TAKENGON-LintasGAYO.co : SMA Negeri 8 Takengon Unggul, berhasil meraih hasil membanggakan di ajang Aceh Documentary Competition (ADC) 2025 lewat film dokumenter berjudul Tarian Gajah.
Ajang prestisius film documenter ini, menjadi ajang untuk mengasah kemampuan putra-putri Aceh di bidang perfileman.
Pengumuman pemenang berlangsung Sabtu malam 6 September 2025 di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh yang turut dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis.
Kepala SMA Negeri 8 Takengon Unggul, Stafrudin mengatakan, perjalanan menjuarai ADC 2025 ini cukup panjang. Dimulai dari pitching forum yang diikuti oleh 15 peserta dari sekolah di Aceh, sejak April 2025.
Dijelaskan, dokumenter Tarian Gajah karya SMAN 8 Takengon Unggul ini, mengangkat kisah tentang tarian khas dataran tinggi Gayo yakni Tari Guel.
Tarian sakral dengan memori sejarah, dengan harmoni kehidupan antara Gajah dan manusia di Gayo pada masa lalu.
“Menangkat kisah ini menjadi sebuah film dokumenter, berawal dari pertanyaan sederhana. Dulu masyarakat Gayo hidup berdampingan dengan Gajah, hingga meninggalkan jejak sejarah berharga yang hingga kini terus dilestarikan lewat sebuah tarian,” jelas Syafrudin.
Film dokumenter Tarian Gajah kata Syafrudin lagi, mengambil sari sudut pandang berbeda. Saat ini, kata dia konflik Gajah dan manusia tak terhindarkan. Film ini, lanjutnya menawarkan solusi untuk konflik tersebut.
“Pertanyaan reflektif pun muncul di akhir: akankah hubungan manusia dan gajah bisa kembali harmonis sebagaimana masyarakat Gayo di masa lalu, atau hanya akan menjadi sebuah harapan yang tak pernah terselesaikan?” Ujarnya.
Lebih jauh dijelaskan, film ini menempatkan beberapa subjek, dengan sosok T Aga Diwantona sebagai objek utama dan beberapa subjek pendukung seperti, Muslim, Herizal Fahmi, Achrial Hasibuan, Heryan Pratama, Yuanada Firmansyah, Juniko Amran, Husni Fitra, Noval Gayo, Yusri, serta warga Kampung Karang Ampar.
“Film dokumenter Tarian Gajah ini adalah karya Dhaifani Az Zahra, siswi kelas XII SMAN 8 Takengon Unggul dan sebagai Co Producer sekaligus Director Film adalah Asmira Dieni, S.Pd. sekaligus guru pendamping,” tegasnya.
Ia pun mengaku bangga dengan capaian ini. “Kemenangan ini menunjukkan, kreativitas dan kerja keras mampu mengangkat kearifan lokal ke tingkat yang lebih tinggi,” sebutnya.
Ia berharap, karya ini dapat menjadi inspirasi bagi semua kalangan di Aceh. “Serta menjadi langkah awal dalam memperkenalkan budaya Gayo ke dunia,” tandas Syafrudin.
[Darmawan]