Pidato Joko Widodo saat Resmikan Bandar Udara Rembele

oleh
Jokowi saat berpidato di Bandara Rembele, Rabu 2 Maret 2016 tampak memegang Opoh Ulen-Ulen Kerawang Gayo. (LGco_Surya)
Jokowi saat berpidato di Bandara Rembele, Rabu 2 Maret 2016 tampak memegang Opoh Ulen-Ulen Kerawang Gayo. (LGco_Surya)

REDELONG-LintasGAYO.co : Hari bersejarah telah terjadi di Tanoh Gayo khususnya Kabupaten Bener Meriah, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Tanoh Gayo sebagai kampung halaman keduanya setelah Solo. Pernyataan ini dinyatakan saat meresmikan Bandar Udara Kelas III Rembele, Rabu 2 Maret 2016.

Berikut isi pidato lengkapnya :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirrabbilalamin, wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i walmursalin, sayidina wa habibina wa syafi’ina wa maulana Muhammaddin, wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Bapak/Ibu dan Saudara-saudara sekalian.

Kenapa ini saya pakai terus? Biar rasanya sampai ke dalam bahwa saya ini orang Gayo, orang Aceh. Ini kampung halaman saya yang kedua. (Jokowi  menyatakan kalimat ini sambil memegang kain Ules Kerawang Gayo yang dikenakan saat turun dari pesawat-red)

Yang kedua, tadi saya bisik-bisik “ini rumah saya dulu kok sudah hilang,” saya tanya ke Pak Menteri, “di mana rumah saya?” “Mohon maaf Pak sudah digusur untuk perluasan Airport (Bandara) Rembele.” Ya mestinya kalau mau gusur rumah Presiden itu izin. Izinnya baru pagi-pagi tadi, “Pak, rumah Bapak mohon ma’af kami gusur.” Mestinya mau gusur kan sebelumnya, saya perbolehkan atau tidak. Tapi kalau untuk kepentingan umum yang sangat diperlukan oleh masyarakat, saya sampaikan, “ya, silakan.” Ini untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan perorangan atau pribadi bandara ini.

Karena yang mempersatukan kita, dari Sabang sampai Merauke yang mempersatukan kita adalah konektivitas apabila tersambung antar provinsi, antar kabupaten, antar kota di seluruh Indonesia. Dari Rembele ini langsung bisa terbang ke Wamena, dari Rembele bisa langsung terbang ke Timika, dari Aceh langsung bisa terbang turun ke Raja Ampat di Papua.

Itulah yang akan mempersatukan kita. Saya sampaikan kepada seluruh menteri bahwa pembangunan sekarang harus dari pinggir menuju ke tengah, bukan Jawa-sentris lagi, harus Indonesia-sentris. Titik-titik yang belum tersambungkan harus disambungkan. Itulah yang namanya konektivitas. Sehingga hubungannya bukan antara hubungan masalah transportasi tapi hubungan antara saudara dengan saudara ini akan lebih dekat tetapi juga dari sisi fungsi ekonomi bahwa adanya bandara ini akan mempercepat, itu iya.

Kalau dulu dari Bener Meriah, dari Aceh Tengah ke Medan itu naik bis, naik mobil 11-12 jam, dengan adanya bandara seperti ini bisa hanya 45 menit. Artinya ada kecepatan yang amat sangat yang bisa dilakukan dalam rangka mobilitas manusia, mobilitas masyarakat. Karena dengan persaingan sekarang, saya perlu mengingatkan kita sudah masuk pada persaingan, era persaingan, era kompetisi. Antar negara sudah dibuka tidak ada batasnya lagi yang namanya sekarang ini di bidang ekonomi, di Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Batasnya sudah tidak ada antara Indonesia dengan Malaysia, dengan Singapura, dengan Brunei, dengan Myanmar, dengan Thailand, dengan Laos, dengan Vietnam, tidak ada lagi. Arus orang keluar masuk juga sudah tidak ada sekatnya lagi. Artinya apa? Siapa yang cepat, mempunyai kecepatan dalam merespons sebuah pergerakan ekonomi, perubahan ekonomi itulah yang akan memenangkan persaingan. Yang lambat pasti ditinggal, pasti akan ketinggalan. Yang lain maju, di tempat yang lainnya bisa ditinggal karena tidak cepat merespons perubahan.

Juga saya titip kepada pemda, baik pemerintah kabupaten, pemerintah kota, pemerintah provinsi dalam kecepatan pelayanan kepada masyarakat, kepada investor, kepada investasi yang masuk, kepada arus modal, arus uang yang masuk segera dicepatkan.

Jangan sampai ada lagi yang namanya ngurus izin-izin sampai bulan apalagi sampai tahun. Hitungannya sekarang jam, kalau ngurus izin itu hitungannya jam. Di Jakarta dulu yang namanya mengurus izin di BKPM itu bisa 1 bulan, bisa 3 bulan, bisa 6 bulan, bisa 1 tahun, bayangkan? Siapa yang mau masuk, investasi mana yang mau masuk dengan urusan izin yang ruwet seperti itu? Nanti masih pergi ke kementerian-kementerian.

