Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]
CURIGA, itulah kata yang sering menjadikan manusia saling tidak percaya dan tidak jarang berakhir dengan pertikaian, curiga dapat disebabkan karena kebencian yang berlebihan sehingga menghilangkan logika yang benar, semua orang yang kita anggap berbeda dengan kita dijadikan lawan dan tidak pernah benar. Namun bila kita telusuri lebih jauh kecurigaan dan kebencian lebih disebabkan karena ketidak pahaman dan ketidak tahuan.
Kita mungkin bertanya juga, apa sih sebenarnya makna ketidak tahuan atau apa arti dari ketahuan kita terhadap sesuatu. Jawabannya tidak lain adalah sejauhmana pengetahuan yang kita miliki tentang masalah atau objek yang ingin kita ketahui. Dalam perkembangan Aceh kekinian banyak orang bingung memahami tentang apa sebenarnya yang diinginkan Aceh sehingga pengetahuan terhadap kemauan Aceh terkadang tidak kita temukan hubungan logisnya, pada hal ada satu ikatan yang disebut dengan kekhususan bagi Aceh inilah yang menjadi landasan semua pengetahuan terhadap Aceh.
Karena apa banyak orang (Aceh) merasa benci kepada orang Gayo dengan plesetan kata “gre gre gre” ternyata hanya kata itu yang mereka tau tidak lebih, artinya ketidak senangan mereka sebenarnya dikarenakan ketidaktahuan mereka, sama dengan orang Gayo yang sering marah ketika ada orang (Aceh) menyebut Gayo bukan dengan (ṍ) tetapi dengan (o). Namun setelah diteliti dan dikaji sebenarnya sulit menemukan kata (ṍ) dalam bahasa Aceh, kalaupun kita tidak bisa katakan tidak ada.
Semua ini bisa berubah apabila sesorang bisa merubah kecurigaan menjadi keyakinan atau kepahaman, ini terbukti dikalangan masyarakat Aceh yang ada di Banda Aceh yang pada awalnya masih sering terdengar kata “gre gre gre” bahkan mereka sering marah ketika mendengar acara “Keberi Gayo” di Aceh TV yang disampaikan dengan bahasa Gayo, tapi ketidak pahaman mereka mulai berubah dari kata “gre gre gre” menjadi bagaimana “Keberni Gayo” atau apa itu “keberni” (maksudnya apa artinya keberni Gayo).
Jadi upaya merubah dari kecurigaan menjadi keyakinan atau kepahaman sangat tergantung kepada kemampuan metode komunikasi yang digunakan, bahkan mereka yang mampu memberi paham kepada orang lain bisa dijadikan panutan dan tokoh yang dihormati, namun sebaliknya apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memberikan pengetahuan untuk merubah kecurigaan kepada keyakinan orang tersebut akan dikuasa oleh orang yang mencurigai tersebut.
Kemampuan untuk memberitahu dan mencari tahu lebih banyak dikuasai oleh mereka yang berprofesi sebagai pedagang, karena dalam usaha mereka sangat tergantung kepada orang banyak yang menggantungkan diri kepada mereka. Sebaliknya masyarakat yang hidup sebagai pertani (agraris) sangat sulit untuk memperkenlakan diri kepada orang di luar diri mereka sehingga kecurigaan dan kebencian kepada orang lain sangat banyak terjadi.