[Puisi] Rindu Menusuk Kalbu
Anjun R
Rindu ini tak ubahnya mata pisau yang tak pernah tumpul. Ia menyayat tanpa darah, menggores tanpa luka. Dalam hening malam, ia bersembunyi di antara detak jantung, mengintai seperti bayangan yang enggan pergi.
Namamu selalu terucap tanpa suara, sang bayu pun tahu betapa hatiku ‘tak kuasa menutup pintu yang pernah kaubuka. Aku menanti, meski tak ada janji untuk kembali. Aku menunggu, meski waktu telah berputar penuh jemu.
Rindu ini menusuk kalbu, menembus lapisan jiwa yang paling dalam, menggetarkan urat-urat kesabaran. Ia menggigit setiap sendi, seakan embun pagi tak lagi dijumpai.
Duhai sang puja, jika jarak bisa dipersingkat, maka aku memilih menyelipkan namamu dalam doa yang kulangitkan. Air mata sebagai pengantar, di sepertiga malam. Sebagai bukti; cinta ini memang bertuan dan rindu tidak salah dalam memilih muaranya [SY]
Aceh, September 2025







