
Takengon – LintasGayo : Sudah jatuh tertimpa tangga pula, demikian ungkapan yang sepadan kiranya untuk masyarakat petani kopi Gayo saat ini.
“Rumah kami memang tidak ambruk akibat Gempa tempo hari, namun sebagiannya tidak layak huni dan kami was-was. Parahnya harga kopi juga turut anjlok,” kata Kandar, warga Bies Penentan Kecamatan Bies Aceh Tengah setelah shalat Jum’at tadi siang, 19 Juli 2013.
Bayangkan saja, kata dia, harga kopi dari dulu idealnya “Senare kupi roa are oros”. Maksudnya dalam harga kopi satu bambu kopi dua bambu beras.
“Saat ini harga gabah kopi Rp.10 ribu perbambu, idealnya ya antara Rp.20 ribu sampai Rp.25 ribu perbambunya,” kata warga yang mengaku rumahnya juga ikut rusak akibat Gempa Gayo, 2 Juli 2013 lalu.
Sementara itu, Kepala Kampung Bies Penentan, Arian Purnama juga menyatakan kemirisannya akibat Gempa dan anjloknya harga kopi saat ini.
“Warga betul-betul merasa sulit saat ini terlebih dalam menutupi keperluan rumah tangga di bulan Ramadhan,” kata dia.
Sialnya lagi, menurut Kepala Kampung ini, pun harga kopi bagus buahnya juga gak ada. “Saat ini musim paceklik kopi. Tahun ini betul-betul musibah beruntun bagi kita disini,” ujar Arian.
Untuk bantuan Gempa, pengakuan Arian, warganya sudah menerima sesuai yang diperlukan dan pendataan kerusakan di desanya masih berlangsung yang dilakukan oleh pihak terkait. (Kha A Zaghlul)