Tangkap Ide, Tulis Sekarang Juga!

oleh

Catatan: Mahbub Fauzie

Inspirasi menulis bisa datang kapan saja, di mana saja, dan dalam suasana apa saja. Ia tidak mengenal waktu, tempat, bahkan posisi tubuh. Ia bisa muncul saat kita sedang duduk santai di kantor, menyeruput kopi di warkop, dalam kesendirian, atau bahkan di tengah keramaian.

Bahkan, tidak jarang ide justru datang di saat-saat yang paling tidak terduga, ketika kita sedang di kamar mandi, misalnya. Saat itulah, kita harus siap: tangkap ide itu, simpan dalam ingatan, dan yang paling penting, tulis!

Menulis tidak harus selalu menunggu waktu luang atau suasana hati yang sempurna. Justru menulislah yang bisa menciptakan ruang bagi pikiran menjadi lebih jernih dan hati menjadi lebih lega.

Masalahnya, terlalu sering kita membiarkan ide-ide itu berlalu begitu saja. Kita bilang, “Ah, nanti saja,” atau “Tunggu waktu senggang.” Tapi waktu berlalu, dan ide itu pun lenyap, digeser oleh kesibukan dan rutinitas yang tak pernah henti.

Dulu, menulis memang butuh usaha lebih. Kita harus duduk di depan mesin ketik, atau paling tidak membuka laptop dan bersiap di depan lembar kosong. Tapi sekarang, menulis bisa semudah membuka aplikasi catatan di ponsel.

Android atau smartphone yang selalu ada dalam genggaman bisa menjadi ‘mesin ketik mini’ yang setia. Maka, tidak ada alasan lagi untuk menunda. Satu kalimat demi satu kalimat bisa kita ketik sambil menunggu antrean, di sela istirahat siang, bahkan saat merenung di pojok warung kopi.

Banyak penulis besar memulai dari kebiasaan kecil ini: menulis ide sesegera mungkin. Ide itu seperti kilatan petir, cepat, terang, tapi bisa hilang dalam sekejap. Menunda sama saja membiarkan cahaya itu padam sebelum sempat kita nyalakan lentera.

Maka, disiplin dalam menangkap dan menuliskannya adalah kunci. Tidak harus langsung panjang. Bisa dimulai dari dua atau tiga kalimat, lalu disimpan. Suatu hari bisa dikembangkan menjadi artikel, cerpen, atau bahkan buku.

Sebagai seseorang yang kerap menulis tentang keluarga, isu sosial-keagamaan, pendidikan, dan generasi muda, saya percaya bahwa setiap pengalaman adalah ladang inspirasi. Percakapan ringan dengan anak-anak di rumah bisa menjadi renungan tentang pentingnya peran orang tua.

Obrolan dengan teman tentang keresahan sosial bisa melahirkan tulisan yang menggugah kesadaran. Dan pengamatan sederhana di sekitar kita, tentang bagaimana remaja menghabiskan waktunya, tentang perubahan nilai-nilai di tengah masyarakat, semuanya bisa menjadi bahan bakar untuk menulis.

Menulis bukan sekadar menuangkan pikiran, tetapi juga sarana untuk membentuk pandangan, menyuarakan kegelisahan, dan menebar kebaikan.

Di tengah dunia yang semakin bising oleh konten-konten instan dan viralitas semu, menulis bisa menjadi bentuk perlawanan yang tenang namun berdampak. Lewat tulisan, kita bisa menyampaikan nilai, membentuk opini, bahkan menggugah perubahan.

Karena itu, jangan remehkan ide sekecil apa pun. Jangan tunggu esok untuk mulai menulis. Jika hari ini ada satu kalimat yang terlintas di benak, tentang keprihatinan, harapan, atau pengalaman pribadi, segera catat.

Jadikan menulis sebagai kebiasaan harian, bukan sekadar kegiatan sambil lalu. Gunakan teknologi yang ada untuk mendekatkan kita pada pena digital.

Percayalah, satu paragraf yang lahir dari kejujuran hati bisa lebih bermakna daripada seribu kata tanpa jiwa. Dan semuanya berawal dari satu langkah sederhana: menangkap ide, dan menuliskannya sekarang juga.

Meja Kerja, 4 September 2025

*Warga Aceh Tengah yang suka menulis.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.