Oleh : Fauzan Azima*
Mungasam dowa adalah membaca mantra bahasa Gayo dengan memusatkan fikiran dan perasaan pada waktu tertentu untuk mencapai sesuatu.
Diantaranya: kebel, penimul, pelayang, uris, sakat, penglimun, penunduk, pengasih, pepiluk, pemanis dan sarang bedil.
Aktivitas mungasam dowa erat kaitannya dengan sains yang diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam; mencakup biologi, kimia dan fisika untuk membangkitkan dan menciptakan energi pada tubuh manusia yang menjadi hak bagi siapa saja yang mau mengamalkannya.
Ternyata, mungasam dowa mempengaruhi biokimia tubuh, apa yang disebut sebagai neurotransmiter yang mengirim sinyal pesan kimia ke sistem saraf otak dan tulang belakang yang mempengaruhi suasana hati bagi para perapalnya dan energinya bisa diarahkan kepada orang lain. Realitasnya menjadi dowa pemanis, pengasih dan pepiluk.
Selain neurotransmiter, dowa menghasilkan endorfin, yaitu zat penyembuh efektif dalam tubuh; membunuh sel kanker, ingatan kuat dan mental positif. Sehinggga energinya bisa disalurkan sebagai dowa penunduk.
Aktivasi dowa akan lebih mudah mencapai niat perapalnya ketika kondisi otak berada pada gelombang alpha dan betha karena logika melemah dan intuisi menguat. Sehingga energi tersimpan pada otak bawah sadar.
Sewaktu-waktu dapat digunakan seperti remote control untuk menghidupkan dan mematikan TV serta memindahkan dari satu chanel ke chanel lainnya.
Mungasam dowa mulai tengah malam sampai waktu subuh akan merangsang kelenjar pineal memproduksi hormon yang bermanfaat untuk tubuh, juga akan membangkitkan kesadaran spiritual. Sehingga kelenjar pineal juga disebut sebagai mata ketiga.
Kelenjar Pineal memproduksi hormon berupa melatonim yang membuat badan sehat dan segar serta membangkitkan spiritual.
Begitupun hormon pinolin yang membuat kita awet muda dan bathin menjadi peka terhadap lingkungan dan Hormon 5-MEO-Bart memahami keadaan psikologi seseorang. Padahal sebelumnya belum pernah bertemu.
Mungasam dowa menjadi energi yang semakin dahsyat dengan mengamalkan tiga pilar realitas; yaitu fikiran yang jelas, perasaan yang kuat dan tindakan yang selaras sebagai jembatan dunia bathin dan dunia nyata.
Benar, zaman telah berubah, tetapi dowa masih tetap aktual untuk dimanfaatkan. Dowa bukan sebagai pengganti kerja nyata.
Karenanya, kita harus tetap mengupgrad diri sesuai dengan perkembangan dunia sekarang.
Percayalah, orang yang mengolah intuisinya dengan mungasam dowa selangkah lebih maju dari masyarakat umumnya.
(Mendale, September 27, 2025)