Goresan Pena, membawa manfaat atau kerugian?

oleh

Catatan: Dinni Syafriyuni

Ilustrasi : google
Ilustrasi : google

HATI-hati menggunakan sebuah pulpen. Begitulah petikan tausyiah yang disampaikan Muslim Abdul Muthalib, MCl sebelum ifthor jama’i (buka puasa bersama) insan pers di bawah naungan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Tengah di Batas Kota cafe Takengon, Rabu, 22 Juni 2016 lalu.

“Dengan sebuah pulpen bisa membawa manfaat atau malah membuat perkara,” ungkap ustadz ini.

Bukankah hanya sebuah tanda tangan menggunakan pulpen, timpalnya, satu negara bisa perang dan bisa jadi damai. “Bukankah hanya dengan menggunakan sebuah pulpen, anak sama ibu bisa perkara di pengadilan dan bisa juga damai,” ujar Muslim.

Dia mengajak insan pers di Aceh Tengah untuk mencontoh sifat luar biasa dari seekor semut. “Saat genting pun semut tetap berfikir positif apalagi dalam keadaan normal,” kata Muslim memberi contoh.

Sangat menarik apa yang disampaikan oleh ustazd muda yang berstatus PNS di Dinas Syariat Islam Aceh Tengah ini.

Pena memiliki dua sisi. Ibarat sebuah pisau. Bisa mendatangkan mudharat atau membawa kebaikan untuk kita. Hati-hati kita menggunakannya. Karena setiap apa yang kita goreskan. Allah Maha Melihat, meskipun orang tidak mengetahui.

Semoga kata-kata Imam Al Ghazali dan Ali bin Abi Thalib menjadi cambukkan buat kita agar memotivasi kita untuk meninggalkan jejak kehidupan dengan menggoreskan pena.

“Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.” (Imam Al Ghazali).

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib).

Sangat menyentuh dan sedikit menusuk. Sampai saat ini kata-kata itulah yang menjadi penyemangat motivasi menggoreskan pena. Tidak perlu mengharap like dan men-share. Jika kita menuliskan di sebuah status di akun facebook misalnya. Semua tergantung niatnya. Hanya Sang Maha konseptor yang mengetahui isi hati setiap hamba-Nya.

Oh iya, walau saya masih belum bergabung dalam wadah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan hanya berstatus menggoreskan pena biasa bahkan abal-abal. Belum dikatakan wartawan. Saya merasa sangat bersyukur dan beruntung dalam kesempatan tersebut hadir ditengah-tengah orang yang luar biasa pengalaman dan pengetahuannya, bersama salah seorang rekan lain yang rajin menulis berita, Diana Seprika. Hanya kami berdua yang perempuan ditengah wartawan lainnya.

Terimakasih juga kepada pimpinan www.lintasgayo.co,  bang Khalis Uddin yang telah mengundang atau memberi kesempatan untuk hadir dalam acara ini. Sosok yang sangat menginspirasi dan saya banyak belajar mengenai tulis menulis darinya, arti sebuah kesabaran dan lainnya.

Dan juga saya sangat berterimakasih kepada bpk. Sayid Fadil Asqar, pencetus pertama komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) Takengon Aceh Tengah yang telah mengajarkan banyak hal tentang dunia tulis-menulis, arti kehidupan dan lainnya.[]

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.