TAKENGON-LintasGAYO.co : Muchsin lupa pasti, kapan ia pernah memandu arung jeram untuk tamu disabilitas, yang pasti masih 2025.
Kala itu, salah satu rombongan yang ia layani adalah para penyandang disabilitas salah satu sekolah dari Aceh Utara.
“Yang naik perahu arung jeram saya ada saudara kita yang tunarungu, berkebutuhan khusus, dan lain-lain, ada 6 orang terdiri dari 4 murid dan dua guru,” kata Muchsin.
Kelompok sekolah ini memesan sekitar delapan hingga sembilan perahu arung jeram Lukub Badak.
“Pengalaman saya secara hati, senang. Mereka tidak sama dengan kita yang non disabilitas, saya harus menjelaskan di depan ada kuda, pemandangan, kemudian persiapan spot foto, kebetulan untuk ini didampingi guru sekolah mereka,” ucap Muchsin.
Jadi paska pemanduan tersebut, Muchsin mengaku menjadikan pengalaman untuk memberikan intruksi tertentu kepada guru dan para murid itu, selanjutnya gurunya menyampaikan ke para siswa dengan cara inklusi.
Sabtu, 18 Oktober 2025, Muhcin seperti biasa mempersiapkan diri untuk memandu para tamu arung jeram. Namun ia tak menyangka, tamu tersebut ternyata dari kalangan berkebutuhan khusus.
“Jadi kami ada senam jantung sehat, ada jadwal seperti biasa setiap Sabtu. Saya ditunjuk admin Lukub Badak sesuai urutan petugas, untuk memandu Sikdam, salah satu tokoh disabilitas Nasional, saya merasa senang dan bahagia,” lanjut Muchsin.
Muchsin yang juga petugas pemadam kebakaran di Bener Meriah ini mulai mengintruksikan para tamu menuju perahu, kemudian dituntun sampai dengan perahu karet dengan cara yang inklusi.
“Jadi seperti dimana ada tangga, naik ke perahu, kemudian meminta Sikdam memegang tali yang ada di bantalan perahu yang diduduki,” sebut Muchsin.
Kemudian, Muchsin memperkenalkan DAS Peusangan, sungai yang mengalir dari Danau Lut Tawar, yang aliran hulunya sampai ke lima kabupaten/ kota kepada Sikdam.
“Setelah itu saya menjelaskan jarak dari titik start ke finish, kurang lebih 4, 5 kilometer, dengan kisaran waktu 40 menit,” terang Muchsin.
Diperjalanan, Muchin menjelaskan keadaan alam kepada Sikdam yang tunanetra, demikian pemandangan yang ada sekitar.
“Jadi saya jelaskan seperti disebelah kanan ada kebun durian, ada kebun kopi, ada kebun tomat. Lalu di tengah perjalanan saya jelaskan, bahwa DAS Peusangan ini juga kerap dijuluki swiss nya Aceh,” ungkap Muchsin.
Ia juga menyampaikan intruksi lisan kepada Sikdam,
ketika tiba di beberapa spot untuk foto dan menyiapkan posisi, lalu bersiap untuk arus air yang agak beriak.
“Kepada Sikdam, saya sampaikan, ketika air beriak, bergelombang, agar segera memegang tali yang sudah disiapkan, agar tetap aman, lalu kemudian tiba di titik finish di Kampung Lenga,” sebut Muchsin, yang mengaku dibelaki arung jeram inklusi oleh Kopwis Alga seperti rekan-rekan pemandu arung jeram yang lain.
Tiba di finish, salah satu rekannya bernama Munadi, menuntun Sikdam menuju mobil penjemputan.
“Secara umum, selama di perahu, saya memberikan gambaran visual kepada Sikdam, seolah ia bisa membayangkan gambaran di perahu arung jeram maupun pemandangan DAS Peusangan yang dilalui,” tambah Muchsin.
Ia merasa terharu, karena dapat memandu masyarakat berkebutuhan khusus, apalagi Sikdam, salah satu tokoh disabilitas nasional.
“Saya terharu dan bangga, bisa bersama orang hebat seperti Sikdam,” tutup Muchsin.
[BSP]