Catatan: Mahbub Fauzie, S.Ag., M.Pd*
Silaturrahim, atau menjaga tali persaudaraan, adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Namun, dalam praktiknya, menjaga hubungan baik antar keluarga besar seringkali tidak mudah.
Terutama ketika dua keluarga yang berbeda budaya, kebiasaan, dan cara pandang disatukan melalui sebuah pernikahan. Di sinilah peran pasangan suami istri sangat penting sebagai jembatan yang menghubungkan keluarga masing-masing.
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 36: “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh…”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa berbuat baik kepada keluarga dan orang-orang sekitar bukan hanya soal sopan santun, tapi juga perintah langsung dari Allah.
Ketika dua insan menikah, mereka tidak hanya menyatukan hati dan jiwa, tapi juga membawa dua keluarga besar yang berbeda ke dalam satu ikatan.
Tidak jarang perbedaan kebiasaan atau cara pandang menjadi sumber konflik, jika tidak dihadapi dengan bijak.
Oleh karena itu, pasangan suami istri memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi jembatan komunikasi dan penghubung antar keluarga agar tali silaturrahim tetap kuat.
Contohnya, ada pasangan muda yang awalnya kesulitan menyatukan kedua keluarga. Keluarga suami dan keluarga istri memiliki cara pandang berbeda soal adat dan tradisi. Akibatnya, pertemuan keluarga menjadi kaku dan penuh ketegangan.
Namun, setelah pasangan ini sadar pentingnya komunikasi, mereka mulai mengatur pertemuan keluarga dengan cara yang lebih santai dan terbuka.
Perlahan, suasana menjadi hangat dan saling pengertian tumbuh di antara kedua belah pihak. Ini bukti nyata bagaimana peran pasangan sebagai jembatan silaturrahim bisa membawa perubahan besar.
Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadits: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, menjaga silaturrahim bukan hanya soal hubungan sosial, tapi juga sumber keberkahan hidup.
Ketika silaturrahim antar keluarga terjaga dengan baik, rumah tangga pun menjadi lebih harmonis dan penuh cinta. Sebaliknya, jika tali silaturrahim putus atau renggang, persoalan rumah tangga yang kecil bisa berubah menjadi besar karena minimnya dukungan keluarga besar.
Islam mengajarkan kita agar selalu menjaga tali persaudaraan. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menegaskan betapa beratnya dosa memutus tali persaudaraan.
Memang, menjaga silaturrahim itu tidak mudah. Akan ada perbedaan pendapat dan mungkin salah paham. Tapi pasangan yang bijak akan selalu berusaha dengan sabar, penuh kasih, dan komunikasi yang baik agar keluarga tetap harmonis. Jika perlu, jangan ragu untuk melibatkan tokoh agama atau orang tua bijaksana sebagai penengah.
Dalam kehidupan sosial masyarakat tentu ada banyak pasangan yang berhasil menjadi jembatan penghubung keluarga. Mereka menunjukkan bahwa rumah tangga yang bahagia tidak hanya dibangun oleh pasangan itu sendiri, tetapi juga oleh dukungan keluarga besar yang harmonis.
Jadi, mari kita jadikan silaturrahim sebagai pondasi keluarga kita. Pasangan suami istri, ayo kita tunjukkan peran kita sebagai penghubung yang bisa membawa keberkahan dan kedamaian bagi keluarga besar.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan kesabaran untuk menjaga tali persaudaraan dalam keluarga kita semua. Aamiin.
Paya Dedep, 17 September 2025
*Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah