
Berdiri, Bergerak, Bertindak Menghapus Air Mata Aceh!
Catatan Risman A Rachman
Sungguh, Aceh tidak kekurangan kritikus, penulis, analis, pengabar, penghibur, juga pendoa. Bahkan kita memiliki banyak humanis yang selalu menangisi penderitaan rakyat. Tapi, jika kritikus, penulis, analis, pengabar, penghibur, pendo’a, dan humanis hanya berhenti di kritik, buku, makalah, media, syair, ratapan do’a dan tangisan duka tapi tidak berdiri, bergerak, dan bertindak, maka air mata Aceh akan terus mengalir. Saudaraku! Mari berdiri, bergerak dan bertindak menghapus air mata Aceh – bersamaku. Ini tanganku, ulurkan tangan kalian, sekarang!
Aceh Berhijrah
Aceh, dalam gerak hijrahnya, berhasil menemukan pola gerak Tawaf. Suatu pola gerak berlawanan arah jarum jam. Inilah mengapa Aceh berhasil putar haluan dari titik ikat konflik ke titik buka damai.
Jika Aceh masih tetap kokoh mengikuti pola gerak searah jarum jam maka Aceh bisa sangat mungkin terus menjadi negeri tertutup alias nanggroe putoeh baot. Persis seperti gerak ikat mur yang jika dilakukan searah jarum jam akan mengikat dan jika kelebihan akan putus. Sebaliknya, jika putarannya berlawanan dengan arah jarum jam akan terbuka.
Karena Aceh sudah memiliki Titik Tawaf maka Aceh juga membutuhkan Titik Sa’i. Dengan pola gerak sa’i lah “air zamzam” pencerahan dapat ditemukan di antara bukit perdamaian dan bukit demokrasi. Semoga kepulangan tiga ribu lebih jamaah haji Aceh menjadi inspirator hijrah ke-Acehan.
Ayo Berdiri, Bergerak, Bertindak. Ini tanganku, mana tangan kalian!
Risman A Rachman “Nagan Raya” adalah Kolomnis