TAKENGON-LintasGAYO.co : Dosen dan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon melakukan kunjungan ilmiah ke Situs Cagar Budaya Loyang Ujung Karang di Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah.
Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Studi Literasi dan Budaya Gayo yang bertujuan memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap akar sejarah dan kekayaan budaya lokal.
Dosen pengampu mata kuliah, Dr. Al Musanna, M.Ag, menyampaikan, kegiatan lapangan ini menjadi bentuk nyata dari pembelajaran literatur budaya Gayo dengan tema asal-usul Gayo.
“Berada di sini adalah bagian dari studi literatur budaya Gayo. Banyak sumber tentang asal-usul Gayo yang belum ilmiah, seperti hikayat atau cerita lisan. Melalui kunjungan langsung ke situs sejarah, kita belajar dari sumber yang lebih otentik, berdialog dengan narasumber, dan memahami konteks budaya dari sisi arkeologis,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Al Musanna menambahkan bahwa mahasiswa diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap warisan sejarah daerahnya melalui penulisan ilmiah dan penyebaran informasi yang berimbang.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya tahu, tetapi juga menjadi agen pelestarian dan penyebar informasi budaya Gayo melalui karya tulis dan kegiatan akademik,” tambahnya.
Dalam kunjungan tersebut, Khalisuddin, salah satu pemerhati sejarah Gayo, turut memberikan penjelasan mengenai nilai penting Loyang Ujung Karang sebagai situs prasejarah.
“Loyang ini merupakan salah satu bukti kehidupan manusia prasejarah di Dataran Tinggi Gayo yang diperkirakan berusia sekitar delapan ribu tahun. Temuan seperti alat batu, gerabah berhias, hingga anyaman rotan menjadi petunjuk bagaimana kehidupan dan kebudayaan leluhur Gayo berkembang,” ungkap Khalis.
Ia juga mengapresiasi langkah IAIN Takengon yang menjadikan situs tersebut sebagai laboratorium belajar sejarah dan budaya bagi mahasiswa.
Kegiatan ini turut menghadirkan Dr. Ketut Wiradnyana, M.Si, seorang arkeolog yang telah meneliti situs-situs prasejarah termasuk Aceh Tengah. Hadirnya Ketut lewat video call.
“Ketika kami melakukan survei pada 2009, ditemukan pecahan tembikar dan alat batu yang menunjukkan situs ini digunakan sebagai tempat penguburan, bukan tempat tinggal. Hal ini memberikan gambaran tentang sistem kepercayaan dan praktik sosial masyarakat prasejarah di Gayo,” jelasnya.
Melalui kegiatan studi literatur lapangan ini, para mahasiswa tidak hanya belajar tentang data arkeologis, tetapi juga memahami bagaimana sejarah, budaya, dan identitas Gayo terbentuk dan diwariskan hingga kini.
[SP]