Catatan : Darmawan Masri*
Dataran tinggi Gayo punya kearifan lokal dalam hal menggarap sawah. Dalam bahasa lokal di Gayo disebut Resam Berume. Sawah (Ume :Gayo-red) memiliki peranan penting dalam masyarakat Gayo dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari.
Maka tak heran, sejak zaman dahulu Resam Berume selalu saja menarik untuk ditunggu khususnya bagi kalangan muda (Beru-Bujang) karena ada roman tak tersirat di dalamnya.
Seperti kebanyakan persawahan (Gayo : Perumenen) pada umumnya, kebiasaan Berume (Bersawah-red) di Dataran Tinggi Gayo di mulai dari pengolahan tanah yang dalam bahasa lokal di sebut mubelah. Tradisi mubelah di Gayo biasanya digunakan tenaga kuda dalam menggarapnya.
Namun seiring perkembangan teknologi tenaga kuda mulai ditinggalkan diganti dengan keberadaan hand tractor yang dinilai lebih cepat dan efesiensi waktu. Proses pengolahan sawah yang siap ditanami itu kemudian membutuhkan air.
Sebagian daerah di Gayo, sumber air yang dialirkan menuju persawahan terkadang tidak terjangkau ke petak-petak sawah yang dalam bahasa Gayo disebut dengan Tempeh.
Lantaran itu, banyak diantara masyarakat Gayo kemudian membuat Cerka, semacam kincir yang digerakkan oleh aliran air dengan teknologi sederhana. Adanya Cerka ini, kemudian menumpahkan air ke petak-petak sawah.
Kini memang sulit menemukan Cerka yang dibuat secara sederhana. Namun begitu, LintasGAYO.co masih menemukan penggunaan Cerka di kawasan Perumenen Kampung Lenga, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.
Persawahan yang terletak agak lebih tinggi dari aliran sungai Peusangan yang dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai sumber air persawahannya, mengharuskan pemilik sawah membuat Cerka untuk mengairi persawahannya.
Salah seorang warga sekaligus pemilik sawah di Lenga, Aman Bunge beberapa waktu lalu saat di wawancara LintasGAYO.co mengatakan, proses pembuatan Cerka ini tergolong sangat sederhana.
Boleh dikatakan, Cerka buatan Aman Bunge dan warga lainnya merupakan suatu inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang sangat ramah lingkungan dengan memanfaatkan barang-barang yang sangat mudah ditemukan berupa Bambu, drum aspal bekas, kawat, tali nilon dan pipa besi tua.
“Ini bukan barang baru, banyak digunakan warga di tempat lain,” kata Aman Bunge.
Menurut Aman Bunge, Cerka ini sangat dibutuhkan dalam mengairi dua kaleng bibit persawahan miliknya. Cerka buatan Aman Bunge setelah siap di rakit, kemudian dipasang di tepian sungai.
“Bambu yang dipasang pada Cerka adalah yang mengangkat air yang kemudian di tuangkan ke saluran yang dibuat kemudian mengalir ke dalam sawah,” terangnya.
Putaran Cerka di Perumenen Kampung Lenga bisa dinikmati sambil menjajal wahana Arung Jeram di Sungai Peusangan. Keberadaan Cerka menjadi nilai tambah bagi wisatawan yang menggunakan jasa arung jeram Gayo Adventure yang bermarkas di kawasan Lukup Badak, Pegasing-Bies.
Sambil menikmati alunan arus sungai Peusangan di atas perahu karet yang dipandu pemandu profesional, para pengunjung bisa menikmati pemandangan indah area persawahan dan putaran Cerka-Cerka yang dapat di lihat langsung dari dekat.
Ingin melihat bagaimana Cerka tersebut berputar mengaliri persawahan warga, lihat video berikut :