahkan ada sms yang masuk kecalon peserta lulus adm dan mengikuti ujian tertulis jadwal yang disampaikan berbeda-beda.

“Ini telah membuat persepsi,  dan pantas diduga ada permainan panitia di balik rekrutmen tersebut,”  tukas Direktur LSM Redelong Istitute ini tadi pagi.

Pernyataan tidak profesionalnya perekrutan Fasilitator Rehab/Rekons Gempa Gayo ini diutarakan oleh salah satu calon peserta test,  Wijaya. Menurutnya pengumuman peserta lulus adm dan akan mengikuti test tertulis disajikan via SMS, bahkan tidak dari satu nomor lebih dari satu, namun ketika dikonfirmasi kepihak panitia hanya ada satu nomor yang digunakan yakni nomor ponsel 085207673646, akan tetapi belakangan peserta ikut tes ujian tertulis juga dihubungi via nomor ponsel 085285806488 dan 085285806522.

“Anehnya mereka (peserta-red) dapat mengikuti ujian tertulis tersebut,” kata Wijaya.

Bobroknya perekrutan fasilitator Rehab/rekons Gempa Gayo ini juga diungkapkan oleh lembaga Forum Rakyat Bener Meriah, melalui juru bicarnya Ardinata. Dimana, Ardinata menyatakan menolak proses rekrutment dan hasil test uji Fasilitator Rehab/Rekons Gempa yang dilaksanakan oleh pihak BNPB Pusat melalui tim konsultan re-kompak yang jelas-jelas kurang memahami kultur budaya di Gayo bahkan menjadi salah satu persyaratan dalam penilaian peserta yang lulus tes administrasi dan ujian tes tertulis.

Ardinata juga menilai pihak panitia tidak memberikan kesempatan kepada putra-putra daerah yang juga bahagian dari korban Gempa, untuk menjadi Fasilitator buktinya dari test uji tertulis yang dilaksanakan oleh re- kompak pada 31 Oktober di Aula GOS Takengon, hanya 30 persen putra daerah yang dipanggil sisanya berasal dari luar Aceh Tengah dan Bener Meriah.

“Begitu juga tes ujian tertulis gelombang kedua yang dilaksanakan di ruang aula Oproom Setdakab Aceh Tengah, dari 26 peserta hanya terdapat enam orang saja putra daerah,” kata Ardinata.

Sebelumnya Fakhruddin menyatakan pihaknya dengan beberapa lembaga lainnya sebelum dilaksanakan ujian tertulis telah melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah maupun dengan pihak BNPBD baik Aceh Tengah maupun Bener Meriah, dalam pertemuan tersebut pemerintah daerah diminta melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pihak BNPB-Pusat, agar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada putra daerah notabenenya korban Gempa untuk menjadi Fasilitator, karena secara tenaga di Gayo pun punya potensi dan pengalaman pada saat rehab &rekon Tsunami melanda Aceh.

“Jangan jadikan kami menjadi penonton di negeri sendiri,” ketus Fakhruddin.

Dalam pertemuan tersebut, ungkap Fakhruddin pihak pemda maupun BNPBD kedua daerah menyatakan tidak memiliki kafasitas maupun peran dalam perekrutan tersebut karena merupakan ranahnya pihak BNPB-Pusat, pungkasnya.

Menyikapi problema dan kasak-kusuk perekrutan fasilitator rehab /rekons Gempa Gayo, ketua Forum  LSM Aceh Tengah Win Satria Agustino sangat menyayangkan apabila pihak konsultan perekretan selaku rekanan BNPB-Pusat, tidak memahami semangat otonomi dan kearifan lokal

terkait masalah perekrutan fasilitator Rehab dan Rekons Gempa Gayo.

Jauh sebelumnya pihak BNPB Pusat melalui tim teknisnya yang ditunjuk menangani rehabiliatasi dan rekonstruksi Gempa di Gayo-Aceh, telah melakukan sharing dengan para NGO, KSO yang difasilitasi oleh FLAT.

Namun hasil sharing pendapat terhadap penanganan dan perekrutan fasilitator itu, tidak tercermin dalam prakteknya, ini perlu mendapat perhatian semua pihak termasuk pemda Aceh Tengah dan Bener Meriah selaku pemegang hak penuh otonomi daerah.

Dalam kesempatan tersebut ketua FLAT Aceh Tengah ini menghimbau dan mengharapkan kepada rekan-rekan NGO yang merasa dirugikan segera membuat surat penryataan penolakan serta alasannya, sehingga tidak berlarut–larut dan berdampak pada penyaluran bantuan kepada korban.

“Masyarakat kita korban Bencana Gempa Bumi, sudah sangat sabar dan jangan lagi bantuan tersendat akibat persoalan yang dibuat keliru oleh pihak-pihak tertentu,” tegas Win Satria Agustino.(Rahman | aZa)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.