Akhir Sebuah Karya

oleh
Drs Jamhuri (foto:tarina)
Drs Jamhuri (foto:tarina)
Drs Jamhuri (foto:tarina)

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA

KARYA, itulah hasil dari perjuangan manusia baik karya yang berakhir dan bermanfaat untuk kehidupan dunia maupun karya yang berakhir untuk kehidupan akhirat atau juga karya yang berakhir untuk keduanya. Islam menghendaki karya bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat dengan tidak saling mengutamakan tetapi merupakan kebutuhan yang berkelanjutan dari satu kehidupan di dunia kepada kehidupan yang lain di akhirat.
Adanya karya sudah merupakan tuntutan bagi kehidupan manusia, karenanya manusia perlu berusaha untuk mengolah tanah untuk dijadikan ladang dan sawah. Dalam pengolahan tanah diperlukan alat dimana manusia memulainya dari alat yang sangat tradisional sampai kepada alat yang sangat maju sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia, awalnya alam menyediakan pepohonan bagi manusia maka alat-alat yang digunakan juga dari kayu, selanjutnya dari batu dan berlanjut dengan penggunaan besi. Semakin majunya alat dan majunya pengolahan dan penggunaan alat ilmu pengetahuan menyebut manusia tersebut sebagai manusia yang berkebudayaan, artinya mereka mampu mengolah alam sesuai dengan kebutuhannya.

Alam yang disediakan oleh Tuhan untuk manusia harus diolah dan dari hasil olahan tersebut manusia  dapat memenuhi kebutuhannya, banyak sedikitnya hasil yang didapat sangat ditentukan oleh alat dan cara. Manusia yang menebang pohon dengan menggunakan batu tentu tidak sebanyak pohon yang ditebang dengan menggunakan besi, pohon yang ditebang dengan besi juga tidak sebanyak hasil yang ditebang dengan menggunakan teknologi.

Dalam diri manusia ada dorongan untuk hidup merubah diri dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, dorongan yang dimaksudkan tentu saja ke arah yang lebih baik paling kurang sesuai dengan kehendak orang yang ingin berubah tersebut. Disamping dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang ada juga dorongan yang datangnya dari luardiri manusia, baik dari manusia yang lain atau juga dari lingkungan manusia itu sendiri. Dalam Islam bisa kita tambahkan selain dari dorongan tersebut adalah dorongan dari Tuhan atau tuntutan yang menrupakan Kehendak Tuhan.

Tidak berhasil maksimal apa yang dikerjakan atau diusahakan oleh manusia dan tidak akan mendatangkan kesejahteraan apabila tidak dilakukan dengan pengerahan kemampuan jiwa dan raga. Ada sebagian manusia bekerja tidak pernah berhenti siang dan malam namun hasil yang didapat tidak pernah memuaskan dirinya sebagai orang yang sudah berusaha, karena pekerjaan yang dilakukan tidak menggunakan akal pikiran, mereka bekerja tidak memiliki ilmu yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pekerjaan mereka, seolah pekerjaan yang dilakukan seolah karena tidak ada pekerjaan lain pada hal pekerjaan yang dilakukan sudah menjadi sumber kehidupan dan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan. Ada juga orang yang bekerja dan memiliki ilmu terhadap pekerjaan yang dilakukannya tetapi ia tidak mempunyai kemaun untuk melakukan pekerjaan tersebut, keadaan orang seperti ini kebanyakan dilakukan oleh orang yang hanya bekerja karena dorongan orang lain atau keterpaksaan.

Tidak cukup hanya dengan pemikiran (profesional) dan kemaun dalam melakukan pekerjaan tetapi juga diperlukan adanya rencana setelah melakukan perbuatan tersebut, rencana yang dimaksudkan adalah agar perbuatan yang dilakukan tidak hanya melahirkan kesenangan dan kesejahteraan sesaat, tetapi yang diharapkan adalah kebahagiaan dan kesejahteraan dalam waktu yang lama, itulah alasan menjadi agama sebagai dasar untuk melakukan suatu pekerjaan sehingga hasil dari sebuah karya bermanjaaf dalam kehidupan sekarang dan untuk kehdupan selanjutnya.

Penulis adalah Dosen pada Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.