Banda Aceh – LintasGayo.co : Pelaku seni panggung teater Aceh, Rasyidin menganggap perkembangan seni teater di Aceh saat ini belum mencapai standar pasar dan belum bisa menjadi acuan komunikasi penyebar pesan positif. Hal tersebut disampaikannya kepada Wartawan Jum’at (04/10/2013) malam disalah satu warung kopi di Kuta Alam, Banda Aceh.
“Saya menganggap panggung teater yang ada di Aceh saat ini belum mencapai tujuan yang diinginkan dari nilai teater itu sendiri. Padahal teater adalah ibu dari segala seni, didalamnya ada seni tari, rupa, sastra, syair-syair dan banyak lagi,” kata Wig panggilan akrab Seniman teater alumni jurusan panggung teater di Sekolah Tinggi Indonesia Bandung ini.

Wig menyayangkan, seni yang banyak menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial tersebut meski terus berkembang namun keidealan dari seni pertunjukan teater itu sendiri masih jauh dari harapan, bahkan dari pelaku teaternya sendiri banyak yang menjalankannya dengan seadanya saja dalam arti lain tidak sepenuh hati atau tidak memenuhi kebutuhan komposisi teater untuk menghasilkan penampilan seni yang bermutu.
“Berbeda dengan pelaku teater terdahulu yang saya anggap lebih profesional. Sekarang pelaku teater malah melakukan sekenanya saja, sehingga pencapaian harapan dari hasil seni teater itu gak dapat,” terang Wig.
Padahal, kata Wig lagi, teater merupakan salah satu seni yang luar biasa. Bukan hanya sekedar hiburan saja, namun teater dapat menjadi salah satu cara pemecah kebekuan segala permasalahan di Aceh. Yakni melalui teater, segala permasalahan-permasalahan di Aceh dapat diungkapkan dengan pesan-pesan sosial yang seharusnya bisa digambarkan melalui seni pertunjukan tersebut.
Wig berharap, kedepan pelaku seni moderen ini harus lebih kreatif dan serius, sehingga seni teater bisa menjadi media komunikasi di Aceh, tutup Wig. (Supri Ariu)