Catatan Perjalanan Sebagai Peserta Parlemen Remaja 2013*

INI tentang mimpi anak Gayo yang lulus seleksi dan akhirnya bisa melangkahkan kaki ikut menjadi salah satu peserta parlemen remaja 2013 mewakili Aceh Tengah. Hari itu, Jum’at 25 Oktober 2013 adalah hari pertamaku tiba di Bogor bersama teman-teman dari Aceh. Perutku mulai terasa perih, kepala rasanya berputar seakan mengalami gempa yang kekuatannya sama seperti yang terjadi di tanah kelahiranku tercinta, Tanoh Gayo beberapa bulan yang lalu.
Kemacetan yang panjang, begitu lama berjam-jam. Namun semuanya terbayar setibanya di Griya Sabha Kopo yakni wisma tempat kami menginap, wisma ini biasa digunakan oleh anggota DPR-RI selama proses pembuatan undang-undang (legislasi). Siang itu, kedatanganku bersama teman-teman sebagai kontigen Aceh disambut hangat. Sebelum memasuki ruang tempat simulasi sidang, kami disuguhkan dengan kumpulan kertas-kertas tentang materi yang menurutku cukup berat.
Dalam waktu satu malam pula, kami harus bisa menguasai materi ini sebab keesokan harinya akan langsung diikutsertakan sebagai peserta parlemen remaja 2013. “Parlemen remaja, siap membangun bangsa!” serentak kami mengucapkan kalimat ini, dengan semangat yang berkobar.
Hari kedua, Sabtu 26 Oktober 2013. Pembentukan dinamika kelompok, ini bertujuan untuk menciptakan kekompakan. Mengenal satu dengan yang lain antar peserta parlemen remaja yang semuanya berasal dari berbagai daerah dari seluruh penjuru Indonesia. Membentuk kepercayaan antar kelompok serta membentuk rasa tanggung jawab.
Selanjutnya, pembekalan materi oleh anggota DPR dan wakil sekjen DPR-RI. Salah satu pemateri yang hadir saat itu dan begitu aku kagumi adalah Dedy Gumilar, anggota Komisi X. Sungguh, aku tidak menyangka bisa bertatap muka langsung dengan beliau. Dengan pembekalan materi yang sebenarnya cukup membuat kami mengantuk, tapi Bang Dedy (panggilan akrabnya) bisa menyiasati hal itu. Maka dengan kemasan yang menarik, ia menyampaikan materi dengan gaya santai sehingga tidak membuat kami bosan.
Selanjutnya di hari ketiga, Minggu 26 Oktober 2013. Semua anggota parlemen remaja 2013, berperan aktif dalam pembekalan materi. Ketika pembawa acara memberikan kesempatan untuk bertanya, maka semua peserta mengacungkan tangannya. Lucunya tidak hanya satu tangan, karena peserta berebut ingin mengemukakan pendapat, di antara peserta bahkan dengan mengacungkan kedua tangannya ke atas sambil berdiri berharap agar diberi kesempatan.
“Jika semua angota DPR-RI seperti ini, maka Indonesia akan maju!,” ujar Dedy Gumilar, anggota komisi X. Hal ini membuat seluruh peserta semakin tambah bersemangat saja, tidak terkecuali aku. Setiap ada kesempatan untuk bertanya, maka aku akan mengacukan tangan. Namun sayang, aku tidak pernah mendapatkan kesempatan pada hari ketiga ini.
Maka dengan gaya yang menarik perhatian, akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan dengan narasumber I Gusti Ngurah Bagus Sucitra (asisten deputi kepemimpinan pemuda). Tujuh orang terpilih (salah satunya aku) maju ke depan dan bertanya. Betapa bangganya, aku bersama ke enam teman lainnya ternyata mendapatkan sebuah buku yang bisa kami gunakan sebagai referensi untuk sidang di gedung senayan, Jakarta.
Waktu yang ditunggu-tunggu tiba, di hari ketiga ini juga akhirnya diadakan pembagian kelompok menjadi dua bagian yaitu legislasi dan pengawasan. Aku berada pada kelompok legislasi fraksi mataram, latihan simulasi rapat pun dimulai. Layaknya para angota dewan, dengan lima pimpinan yang diambil dari fraksi tak bisa dihindari hujan interupsi datang silih berganti dari setiap fraksi. Terutama dalam pembahasan mengenai usia pemuda pendukung pemerintah yakni usia 16-30 sedangkan oposisi 17-35. Tanpa terasa hari semakin larut, tepat pukul 22.10 Wib. Simulasipun akhirnya selesai, kami bergegas dan bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta.
Di hari ke-empat, 28 Oktober 2013. Jakarta macet, itulah faktor yang membuat kami harus bangun cepat. Jam 03.00 pagi, kami bergegas menuju bus yang telah disediakan oleh panitia. Bus yang cukup nyaman, ditambah dengan pengamanan yang ketat oleh satu mobil dan tiga kereta patroli. Layaknya angota dewan yang terhormat, kami berangkat dengan dikawali.
Delapan jam waktu yang kami tempuh menuju gedung DPR-RI, seakan mimpi untuk bisa menginjakkan kaki di gedung DPR-RI yang begitu indah. Impian semua orang, impianku juga. Maka, untuk mengisi waktu luang kami pun mengadakan tour building di seputaran gedung dan sungguh sangat mengasyikkan.

Tepat pukul 10.00 Wib, sidang kembali dimulai. Dengan pembagian tugas legislasi dan pengawasan, ruangan legislasi yang penuh intrerupsi, emosi yang tak terkendali. Ingin rasanya menuju kursi ketua, untuk mengemukan pendapat. Begitu pula di ruang pengawasan, karena tidak menghasilkan titik temu maka diadakan lobby.
Pukul 16.00 wib, dengan ketua yang berbeda, rapat paripurna dilaksanakan. Tempat duduk yang nyaman, empuk yakni tempat duduk anggota dewan biasa melakukan sidang paripurna. Dengan sorotan kamera yang akan memuat berita kami nantinya baik di media cetak bahkan di media electronik, sidang saat itu berjalan dengan baik.
Setelah acara selesai, kami mengadakan foto bersama. Kemudian pembagian sertifikat dan uang saku. Kami semua sepakat, karena mungkin malam ini adalah malam terakhir untuk kami bersama. Tetaplah ingat, gedung DPR –RI akan mempertemukan kami kembali. Tunggu kami lima tahun lagi! Serentak kami dengan teman-teman yang mulai meninggalkan gedung DPR.
Keesokan harinya, kami sempatkan berkunjung ke TMII (Taman mini indonesia indah), berjalan-jalan mengunjungi tempat bersejarah, mengenal budaya. Dengan menggunakan sepeda ganda, begitu banyak hal yang kami peroleh. Tanpa diduga, hujan pun turun, kami menuju pos makan siang. Waktunya kami harus berpisah, air mata tak lagi bisa terbendung, perpisahan tak terelakkan karena masing-masing dari kami harus kembali ke daerah asal masing-masing. Kami adalah satu keluarga. Kami akan dipertemukan kembali suatu saat nanti, di rumah kami gedung DPR-RI.(Pelita Silalahi | Zuliana Ibrahim)
*Ucapan terima kasihku kepada Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, dinas pendidikan Kabupaten Aceh Tengah, sekolahku SMA Negeri 4 Takengon dan DPRK Kabupaten Aceh Tengah.