Takbiratul Ihram, Memulai Rumah Tangga dengan Kesungguhan dan Kepasrahan

oleh

Catatan Mahbub Fauzie*

Dalam shalat, takbiratul ihram adalah gerbang sakral menuju ibadah. Saat seorang muslim mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan “Allahu Akbar”, ia bukan hanya memulai shalat, tetapi sedang menegaskan penyerahan total dirinya kepada Allah.

Pada saat itu, semua urusan dunia seketika ia letakkan. Takbiratul ihram menandai titik perubahan: dari hiruk-pikuk dunia yang profan menuju ruang suci yang penuh ketundukan dan keikhlasan.

Begitu pula dalam kehidupan rumah tangga. Pernikahan sejatinya adalah takbiratul ihram dalam kehidupan sosial.

Ketika dua insan mengucapkan ijab qabul, sejatinya mereka sedang “mengangkat tangan”, meninggalkan ego, masa lalu, dan segala hal yang bisa mengganggu kekhusyukan membangun rumah tangga.

Dalam hati mereka berkata, “Allahu Akbar”, bahwa Allah lebih besar dari segala ego, lebih besar dari segala kekurangan pasangan, dan lebih besar dari setiap ujian yang akan datang.

𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 𝗧𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻: 𝗦𝗶𝗺𝗯𝗼𝗹 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗲𝗿𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗦𝗶𝗮𝗽 𝗠𝗲𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶

Gerakan mengangkat tangan dalam takbiratul ihram melambangkan kesiapan untuk melepaskan diri dari urusan dunia. Dalam konteks rumah tangga, itu berarti kesiapan untuk meninggalkan keegoisan dan kepentingan pribadi.

Rumah tangga tidak akan pernah bahagia jika masing-masing masih menggenggam kata “aku” dan enggan membuka tangan untuk “kita”.

Ketika suami dan istri sama-sama “mengangkat tangan”, secara maknawi mereka siap memasuki fase kehidupan baru dengan niat yang suci. Tidak lagi membawa dendam, gengsi, atau luka masa lalu.

Rumah tangga yang dibangun di atas keikhlasan seperti ini akan lebih tenang, karena setiap langkahnya diawali dengan kesadaran bahwa hidup bersama adalah ibadah, bukan arena untuk saling menundukkan.

𝘼𝙡𝙡𝙖𝙝𝙪 𝘼𝙠𝙗𝙖𝙧: 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗠𝗮𝗵𝗮 𝗕𝗲𝘀𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗦𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮𝗻𝘆𝗮

Ucapan “Allahu Akbar” bukan sekadar bacaan pembuka salat, tetapi juga deklarasi iman. Dalam rumah tangga, kalimat ini menjadi pengingat bahwa Allah lebih besar dari semua masalah, lebih besar dari kesulitan ekonomi, dan lebih besar dari emosi sesaat.

Ketika perbedaan pendapat muncul atau pertengkaran terjadi, mengingat kalimat “Allahu Akbar” akan menuntun kita pada kerendahan hati dan kesadaran bahwa kita hanyalah hamba yang lemah.

Banyak pasangan gagal bukan karena mereka tidak saling mencintai, tetapi karena mereka lupa menempatkan Allah di atas cinta itu. Mereka menuhankan ego dan menjadikan amarah sebagai imam.

Padahal, jika setiap perbedaan diawali dengan takbir dalam hati, niscaya amarah akan padam dan kasih akan kembali menyala.

Allah Swt. berfirman: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang…” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menegaskan bahwa rumah tangga bukan medan ego, tetapi taman ketenteraman. Ketika Allah menjadi pusatnya, ketenangan akan selalu hadir, bahkan di tengah badai sekalipun.

𝗥𝘂𝗺𝗮𝗵 𝗧𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 ‘𝗠𝗶𝗵𝗿𝗮𝗯’

Setelah takbiratul ihram, seseorang tidak boleh lagi berbicara sembarangan, bergerak seenaknya, apalagi melakukan hal yang membatalkan shalat.

Begitu pula rumah tangga. Setelah akad nikah, suami istri sudah memasuki ruang suci ibadah. Setiap ucapan menjadi doa, setiap sentuhan menjadi sedekah, dan setiap perbuatan menjadi ladang pahala. Maka jagalah rumah tangga dengan adab sebagaimana menjaga shalat.

Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menegaskan bahwa ukuran kebaikan seseorang bukan dari jabatan, harta, atau status sosialnya, tetapi dari bagaimana ia memperlakukan keluarganya. Rumah tangga adalah cermin sejati dari kualitas iman.

Takbiratul ihram mengajarkan bahwa setiap permulaan harus dimulai dengan kesadaran bahwa Allah Maha Besar. Begitu pula rumah tangga: ia bukan sekadar penyatuan dua insan, tetapi penyatuan dua niat suci yang diarahkan untuk mencari ridha Allah. Di situlah letak kekuatannya.

Sebelum kita memulai hari bersama pasangan, sebelum memutuskan sesuatu, atau saat menghadapi perbedaan, mari ucapkan dalam hati: Allahu Akbar.

Biarkan kalimat agung itu menjadi penuntun agar setiap langkah rumah tangga bernilai ibadah. Sebab rumah tangga yang diawali, dijalani, dan dijaga dengan takbiratul ihram akan senantiasa dipenuhi sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Shalat adalah tiang agama, dan setiap shalat diawali dengan takbiratul ihram. Demikian pula rumah tangga, tiang kehidupan yang seharusnya dimulai dengan takbir dalam hati []

*Penghulu Ahli Madya KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah (Paya Dedep, 11 Oktober 2025)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.