
Banda Aceh-LintasGayo: Wakil Gubernur (Wagub) Aceh Muzakir Manaf mengaku prihatin dengan kondisi wartawan di Aceh saat ini, dimana dari 600-an wartawan di Aceh, hanya 10 persen yang berkompeten.
Kondisi ini tentunya sangat merugikan banyak pihak, bukan saja pemerintah tapi juga masyarakat. Karena wartawan tersebut tidak mampu memberi pencerdaskan kepada masyarakat pembaca.
“Dari data PWI tersebut, yang hanya 10 persen yang berkompeten, berarti yang lain es batu semua,” ujar Muzakir dalam yang akrab dipanggil Mualem dalam bahasa Aceh tersebut saat meresmikan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Aceh, Senin (19/8/2013).
Muzakir juga mengkritisi wartawan yang kerab menggunakan bahasa dan istilah asing dalam pemberitaan. Sehingga banyak masyarakat yang tidak paham terutama masyarakat menengah kebawah. Ini sama saja, pesan yang diberitakan tidak sampai kepada masyarakat.
“Jangan masyarakat awam, terkadang saya juga ngak paham apa yang ditulis wartawan tersebut,” ujar Mualem sambil menambahkan kalau tak percaya lihat saja sendiri.
Karenanya, Pemerintah Aceh lanjut Mualem, sangat mendukung lahirnya SJI, apalagi Aceh baru selesai konflik. Supaya mewujudkan wartawan yang profesional di Aceh. “Yang penting mutunya ke depan, semua ada pada anda semua.
Sementara itu, Ketua PWI Aceh Tarmilin Usman menyebutkan, program ini merupakan program yang sangat dinantikan wartawan. Tujuannya supaya kualitas wartawan Aceh lebih baik ke depan. Dengan adanya SJI supaya mereka bisa menulis dengan baik, dan pemerintah Aceh selama ini sangat nedukung semua program pendidikan wartawan Aceh.
“Kita berharap, sekolah ini bisa bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah, agar nantinya mereka bisa membantu tidak menulis hal-hal yang melanggar kode etik kewartawanan,” ujar Tarmilin.(ghassani)