Saya sampaikan ndak bisa seperti ini kalau negara kita mau maju, tidak bisa. Begitu saya dilantik, saya perintah kepada seluruh menteri, kepada Kepala BKPM yang namanya izin-izin kumpulkan di BKPM dalam pelayanan satu pintu, satu atap. Pertama-pertama sih sulit-sulit, ada yang mau, ada yang tidak mau, ada yang masih tarik ulur.

Karena saya tahu itu kue, saya tahu di situ banyak duitnya, saya tahu. Saya tidak usah diceritain, saya tahu. Lama sekali ya, saya perintah yang kedua sudah mulai masuk-masuk-masuk, tapi juga sama tanda tangannya masih juga di kementerian, masih seperti itu. Perintah yang ketiga, saya sampaikan ini harus masuk dan dipercepat. Sudah bisa selesai dalam hitungan minggu, dua minggu-tiga minggu. Saya sampaikan tidak, saya tidak mau, saya beri waktu enam bulan hitungannya harus jam, jam, izin itu harus jam.

Sekarang alhamdulillah mengurus delapan izin, delapan izin bukan satu izin, delapan izin hanya dalam waktu 3 jam. Ini zamannya sudah zaman IT, bukan zamannya tulis menulis. Di daerah juga sama, masyarakat kalau minta izin sudahlah, ditunggu berikan.

Izin itu apa? Saya berikan contoh SIUP, TDP. Pernah melihat lembarannya yang namanya SIUP, izin SIUP, Surat Izin Usaha Perusahaan? Apa sih, hanya satu lembar. Di situ ada nama pemilik, nama perusahaan, alamat, modalnya berapa, usahanya apa, hanya ada enam poin. Saya pernah nyoba, “coba, dicoba.” Saya tungguin, operator tik tik tik tik, saya menitin 2 menit rampung. Nama Agus, alamat Jalan Sudirman, usaha bakmi goreng, modalnya 10 juta, hanya nulis-nulis kayak gitu masa, ngapain sih, tik tik tik tik sudah rampung. Saya hitungin dua menit. Kenapa sampai tiga hari? Saya tanya, “Kenapa sampai tiga hari izinnya seperti ini, dua menit kan harusnya sudah diberikan ke pemohon?” “Pak yang di sini cepat Pak, yang tanda tangan yang lama Pak, yang di atas itu, di lantai tiga″ Aduh, tanda tangan lebih lama coba? Ini sudah computerized, cepat 2 menit, tapi yang tanda tangan katanya di atas. Ya tanda tangan kan juga nggak ada 1 detik tho ya? Iya ndak? Mau kita terus-teruskan seperti itu? Ndak lah. Stop seperti itu, layani dengan cepat, layani dengan baik, itu yang akan mendatangkan investasi, arus masuk uang, arus masuk modal.

Di sini juga sama, ini nanti Bandar Udara Rembele ini menjadi percuma kalau tidak diiringi dengan tahapan-tahapan berikutnya, step-step berikutnya. Apa? Pelayanan perizinan tadi, sehingga arus modal, arus uang menjadi masuk kesini.

Yang kedua, pariwisata, promosi. Baik Bupati Bener Meriah, Bupati Aceh Tengah, Gubernur semuanya harus mulai konsentrasi promosi bahwa di kawasan ini, di Bener Meriah, di Aceh Tengah ini ada yang namanya Danau Laut Tawar kanan kirinya gunung yang sangat indah. Dipromosikan sehingga berdatangan wisatawan ke kawasan ini. Kerja sama dengan Kementerian Pariwisata. Kalau ndak, ya nanti pesawat yang datang kesini meskipun runway-nya sudah diperpanjang 2.260, sudah panjang, Boeing 737 sudah bisa, yang kecil sudah bisa masuk yang 300, tapi kalau tidak ada yang datang menjadi percuma bandar udara ini. Oleh sebab itu, semuanya harus menggerakkan, harus bergerak.

Sekali lagi ini era kompetisi, ini era persaingan, antar daerah, antar kabupaten, antar kota, antar provinsi, antar negara. Saya ingin negara kita memenangkan persaingan itu, negara kita memenangkan kompetisi itu, kota, kabupaten, provinsi juga memenangkan persaingan itu.

Terakhir, saya minta agar bandara dimanfaatkan sebaik-baiknya, dijalin kerja sama dengan maskapai-maskapai penerbangan agar sebanyak mungkin yang masuk kesini. Termasuk yang kargo juga, sehingga komoditas produk-produk yang dihasilkan dari Bener Meriah, dari Aceh Tengah semuanya bisa cepat dibawa baik ke Banda Aceh, ke Medan, mungkin juga langsung ke Singapura, ke Malaysia. Saya kira memang perdagangan sekarang ini tanpa batas.

Yang kedua, tadi sudah saya sampaikan promosi pariwisata digencarkan sehingga orang akan, wisatawan akan masuk ke kawasan ini. Kerja sama dengan pemerintah provinsi yang lain juga perlu dilakukan. Yang paling dekat mungkin dengan Provinsi Sumatera Utara sehingga paket-paket wisata itu bisa bergerak.

Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Bandar Udara Rembele di Bener Meriah, Aceh resmi beroperasi.

Terima Kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Redelong Bener Meriah, 2 Maret 2016
Presiden RI
Joko Widodo

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.