Tasyahhud : Mengikrarkan Kesetiaan dan Syahadat Cinta

oleh
Mahbub Fauzie

Catatan Mahbub Fauzie (Penghulu Ahli Madya KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah)

Tasyahhud adalah momen agung dalam shalat โ€” sebuah perhentian rohani di penghujung perjalanan ibadah, ketika seorang hamba duduk dengan penuh ketenangan di hadapan Tuhannya.

Setelah melalui rukuk, sujud, dan bacaan penuh makna, kini ia bersimpuh dengan damai, melafalkan kalimat pengakuan yang mengguncang langit dan bumi:

โ€œAt-tahiyyatu lillahi, was-shalawatu wat-thayyibat.โ€ Segala penghormatan, salawat, dan kebaikan hanyalah milik Allah.

๐— ๐—ฎ๐—ธ๐—ป๐—ฎ ๐—ฆ๐—ฒ๐˜๐—ถ๐—ฎ๐—ฝ ๐—ž๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—บ๐—ฎ๐˜ ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—ง๐—ฎ๐˜€๐˜†๐—ฎ๐—ต๐—ต๐˜‚๐—ฑ

Tasyahhud bukan sekadar rangkaian lafaz, melainkan pernyataan iman yang sarat makna dan cinta.

1. โ€œAt-tahiyyatu lillahiโ€ bermakna bahwa segala bentuk penghormatan, kemuliaan, dan sapaan agung hanyalah milik Allah. Dalam kehidupan, ini mengingatkan kita agar tidak menyanjung siapa pun melebihi Allah. Dalam rumah tangga, penghormatan kepada pasangan adalah bagian dari ketaatan kepada Allah.

2. โ€œWas-shalawatuโ€ berarti seluruh bentuk ibadah, doa, dan kebaikan hakikatnya hanya untuk Allah. Rumah tangga yang beriman menjadikan seluruh aktivitasnya โ€” dari bekerja, mendidik anak, hingga saling melayani โ€” sebagai ibadah yang diridhai-Nya.

3. โ€œWat-thayyibatโ€ menegaskan bahwa segala kebaikan dan kesucian hidup bersumber dari Allah. Rumah tangga yang bersih hati dan bahagia hanyalah lahir dari cinta yang disucikan oleh iman.

Kemudian seorang hamba mengikrarkan kalimat suci:

โ€œAsyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan โ€˜abduhu wa rasuluh.โ€
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya.

Inilah puncak shalat โ€” saat seorang hamba memperbarui pengakuan dan kesetiaannya kepada Allah.

๐Ÿ. ๐“๐š๐ฌ๐ฒ๐š๐ก๐ก๐ฎ๐: ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ค๐ฎ๐š๐ง ๐“๐จ๐ญ๐š๐ฅ ๐ค๐ž๐ฉ๐š๐๐š ๐€๐ฅ๐ฅ๐š๐ก

Kalimat pertama, โ€œAt-tahiyyatu lillahiโ€ฆโ€, menegaskan bahwa seluruh penghormatan hanyalah milik Allah. Seorang hamba menundukkan seluruh kesombongannya dan mengakui kebesaran Sang Pencipta.

Dalam rumah tangga, makna ini mengajarkan bahwa penghormatan kepada pasangan bukan karena pangkat, usia, atau kedudukan, melainkan karena Allah memerintahkannya.

Ketika suami menghormati istrinya, ia sesungguhnya sedang beribadah. Ketika istri menghormati suaminya, ia sedang menunaikan perintah Ilahi.

Rasulullah SAW bersabda:
โ€œSebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.โ€
(HR. Tirmidzi, no. 3895)

Hadis ini menegaskan bahwa rumah tangga yang baik lahir dari ibadah, bukan sekadar kebiasaan. Saling menghormati adalah cermin iman yang hidup.

๐Ÿ. ๐“๐š๐ฎ๐ก๐ข๐: ๐…๐จ๐ง๐๐š๐ฌ๐ข ๐‘๐ฎ๐ฆ๐š๐ก ๐“๐š๐ง๐ ๐ ๐š ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐Š๐จ๐ค๐จ๐ก

Kalimat โ€œAsyhadu alla ilaha illallahโ€ adalah inti seluruh kehidupan. Tauhid bukan hanya ucapan, melainkan sistem nilai yang menuntun setiap langkah seorang mukmin.

