Salam : Menebar Damai dari Sajadah ke Kehidupan

oleh

Catatan Mahbub Fauzie (Penghulu Ahli Madya KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah)

Setelah seluruh rukun shalat disempurnakan, seorang hamba menutup perjumpaannya dengan kalimat yang indah dan sarat makna:

Assalamuโ€™alaikum warahmatullah โ€” semoga keselamatan, rahmat, dan kasih sayang Allah tercurah kepadamu.

Salam adalah tanda selesainya shalat, namun bukanlah akhir dari penghambaan. Ia justru menjadi pintu pembuka bagi ibadah yang sejati: kehidupan yang penuh kedamaian.

Dari keheningan mihrab, seorang hamba kini menoleh ke kanan dan ke kiri โ€” menandakan bahwa cinta dan kebaikan yang baru saja ia bangun di hadapan Allah harus ia sebarkan kepada sesama manusia.

Begitulah seharusnya rumah tangga: menjadi tempat pertama di mana salam hidup dan berdenyut maknanya.

๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ: ๐๐ž๐ง๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ฉ ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐Œ๐ž๐ง๐ ๐ก๐ข๐๐ฎ๐ฉ๐ค๐š๐ง

Dalam shalat, salam bukan sekadar formalitas. Ia adalah doa yang bergerak โ€” mengalir dari hati yang bersujud menuju hati-hati lain di sekitarnya. Setiap kali seseorang mengucap salam, ia sedang mengirimkan pesan damai kepada keluarga, tetangga, bahkan seluruh makhluk.

Rasulullah SAW bersabda:
โ€œSebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan shalatlah di malam hari ketika manusia tidur; niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.โ€
(HR. Tirmidzi)

Salam mengandung kasih, kepedulian, dan keterhubungan. Ia adalah jembatan yang menghubungkan ibadah ritual dengan ibadah sosial. Seorang muslim yang benar-benar merasakan nikmatnya shalat tidak akan pelit memberi salam, sebab di dalamnya mengalir energi kedamaian yang ia bawa dari perjumpaan dengan Tuhannya.

Begitu pula rumah tangga. Ia akan hidup damai bila di dalamnya terpelihara suasana โ€œsalamโ€ โ€” bukan sekadar ucapan, melainkan kehadiran yang menenangkan. Rumah yang dipenuhi Assalamuโ€™alaikum akan berbeda auranya dengan rumah yang dipenuhi teriakan dan amarah.

Ketika suami pulang lalu menyapa istrinya dengan salam, ia membawa pesan: Aku datang tanpa dendam, tanpa prasangka, dengan niat baik dan cinta. Dan ketika sang istri menjawab lembut, Waโ€™alaikumussalam warahmatullah, maka malaikat pun menaungi rumah itu dengan doa keselamatan.

๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐‘๐ฎ๐ฆ๐š๐ก ๐“๐š๐ง๐ ๐ ๐š: ๐๐š๐ก๐š๐ฌ๐š ๐Š๐ž๐๐š๐ฆ๐š๐ข๐š๐ง

Rumah tangga yang bahagia bukanlah rumah yang tanpa perbedaan, melainkan rumah yang mampu menjaga kedamaian di tengah perbedaan. Di sinilah makna salam diuji.

Rasulullah SAW bersabda:
โ€œOrang yang paling utama di antara kalian adalah yang memulai mengucapkan salam.โ€ (HR. Abu Dawud)

Hadis ini mengajarkan: yang lebih dahulu menebar damai, dialah yang lebih mulia. Dalam kehidupan rumah tangga, maknanya bisa sangat dalam โ€” siapa yang lebih dulu menenangkan keadaan setelah pertengkaran, siapa yang lebih dulu meminta maaf, siapa yang lebih dulu memulai percakapan dengan kelembutan โ€” dialah yang lebih dekat dengan akhlak Nabi.

Dalam shalat, kita menoleh ke kanan dan ke kiri ketika mengucap salam. Gerakan itu simbolis โ€” bahwa kedamaian tidak boleh berhenti pada diri sendiri, melainkan harus menjalar ke kanan dan kiri: kepada pasangan, anak, tetangga, dan masyarakat.

Rumah yang ideal adalah rumah yang menjadi sumber kesejukan bagi lingkungan. Di dalamnya, suami dan istri saling menyejukkan, anak-anak tumbuh dengan kata lembut, dan tamu yang datang merasa disambut dengan kehangatan. Itulah โ€œsalamโ€ yang hidup, menjadi bahasa kasih yang nyata.

๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ: ๐‚๐ž๐ซ๐ฆ๐ข๐ง ๐Š๐ž๐๐ž๐ฐ๐š๐ฌ๐š๐š๐ง ๐ˆ๐ฆ๐š๐ง

Setelah salam, seorang muslim bebas kembali berbicara. Namun tutur katanya seharusnya tetap sesuci doa yang baru saja ia ucapkan. Demikian pula dalam rumah tangga: setelah diam menahan amarah, akan tiba saat untuk โ€œmengucap salamโ€ satu sama lain โ€” menandakan kedewasaan iman dan keikhlasan hati.

Allah berfirman:
โ€œDan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak berguna, mereka berpaling darinya dan berkata: โ€˜Bagi kami amal kami, dan bagimu amalmu. Salamun โ€˜alaikum, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.โ€™โ€ (QS. Al-Qashash: 55)

Ayat ini mengajarkan bahwa salam juga bisa menjadi cara berpisah dari kebodohan dengan penuh adab. Dalam rumah tangga, salam seperti ini berarti memilih diam daripada menyakiti, memilih damai daripada menang. Itulah tanda kematangan rohani โ€” ketika lidah dan hati mampu bersatu dalam kelembutan.

๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ: ๐Œ๐ž๐ง๐ฎ๐ฆ๐›๐ฎ๐ก๐ค๐š๐ง ๐’๐ฎ๐ซ๐ ๐š ๐๐ข ๐‘๐ฎ๐ฆ๐š๐ก

Ketika malaikat menyambut para penghuni surga, ucapan mereka adalah:

โ€œSalamun โ€˜alaikum bima shabartum.โ€ โ€” โ€œSalam sejahtera atasmu karena kesabaranmu.โ€ (QS. Ar-Raโ€™d: 24)

๐ˆ๐ง๐ข๐ฅ๐š๐ก ๐ฉ๐ž๐ฌ๐š๐ง ๐š๐›๐š๐๐ข: ๐ค๐ž๐๐š๐ฆ๐š๐ข๐š๐ง ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐›๐ฎ๐š๐ก ๐๐š๐ซ๐ข ๐ค๐ž๐ฌ๐š๐›๐š๐ซ๐š๐ง.

Rumah tangga yang damai lahir dari kesabaran mencintai, kesabaran memahami, dan kesabaran memperbaiki diri. Di puncak kesabaran itu tumbuhlah salam โ€” ketenangan yang dirasakan bersama.

Rasulullah SAW memberi teladan. Beliau selalu menyapa istrinya dengan lembut, tersenyum penuh kasih, dan tak pernah berkata kasar. Itulah โ€œsalamโ€ dalam bentuk akhlak โ€” bukan hanya di bibir, tapi dalam cara memandang, menyentuh, dan memperlakukan orang terkasih.

Jika salam hidup di rumah, surga pun terasa hadir di dunia. Anak-anak tumbuh dalam suasana aman, pasangan saling percaya, dan setiap langkah pulang ke rumah menjadi perjalanan menuju rahmat Allah.

๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ, ๐Œ๐ข๐ฌ๐ข ๐€๐›๐š๐๐ข ๐’๐ž๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐Œ๐ฎ๐ค๐ฆ๐ข๐ง

Salam adalah penutup shalat, tapi juga awal dari misi besar seorang mukmin: menebar kedamaian. Maka rumah tangga yang beriman bukan sekadar tempat ibadah pribadi, melainkan ladang damai yang menumbuhkan kebaikan bagi masyarakat.

Setiap kali kita menoleh ke kanan dan kiri dalam salam, bayangkanlah bahwa kita sedang berkata kepada dunia: โ€œAku baru saja berjumpa dengan Allah, dan kini aku membawa damai untuk kalian.โ€

Begitulah kehidupan orang beriman: dimulai dengan takbiratul ihram โ€” tanda kesungguhan menyerahkan diri kepada Allah, dan diakhiri dengan salam โ€” tanda kesiapan menyebarkan rahmat kepada sesama.

Semoga setiap rumah menjadi mihrab cinta, tempat maaf dan doa berpadu. Dan semoga setiap salam yang terucap dari bibir suami, istri, dan anak-anak menjadi sebab turunnya rahmat Allah yang tak putus di rumah itu. Wallahu aโ€˜lam.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.