Kopi Rasa Segala
Sungguhpun barista memutar gelas
Mengalirkan listrik kemesin-mesin pemeras
Suguhkan kopi dengan gelas berhias
Aroma dan cita khas ber- style
Tak sesahaja ayunan alu Hj. Sufiah Inen Hafisah Meriah
Dalam lusung usang kayu pahatan cinta
Demikianpun barista menawarkan seruputan mewah
Bergaya olahan citarasa dunia yang wah
Dari kebun petani Gayo sahaja resah
Merek paten terpercaya
Tak setulus kopi tubruk suguhan Inen Renggali
Yang mencampur sebutir biji ganja sebagai pemanisnya
Segala ada disana
Karena hidup bukan hanya bernyawa
Asir Asir Atas, sejak 2004
–
Batang Ruang
Siapa saja yang bertandang
Kuanggap sebagai yang istimewa
Selera apapun yang mereka bawa
Selalu kuanggap sama
Kopi kuhidang
Sebagai penghormatan dan kemulyaan
Menu utama memanjakan raja
Ini di Gayo, kawan!
2012
–
Selembar Daun Kopi
Selembar daun kopi gugur
jeritnya terdengar menggigil dan dingin sampai kehati
seperti suara reot rumah tua yang perlahan rebah
menyembunyikan matahari,
menimbun mimpi
Takengon, 2004-2006
–
Gayo Matahari Kopi *
Inilah negeri yang melahiran matahari dari perut bumi
Segala penjuru tak mengenal mata angin
Semua bergantung pada yang tak tergantung
Kecuali Allah kuasa segala
Dari puncak bur Telong hingga hulu sungai danau Lut Tawar yang bening
Semua bermandi cahaya
Cahaya cinta, cita dan kehidupan
Dari hulu danau Lut Tawar matahari mengalir
Matahari terbit
Dari jutaan pucuk-pucuk pinus yang mengitari Gayo matahari terbit
Bulan terbit
Bintang terbit
Ooo lingkaran Didong yang syahdu
Ooo lingkaran Didong yang berhasrat
Jiwa yang penuh dinamit
Lahirkan matahari
Matahari akan muncul dari perut bumi
Matahari akan mengalir dari hulu danau Lut Tawar dan Pesangen
Matahari akan bertunas dari pucuk-pucuk pinus
Matahari itu bernama air yang menggerakan besi, terpentyn dan kopi
Ooo Gayo, kesahajaan gunung yang suci
Keabadian cinta-Nya yang membumi
Oooo matahariku
Airku, terpentynku
Kopi
Kopi
Kopi
Ooo Gayo matahariku yang lugu
Lama ditunggu kuasa anak negeri
Januari, 2013
*Penggalan puisi ini dibacakan dalam pentas Didong Massal 2000 seniman, tiga belas Ceh, dua penyair dan seorang anak Gayo berusia 4,8 tahun bernama Batang Gelingang Raya SY, seorang pesuling (Zikri Win Gayo), dua penari Guel (Dian dan Uswanul) serta tujuh pemusik tradisional. Mencatat Rekor MURI pemetasan Didong terbanyak, sekaligus memecah Rekor MURI minum kopi terbanyak di Lapangan Sengeda Bener Meriah pada tanggal 13 Januari 2013.
Di samping menulis puisi, esai juga menulis novel, novelet, berita, cerpen, drama dan teater. Anak ke 12 dari 13 orang bersaudara ini aktif dibeberapa organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Penerima Anugrah Satya Lencana Budaya “Sara kata” tahun 2007. Mengikuti sejumlah even dan pementasan disejumlah kota, pertemuan penyair dan sastrawan nasional-internasional serta kegiatan ilmiyah lainnya. Karyanya terangkum dalam 55 judul buku. Baik antologi, bunga rampai, ensiklopedi dan jurnal terbitan dalam dan luar negeri. Sejumlah karyanya telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dunia dan berbagai bahasa etnik Nusantara. Novelnya“Tungku“ pemenang pertama penulisan novel perdamaian Aceh 2006. Karya lainnya terangkum dalam bentuk audio dan audio visual.
Puisi Salman Yoga S adalah puisi terakhir dari dari 368 Puisi dan 122 Penyair yang masuk ke dewan kurator, yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan The Gayo Institute (TGI).