Rumah tangga yang berlandaskan tauhid berarti menjadikan Allah sebagai pusat orientasi cinta. Suami bukan penguasa yang ditakuti, dan istri bukan pemilik keputusan mutlak. Keduanya tunduk kepada Allah, saling menasihati dalam kebenaran, dan berlomba dalam kebaikan.

Ketika cinta kepada Allah menjadi poros utama, maka kasih kepada pasangan pun akan seimbang, jujur, dan menenteramkan. Tauhid menjauhkan keluarga dari kesyirikan cinta โ€” cinta yang berlebihan kepada manusia hingga melupakan Allah.

๐Ÿ‘. ๐“๐ž๐ฅ๐š๐๐š๐ง ๐‘๐š๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐ฎ๐ฅ๐ฅ๐š๐ก ๐’๐€๐–: ๐‚๐ข๐ง๐ญ๐š ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐๐ž๐ซ๐›๐ฎ๐๐ข

Kalimat โ€œWa asyhadu anna Muhammadan โ€˜abduhu wa rasuluhโ€ membawa kita kepada sosok teladan sejati: Rasulullah Muhammad SAW.

Aisyah RA meriwayatkan:
โ€œRasulullah SAW membantu pekerjaan keluarganya. Jika waktu shalat tiba, beliau keluar untuk shalat.โ€ (HR. Bukhari, no. 6039)

Beliau adalah pemimpin umat, namun di rumah menjadi pelayan keluarga. Dalam kesederhanaannya, beliau menebarkan cinta yang lembut, menghargai istri-istrinya, dan tidak pernah bersikap kasar.

Inilah cermin nyata dari makna tasyahhud: pengakuan cinta yang dihidupkan dalam perbuatan. Seorang suami yang meneladani Rasulullah akan menjadi pelindung penuh kasih. Seorang istri yang meneladani para istri Nabi akan menjadi penyejuk hati.

๐Ÿ’. ๐“๐ฎ๐ฆ๐šโ€™๐ง๐ข๐ง๐š๐ก: ๐“๐ž๐ง๐š๐ง๐  ๐๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐Š๐ž๐ฌ๐ž๐ญ๐ข๐š๐š๐ง

Duduk tasyahhud dilakukan dengan tumaโ€™ninah โ€” ketenangan lahir dan batin. Tidak terburu-buru, tidak gelisah, karena seorang hamba tahu kepada siapa ia bersaksi.

Begitu pula rumah tangga yang berlandaskan iman akan melahirkan ketenangan. Suami dan istri yang menempatkan Allah sebagai saksi cinta mereka akan menghadapi cobaan dengan sabar, bukan dengan amarah.

Allah berfirman:
โ€œDan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.โ€ (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menjelaskan bahwa sakinah bukan berarti tanpa masalah, tetapi kemampuan untuk tetap tenang dalam badai karena yakin Allah menjadi pusat rumah tangga itu.

๐Ÿ“. ๐’๐š๐ฅ๐š๐ฐ๐š๐ญ: ๐‚๐ข๐ง๐ญ๐š ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐๐ž๐ซ๐ค๐ž๐ฅ๐š๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ๐š๐ง

Dalam tasyahhud, seorang muslim membaca salawat kepada Nabi SAW:
โ€œAllahumma shalli โ€˜ala Muhammad wa โ€˜ala ali Muhammad…โ€

Salawat adalah bentuk cinta dan penghormatan yang tak pernah pudar. Ia menjadi pengingat agar akhlak Nabi SAW hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam berumah tangga.

Rasulullah SAW bersabda:
โ€œOrang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling lembut terhadap istrinya.โ€ (HR. Ahmad, no. 23450)

Dengan salawat, cinta tidak hanya menjadi perasaan, tapi juga amal. Setiap kelembutan, kesabaran, dan maaf dalam rumah tangga adalah bentuk nyata dari cinta yang meneladani Rasulullah SAW.

๐Ÿ”. ๐’๐ฒ๐š๐ก๐š๐๐š๐ญ ๐‚๐ข๐ง๐ญ๐š: ๐‰๐š๐ง๐ฃ๐ข ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐‡๐š๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐ƒ๐ข๐ฉ๐ž๐ซ๐›๐š๐ซ๐ฎ๐ข

Setiap kali seorang muslim duduk tasyahhud, ia sedang memperbarui syahadatnya kepada Allah. Ia menegaskan kembali kesetiaan yang mungkin mulai luntur oleh kesibukan dunia.

