
TAK disangka, ternyata orang yang datang silih berganti ke toko kelontong milik A. Gani di Simpang Lembaga Kemili Takengon bukan semuanya bertujuan membeli barang kebutuhan sehari-hari. Ada beberapa yang datang berobat sakit gigi.
Beberapa bulan lalu, saat sedang sakit gigi seorang rekan menganjurkan mencoba berobat ke A. Gani yang akrab disapa Bang Gani. “Ada beberapa obat sakit gigi disini,” jawab Bang Gani saat ditanya apakah dikiosnya disediakan obat sakit gigi sambil menyebut sejumlah sederetan nama tablet yang tak asing lagi dipendengaran orang banyak. “Atau mau pakai obat air aqua,” tanyanya lagi.
Sempat bingung, kenapa ditawari obat gigi air kemasan?. Tak ingin pikir panjang langsung jawab, “saya air aqua saja bang, saya tidak suka minum obat buatan pabrik,” jawabku.
“Namamu dan nama ibumu siapa?’ tanyanya. Kujawab dan dia menulisnya di secarik kertas sobekan kemasan rokok. Ada beberapa kalimat bertulis Bismillah, La Haula Wala Quwwata, namaku dan nama ibuku.
Beberapa saat dia membaca sesuatu setelah mengambil sebotol air mineral dengan tutup dibuka dan sebagian airnya dituang ke dalam kantong plastik kecil. “Nah, minum ini 7 kali dalam beberapa hari ini, semoga diberi kesembuhan,” kata Bang Gani.
Entahlah, apakah air obat itu yang menyembuhkan, namun sakit gigi berangsur pulih dan hingga sekarang tidak kambuh.

Ada keinginan menulis kisah ini untuk berbagi pengalaman kepada pembaca, namun sakit gigi membuyarkan keinginan menggali informasi dari Bang gani. Hingga giliran seorang rekan terserang sakit gigi. Dia bersedia saya antar ke tempat bang Gani, Senin 12 Agustus 2013. Dan prosesi seperti yang saya alami berulang.
Disela aktifitasnya melayani pembeli dan pasien sakit gigi, saya minta izin menanyainya dan akan menulisnya. Dia tidak keberatan. “Ada 4 sampai 5 orang setiap harinya datang kesini berobat sakit gigi,” kata Bang Gani.
Yang datang ada yang masih sanggup menutupi rasa sakitnya, tapi tak jarang yang meraung-raung menangis dan saat tiba langsung duduk di lantai itu. Bang Gani menunjuk lantai kotor di kiosnya.
Sebenarnya, dalam prosesi pengobatan, kata Bang Gani, si sakit tidak mesti datang ke tempatnya. “Datang saja kemari siapa saja, bawa nama si sakit dan nama ibunya. Banyak yang seperti itu dari Pondok Baru, Bireuen, Banda Aceh, dan tempat lainnya yang jauh-jauh, obatnya dikirim,” ungkap Bang Gani.
Ilmu Diturunkan Aman Kas Toweren
Lalu darimana Bang Gani dapat ilmu mengibati sakit gigi ?. Ternyata, pria kelahiran Teupin Raya, Sigli 60 tahun silam ini mendapat ilmu setelah mengalami sakit gigi dan berobat ke Toweren Lut Tawar kepada Almarhum Abdurrahman Aman Kas yang sudah meninggal 5 tahun lalu.
Saat itu Bang Gani berobat ke Aman Kas bersama 5 orang lainnya. Bang Gani ditanyai Aman Kas, dimana tinggal. Dan beberapa hari kemudian Aman Kas mendatangi Bang Gani dan menawarkan diturunkan ilmu mengobati sakit gigi.
Bang Gani bersedia dan prosesi penurunan ilmupun dilakukan dengan kenduri memotong ayam 2 ekor dengan warna ditentukan hingga prosesi mandi. Bang Gani dimandikan Aman Kas.
Seminggu berlalu, Bang Gani yang merantau ke Takengon sejak 1984 ini kemudian mencoba ilmu yang diturunkan Aman Kas, dan berhasil. Lama-kelamaan Bang Gani makin dikenal sebagai Tabib sakit gigi.
Profesi Bang Gani selain sebagai pedagang kelontong ini dibenarkan seorang warga setempat yang kebetulan berbelanja saat itu, Giman. “O sakit gigi, saya juga pernah berobat ke Bang Gani, warga disini saya kira tau semuanya,” kata Giman.
Percaya tidak percaya, begitulah adanya, di Gayo masih banyak Tabib (di Gayo disebut guru) spesialis mengobati berbagai macam penyakit “Rumah Sakit” dan juga penyakit “Kampung”. Semoga kita terhindar dari syirik….Amin. (Kha A Zaghlul)