Menyiasati Kebakaran Hutan di sekitar Danau Lut Tawar

oleh
Bur Birahpanyang saat terbakar, Sabtu 13 Juli 2013. (Kha A Zaghlul)

Oleh : Isranuddin Harun

Bur Birahpanyang saat terbakar, Sabtu 13 Juli 2013. (Kha A Zaghlul)
Bur Birahpanyang saat terbakar, Sabtu 13 Juli 2013. (Kha A Zaghlul)

MUSIM kemarau yang melanda dataran tinggi Tanoh Gayo akhir-akhir ini terasa lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini tidak terlepas dari pengaruh global warming yang telah dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia.

Menurut pendapat Prof. Thomas Djamaluddin peneliti utama astronomi dan astrofisika Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), mengatakan fenomena perubahan cuaca Indonesia yang tidak menentu tahun ini merupakan dampak dari menghangatnya seluruh perairan dan lautan yang ada di Indonesia.

Ditambah dengan terjadinya perubahan cuaca ekstrim dibagian utara Bumi, khususnya di kawasan Amerika dan Eropa. Perubahan musim ini pun, kata Prof Thomas besar disebabkan oleh faktor regional termasuk menghangatnya perairan Indonesia. Tetapi selain itu, ikut dipengaruhi juga oleh munculnya fenomena awal Lanina yang dipicu dari mendinginnya lautan Pasifik timur. Prof Thomas memprediksikan perubahan cuaca yang tidak menentu ini akan terus berlangsung hingga akhir tahun ini.

Berkaitan dengan lebih lamanya durasi musim kemarau tahun ini tentunya akan membawa dampak bagi sumber air Danau Laut Tawar, akibat musim kemarau yang paling nyata adalah berkurangnya jumlah tegakan pohon ceachment area bagi kelangsungan danau yang disebabkan oleh kebakaran yang mulai dan terus menerus akan terjadi pada hutan pinus di sempadan danau.

Yang menggelikan adalah sudah puluhan kali program-program reboisasi/penghijauan diprogram pemerintah dan dilaksanakan kontraktor di sekitar danau dengan menghabiskan ratusan bahkan sampai milyaran rupiah uang negara, namun sejauh ini belum ada tanda-tanda keberhasilan yang signifikan, akibat kebakaran proyek lingkungan tersebut masuk dalam kategori bencana sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan dan kembali terbuang sia-sia Rupiah negara. Dan sampai hari ini belum ada satu orangpun yang menjadi tersangka pembakaran hutan yang kerap terjadi di Kabupaten Aceh Tengah.

Penyebab utama mudahnya lahan-lahan pinus itu terbakar adalah menumpuknya batang ilalang yang sudah kering di lokasi hutan sekitar danau, ketika musim kemarau berlangsung lama maka ilalang tersebut sangat mudah disulut api dan terbakar secara meluas.

Untuk menyiasati agar program reboisasi/penghijauan di sekitar danau dapat berhasil konsepnya sangat sederhana. Yang pertama bangun kesadaran masyarakat di sekitar hutan dengan melibatkan masyarakat tersebut dalam setiap program reboisasi, bila memungkinkan kedepan program reboisasi diserahkan saja pada kelompok-kelompok masyarakat sekitar hutan, agar tumbuh ikatan emosional antara masyarakat dengan hutan, dengan demikian masyarakat akan aktif menjaga hutan tersebut dari kebakaran.

Kedua, dalam merencanakan program reboisasi jangan luasnya yang dijadikan tolak ukur, tetapi tingkat keberhasilannya lah yang diutamakan, artinya setiap pohon yang ditanam dilokasi rebosasi harus dilindungi dari rumput-rumput yang mudah terbakar atau dengan kata lain pohon yang ditanam harus dirawat dan dijaga sampai benar-benar batangnya tumbuh besar dan mampu bertahan dalam kebakaran sekalipun.

Mudah-mudahan para perencana program dapat mempertimbangkan sedikit pemikiran ini dalam mengalokasikan uang negara, agar kedepan harapan bersama akan kelestarian Danau Laut Tawar dapat lebih mudah diwujudkan. Pasca Gempa 2 Juli di Tanoh Gayo juga telah terjadi penyusutan mendadak permukaan air danau, semoga para ahli bersedia menyelidiki penyebabnya.

Salam Lestari..

* Ketua LSM Tajuk

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.