Mewujudkan Keluarga Sakinah dengan Semangat Profetik

oleh

Oleh: Mahbub Fauzie, S.Ag., M.Pd*

Zaman terus bergerak dengan sangat cepat. Kemajuan teknologi informasi semakin canggih dan tak terbendung, menghadirkan kemudahan sekaligus tantangan yang besar bagi kehidupan manusia, terutama dalam lingkup keluarga. Di era digital ini, keluarga harus mampu beradaptasi tanpa kehilangan akar spiritual dan moralnya.

Keluarga sakinah tidak hanya sekadar damai lahiriah, tetapi juga kuat dalam iman, akhlak, dan cinta kasih. Untuk itu, semangat profetik menjadi sebuah paradigma penting yang harus kita tanamkan dalam membangun keluarga di masa kini.

Istilah profetik atau semangat profetik memang sering saya kutip dalam beberapa tulisan saya. Konsep ini diperkenalkan oleh cendekiawan Muslim Indonesia, almarhum Prof. Dr. Kuntowijoyo, yang memaknai semangat profetik sebagai sebuah spirit hidup yang menghidupkan nilai-nilai kenabian dalam konteks sosial dan pribadi.

Dalam keluarga, semangat profetik berarti menjadikan nilai-nilai kenabian yang bersifat , humanis, liberatif, dan transendental sebagai pondasi membangun rumah tangga yang kuat, harmonis, dan bermakna.

Tantangan Keluarga di Era Digital

Teknologi informasi yang semakin maju memudahkan akses informasi dan komunikasi tanpa batas. Namun, di balik kemudahan tersebut terdapat ancaman yang tidak boleh diremehkan.

Anak-anak dan remaja sangat rentan terhadap paparan konten negatif, mulai dari pornografi, kekerasan, hingga budaya konsumtif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Sementara itu, orang tua sering kali sibuk dengan pekerjaan dan rutinitasnya, sehingga kurang optimal dalam mendampingi dan membimbing anak-anak.

Akibatnya, komunikasi dalam keluarga menjadi renggang, hubungan suami istri melemah, dan akhirnya jiwa keluarga bisa mengalami kekeringan spiritual. Krisis nilai moral dan akhlak pun mudah terjadi.

Di sinilah urgensi semangat profetik sangat penting untuk dihidupkan. Semangat ini menjadi cara untuk mengembalikan keluarga kepada nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Semangat Profetik: Humanisasi, Liberasi dan Trasendensi

Dalam kerangka pemikiran Kuntowijoyo, semangat profetik mengandung tiga pilar utama, yang sangat relevan diterapkan dalam keluarga:

Pertama, Humanisasi: Memanusiakan Setiap Anggota Keluarga. Dalam keluarga profetik, setiap anggota keluarga diperlakukan dengan penuh kasih, hormat, dan keadilan. Suami dan istri adalah mitra sejajar yang saling mendukung dan melengkapi.

Anak-anak dididik dengan kelembutan dan penghargaan, bukan dengan kekerasan. Humanisasi ini membentuk keluarga sebagai miniatur masyarakat yang adil dan beradab.

Kedua, Liberasi: Membebaskan dari Pengaruh Negatif. Keluarga profetik berperan aktif melindungi diri dan anggota keluarga dari pengaruh buruk zaman, terutama dampak negatif teknologi digital.

Orang tua menjadi pendamping yang bijak, membimbing anak agar tidak terjerumus dalam arus budaya hedonisme, hoaks, dan kecanduan gadget. Dengan liberasi, keluarga menjadi benteng moral yang kokoh.

Ketiga, Transendensi: Menguatkan Hubungan dengan Allah. Keluarga yang bersemangat profetik menempatkan Allah SWT sebagai pusat kehidupan.

Ibadah bukan sekadar rutinitas, melainkan sumber kekuatan spiritual yang mengalir ke seluruh aktivitas keluarga. Shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an bersama, dan mendidik anak agar mencintai Allah adalah pondasi yang menjaga kekokohan rumah tangga.

Menguatkan Keluarga dengan Semangat Profetik

Keluarga bukan sekadar tempat tinggal, tapi madrasah pertama dan utama bagi pendidikan anak-anak. Dengan semangat profetik, orang tua memegang peranan vital sebagai pendidik yang memberi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter, akhlak, dan agama harus diajarkan sejak dini, bukan dengan paksaan tapi dengan keteladanan yang konsisten.

Anak-anak yang dididik dalam keluarga profetik akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara iman, cerdas secara intelektual, dan peduli secara sosial. Mereka menjadi generasi yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan identitas dan akidah.

Selain sebagai pendidik anak, suami dan istri juga harus memperkuat ikatan rumah tangga dengan semangat profetik. Pasangan suami istri adalah pondasi utama keluarga. Dengan mempraktikkan nilai-nilai kenabian seperti kasih sayang (mawaddah), rahmat (rahmah), saling pengertian, dan kejujuran, hubungan mereka menjadi harmonis dan tahan banting menghadapi ujian zaman.

Konflik yang tak terhindarkan dalam rumah tangga dapat diselesaikan dengan pendekatan penuh hikmah dan kesabaran. Semangat profetik mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam menjaga keharmonisan keluarga, sebab rumah tangga adalah ladang amal yang penuh berkah.

Mewujudkan keluarga sakinah dengan semangat profetik adalah upaya yang harus terus kita perjuangkan. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, semangat profetik memberikan panduan praktis sekaligus spiritual dalam membangun keluarga yang harmonis, kuat iman, dan bermartabat.

Keluarga profetik tidak hanya menjadi tempat berlindung dari gempuran zaman, tetapi juga menjadi laboratorium pembentukan karakter, pendidikan akhlak, dan penjaga tradisi nilai Islam yang hakiki. Dengan demikian, keluarga kita bukan hanya sakinah di dunia, tetapi juga bekal menuju kehidupan akhirat yang penuh keberkahan.

Mari kita tanamkan semangat profetik dalam setiap sudut kehidupan rumah tangga kita, sehingga keluarga menjadi benteng kokoh dan sumber inspirasi dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan beradab.

Atu Lintang, 12 September 2025

*Kepala KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.