Kisah Zen Angkasa 5 Hari di Pusat Gempa Gayo

oleh
Zen Angkasa bersama pengungsi. (ist)
Zen Angkasa bersama pengungsi. (ist)

ZAINAL ABIDIN, salah seorang mahasiswa Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon yang ikut serta menjadi relawan dalam misi pencarian korban tertimpa longsor akibat gempa 6,2 Skala Richter (SR) yang menguncang wilayah Gayo, 2 Juli 2013 lalu. Dirinya bergabung dengan relawan lainnya yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) se-Aceh, di Kampung Bah dan Serempah, yang sempat terisolir selama dua hari.

Menjalankan misi kemanusian bersama rekan-rekannya yang lain, meninggalkan catatan sendiri bagi Zen sapaan akrab pria yang gemar fotografi ini, merupakan pekerjaan sosial yang paling berarti dalam hidupnya, karena bisa membantu meringankan beban sekaligus pemberi semangat bagi sanak family korban.

Musibah melanda Gayo meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat kabupaten yang berhawa dingin tersebut, setidaknya puluhan orang kehilangan nyawa, puluhan ribu orang mengungsi dan kini tinggal di kamp-kamp pengungsian yang tersebar ratusan titik, ribuan rumah tak layak huni lagi, hal tersebutlah membuat anak muda ini memiliki semangat untuk membantu saudara-saudaranya yang sedang tertimpa musibah.

Tercatat, lebih kurang 5 hari, Zen bersama rekan-rekannya melakukan pencarian belasan korban di dua kampung yang saling berbatasan di Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah, Bah dan Serempah.Zen-Evakuasi2

“Awalnya saya dan rekan-rekan melakukan pencarian korban di Kampung Bah, ada 4 orang tertimbun disana, dan berhasil ditemukan, selanjutnya kami melanjutkan ke Kampung Serempah, ada 8 orang lagi yang belum ditemukan disana”, kata Zen, saat dijumpai LintasGayo.co, Senin 22 Juli 2013, di Takengon.

Dia menceritakan, saat melakukan evakuasi di Kampung Serempah, tim gabungan evakuasi yang terdiri dari TNI, Basarnas dan Mapala Se-Aceh tidak tinggal disana, melainkan harus pulang ke Kampung Bah, saat proses tersebut mereka lakukan, sering terjadi gempa susulan, sehingga membuat mereka was-was.

“Setiap hari ada gempa, saat gempa tanah yang tadinya longsor juga ikut turun, apalagi gempa terjadi saat malam hari, posko kami juga sangat dekat dengan daerah longsor,  kami semua juga was-was melakukan pencarian korban, namun hingga saat ini, kami bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan saya dan teman-teman yang lain”, cerita Zen.

Dia melanjutkan, saat proses evakuasi dan korban ditemukan, histeris keluarga yang merasa kehilangan seakan menambah kesedihan mereka dalam proses pencarian.

“Saya sering kali menangis, melihat warga yang kehilangan anak nya, saat jenazah anaknya kami temukan, pecah tangis ibu dan sanak keluarga lainnya membuat saya terharu, bahkan ada diantara mereka yang langsung jatuh pingsan”, terangnya.

Evakuasi korban setelah ditemukan. (Doc. Zen)
Evakuasi korban setelah ditemukan. (Doc. Zen)

Zen juga mengatakan, ada salah satu peristiwa yang menurutnya tidak perlu terjadi pada masa itu, sehari sebelum kedatangan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk melihat langsung penderitaan rakyatnya di uyjung pulau Sumatera tersebut, warga di kedua kampung Bah dan Serempah harus diungsikan ke Simpang Empat Rejelawali.

“Seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi, kenapa mereka harus diungsikan kesana saat Presiden datang, malam-malam mereka menaiki mobil Rio Tentara kesana, kenapa tidak Presiden saja yang datang ke kampung mereka, saat itu mereka sedang sedih, tapi dipaksa harus diungsikan, sampai-sampai ada warga mengatakan siapa yang akan menjaga hewan ternak kami disini memberika pakannya jika kami mengungsi kesana”, kenang Zen.

Rasa haru, lelaki ini seakan hilang dengan kegigihannya dalam mencari dan terus berusaha mencari korban yang dinyatakan masih hilang tertimbun longsor, berbekal keharuan tersebutlah dan rasa iba kepada keluarga korban menjadikan semangatnya kembali pulih, rasa letih, capek tak dia rasakan lagi, yang terpenting dalam pikirannya adalah mencari korban yang tertimbun itu.

Kehilangan keluarga. (Doc. Zen)
Kehilangan keluarga. (Doc. Zen)

Meski guncangan bumi masih dirasakan dilokasi bencana, juga tak menyurutkan tekad pemuda ini untuk membantu sesamanya Urang Gayo, meski harus sedikit berhati-hati dalam proses pencarian.

Dilokasi bencana, Zen juga selalu memberikan informasi terkini kepada redaksi LintasGayo.co dalam proses evakuasi, sehingga informasi tersebut bisa dilihat dan dibaca oleh masyarakat seluruh dunia lewat situs ini.

Terima kasih, Zen tak ada yang bisa membalas jasanya, bukan juga dengan balasan uang atau emas, akan tetapi keihklasan dan semangatmu lah yang akan dikenang sepanjang masa sebagai salah seorang relawan dalam misi kemanusian itu. Semoga semangat yang dimiliki tak pernah lepas dalam membantu sesama.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.