Demikian pula dalam rumah tangga, syahadat cinta perlu diperbarui setiap waktu. Bukan hanya dengan ucapan, tetapi dengan tindakan nyata: kesetiaan, pengorbanan, dan kejujuran.

Rasulullah SAW bersabda:
โ€œAllah merahmati seorang suami yang bangun malam untuk shalat, lalu membangunkan istrinya. Jika enggan, ia siramkan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun malam untuk shalat, lalu membangunkan suaminya.โ€ (HR. Abu Dawud, no. 1308)

Inilah cinta yang bersyahadat: cinta yang saling menegakkan ibadah dan saling menuntun menuju surga.

๐Ÿ•. ๐’๐ž๐›๐ž๐ฅ๐ฎ๐ฆ ๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ: ๐Œ๐ž๐ง๐ฒ๐š๐ฉ๐š ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐ƒ๐š๐ฆ๐š๐ข

Sebelum salam mengakhiri shalat, seorang muslim duduk dalam tasyahhud terakhir โ€” momen hening untuk memusatkan hati. Setelah itu ia menoleh ke kanan dan kiri, memberi salam, menebar kedamaian ke seluruh penjuru.

Begitu pula dalam kehidupan rumah tangga. Sebelum โ€œmengucap salamโ€ kepada dunia, hendaklah setiap pasangan duduk dalam tasyahhud hati โ€” merenung, memperbaiki niat, dan memperbarui janji suci.

Salam yang lahir dari hati yang bertasyahhud akan melahirkan kedamaian. Rumah tangga akan menjadi tempat berlindung, bukan medan konflik; menjadi taman rahmah, bukan arena kuasa.

๐๐ž๐ง๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ฉ: ๐“๐š๐ฌ๐ฒ๐š๐ก๐ก๐ฎ๐ ๐Š๐ž๐ก๐ข๐๐ฎ๐ฉ๐š๐ง

Setiap gerakan dalam shalat adalah pelajaran kehidupan. Rukuk mengajarkan kerendahan hati, sujud menanamkan kepasrahan total, dan tasyahhud meneguhkan kesetiaan.

Tasyahhud adalah simbol pertemuan antara cinta dan iman. Di dalamnya, seorang hamba memperbarui syahadat spiritualnya kepada Allah, sekaligus syahadat cintanya kepada pasangan hidup.

Maka sebelum salam menutup shalat, duduklah sejenak dalam tasyahhud kehidupan. Tenangkan jiwa, renungkan cinta, dan perbarui ikrar kesetiaan:

โ€œYa Allah, Engkaulah satu-satunya tujuan hidupku. Jadikan cintaku kepada pasangan sebagai jalan menuju ridha-Mu. Kuatkan kami untuk menjaga janji suci ini hingga akhir hayat.โ€

Jika tasyahhud ini hidup dalam keseharian, maka rumah tangga akan menjadi mihrab ketenangan โ€” tempat dua insan bersujud dalam cinta yang suci. Dari sana lahir keluarga yang kokoh di dunia, dan insya Allah berkumpul kembali di surga.

Tasyahhud adalah syahadat cinta. Ia mengajarkan bahwa cinta sejati bukan hanya kata, melainkan ikrar yang terus diperbarui di hadapan Allah. Sebagaimana shalat tidak sah tanpa tasyahhud, demikian pula cinta tak akan bermakna tanpa kesetiaan.[]

Rujukan:

1. Al-Qurโ€™an al-Karim, Surah Ar-Rum ayat 21.

2. Hadis riwayat Tirmidzi no. 3895, Sunan at-Tirmidzi, Bab tentang keutamaan berbuat baik kepada keluarga.

3. Hadis riwayat Bukhari no. 6039, Sahih al-Bukhari, Bab tentang akhlak Nabi SAW terhadap keluarganya.

4. Hadis riwayat Ahmad no. 23450, Musnad Ahmad bin Hanbal, tentang kesempurnaan iman dan akhlak terhadap istri.

5. Hadis riwayat Abu Dawud no. 1308, Sunan Abi Dawud, Bab tentang shalat malam suami-istri.

6. Al-Ghazali, Ihyaโ€™ Ulumiddin, Juz 1, tentang rahasia shalat dan makna bacaan tasyahhud.

7. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 12, Jakarta: Lentera Hati, 2005.

8. M. Qutb, Fi Dzilalil Qurโ€™an, tafsir tematik tentang keluarga sakinah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.