Implementasi Home Visit dalam Pendidikan

oleh

Oleh : Nurul Yaqin, S,Pd.I

RUANG lingkup pendidikan tidak akan terlepas dari tri pusat pendidikan itu sendiri yaitu rumah, sekolah, dan masyarakat (lingkungan). Ketiganya ibarat segitiga sama sisi yang tak bisa dilepaskan, harus seimbang dan bergandengan. Untuk mencapai target pendidikan, ketiga komponen di atas harus terpenuhi sesuai porsi. Jika tidak, maka tujuan pendidikan akan stagnan, bahkan akan mengalami kemunduran.

Untuk mensinergikan ketiganya memang tidak mudah. Manakala pendidikan anak di sekolah bagus, tidak dapat menjamin pendidikan di keluarga dan lingkungannya juga bagus, begitu pun sebaliknya. Maka, mendidik anak tidak cukup hanya di ruang kelas, tapi harus dididik pula di rumah dan lingkungannya.

Sering kali kita menemukan anak yang hiperaktif ketika di sekolah. Lantas, kita spontan men-judge mereka anak yang nakal tanpa ada tabayyun terlebih dahulu. Hal inilah yang harus dihindari oleh seorang pendidik. Karena anak juga manusia utuh yang juga mempunyai berbagai masalah, baik prolema eksternal maupun internal. Nah, inilah tugas pendidik untuk menanamkan prinsip didaktik kepada muridnya, bukan malah menjatuhkan harga dirinya.

Sudah jamak diketahui bahwa tugas seorang guru bukan sekadar menyalurkan ilmu, mengadakan penelitian dan pelatihan, tapi lebih penting bagaimana anak memiliki bekal moral yang baik untuk kehidupan selanjutnya. Begitu pun dengan orangtua, tugas mereka bukan hanya memenuhi kebutuhan materi anak, akan tetapi harus menyelami dunia anak itu sendiri. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menciptakan interaksi yang intens, khususnya yang berkaitan dengan permasahalan dan perkembangan anak.

Bisa jadi perilaku negatif anak kita seperti tawuran, pacaran, merokok, dan narkoba tidak saja karena bentuk asimilasi dengan lingkungan sekitar, tapi juga disebabkan tidak ada guru atau orangtua sebagai sandaran dan pijakan yang pas sehingga mereka terjebak pada tindakan amoral. Minimnya interaksi antara guru dan orangtua tentu menjadi salah satu masalah pada perkembangan anak. Maka dari itu, untuk menjalin komunikasi yang baik antara keduanya perlu ada media yang bisa mempertemukannya, yaitu home visit.

Apa Itu Home Visit?

Home visit adalah salah satu kegiatan yang diadakan oleh sekolah dengan cara guru mengunjungi rumah anak didiknya. Di sana, guru akan menginformasikan perkembangan anak di sekolah. Sebaliknya, orangtua akan memberitahukan perkembangan dan kegiatan anak didiknya selama di rumah. Silaturrahmi ini dilakukan untuk menemukan solusi dan metode yang baik dan benar untuk perkembangan anak.

Setiap anak mempunyai masalah masing-masing dalam perkembangannya. Anak didik cenderung heterogen. Maka perlu adanya wadah program yang secara khusus membahas tentang perkembangan anak. Perkembangan anak memerlukan arahan yang sejalan dengan usianya. Menurut WS. Winkel (1995:76) home visit (layanan kunjungan rumah) adalah salah satu teknik pengumpul data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dari teknik lain.

Anak didik memerlukan dorongan dan motivasi dalam tahap berkembang sehingga perlu diisi dengan kegiatan yang bisa memacu diri untuk meraih potensinya. Maka, guru dan orangtua merupakan figur yang paling bertanggung jawab untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Guru dan orangtua harus mempunyai kordinasi searah. Jika tidak, akan rentan terjadi kesenjangan pada anak didik.

Besar harapan guru tentunya juga menjadi harapan orang tua. Jangan harap anak akan menjadi pribadi yang baik jika hanya guru yang mendidik, sedangkan orang tua acuh tak acuh dengan fase perkembangan anaknya. Orang tua harus juga memahami apa yang guru tanamkan kepada anak didiknya. Kerjasama yang erat akan lebih mudah memecahkan segala permasalahan anak. Sungguh ironis jika orang tua menyerahkan anak sepenuhnya kepada sekolah lantaran kesibukannya.

Penerapan home visit

Mengingat masalah anak-anak zaman sekarang semakin kompleks, Pelaksanaan home visit dirasa sangat perlu untuk diterapkan di berbagai lembaga pendidikan. Guru bisa mengunjungi rumah anak didiknya sesuai dengan kesepakatan dengan orangtua. Dengan home visit, guru bisa memahami anak baik secara kognitif, psikomotorik, dan afektifnya, begitu juga dengan orangtua.

Kegiatan ini bisa berupa pengamatan dan wawancara tentang kondisi keluarga, fasilitas belajar, kegiatan anak sehari-hari, latar belakang, dan tentu permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi anak saat ini. Pelaksanaan home visit ini harus direncanakan secara matang antara pihak sekolah dan orangtua, sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar dan menemukan solusi yang baik bagi peserta didik.

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:324) ada tiga tujuan utama kegitan home visit. Pertama, memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orangtua. Kedua, menyempaikan kepada orangtua tentang permasalahan anaknya. Ketiga, membangun komitmen orangtua terhadap penanganan masalah anaknya.

Maka dari itu, komunikasi antara guru dan orangtua perlu dibangun dengan baik dan harmonis. Jika permasalahan anak telah ditemukan solusi, maka guru dan orangtua akan lebih mudah memecahkan problema dan menggali potensi anak. Home visit juga merupaka salah satu langkah preventif untuk meminimalisir kenakalana siswa, serta menjadi salah satu langkah alternatif untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Sehingga pembelajaran berjalan dengan baik, unik, kreatif, dan menyenangkan. Semoga!

*Pendidik di MI Unggulan Daarul Fikri, Cikarang Barat, Bekasi.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.