Mewujudkan Penghulu Berdaya dan KUA Berdampak: Harapan Baru Bagi APRI Aceh 2025-2029

oleh

Oleh: Mahbub Fauzie, S.Ag., M.Pd*

Musyawarah Wilayah ke-2 Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) Aceh yang diselenggarakan pada 22–23 Agustus 2025 di Hotel Linge Land, Takengon, bukan sekadar forum rutin organisasi.

Lebih dari itu, ini adalah momentum strategis dalam menyusun arah baru bagi penghulu Aceh yang profesional, kolaboratif, dan berdampak.

Tema yang diangkat, “Optimalisasi Peran Penghulu dalam Mewujudkan KUA Berdaya, Pelayanan Keagamaan Berdampak,” mencerminkan semangat zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks terhadap pelayanan keagamaan.

Penghulu Sebagai Pilar KUA yang Berdaya

Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai garda terdepan pelayanan keagamaan harus memiliki kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia yang mumpuni. Di sinilah peran penghulu sangat krusial, bukan hanya sebagai pencatat nikah, tetapi juga sebagai pembina kehidupan keluarga, mediator konflik, dan agen moderasi beragama.

Rencana kerja PW APRI Aceh 2025–2029, memperkuat peran ini melalui berbagai bimbingan teknis seperti khutbah nikah, bimbingan perkawinan, pendalaman kitab kuning, hingga pelatihan psikologi komunikasi.

Ini merupakan bentuk investasi kapasitas untuk menghasilkan penghulu yang bukan hanya mampu secara teknis, tetapi juga memiliki daya pengaruh sosial dan spiritual.

APRI sebagai Organisasi Adaptif dan Progresif

Transformasi organisasi juga menjadi perhatian utama. Rencana pembentukan tim Humas PW APRI untuk pengelolaan website berita dan media sosial menjadi simbol bahwa APRI Aceh siap tampil sebagai organisasi modern yang adaptif terhadap teknologi dan kebutuhan publik.

Langkah ini bukan semata soal pencitraan, tetapi tentang bagaimana membangun komunikasi strategis dengan masyarakat, menyampaikan edukasi keagamaan, serta mengangkat narasi-narasi positif tentang peran penghulu.

Disinilah kolaborasi dengan pusat, sinergi lintas sektor, serta kerjasama dengan pihak seperti wedding organizer menjadi sangat penting dan visioner.

Penguatan Administrasi dan Digitalisasi

Pemanfaatan aplikasi SIP-APRI untuk pemutakhiran data anggota dan penerbitan kartu digital adalah tonggak penting dalam membangun tata kelola organisasi yang profesional. Data yang valid menjadi dasar dalam perencanaan, advokasi, hingga pengambilan kebijakan organisasi.

Digitalisasi bukan hanya tuntutan zaman, tetapi juga bentuk pelayanan internal yang efisien dan transparan. Ini akan memudahkan dalam komunikasi antaranggota, pemantauan keaktifan, serta pelibatan dalam berbagai program pengembangan kapasitas.

Etika Profesi dan Integritas Penghulu

Integritas adalah fondasi profesi penghulu. Oleh karena itu, inisiatif penyusunan kode etik dan kampanye anti pungli menjadi langkah sangat penting. Publik akan percaya pada institusi yang bersih, profesional, dan memiliki standar moral tinggi.

Penghulu juga perlu dilatih dan dibekali untuk memahami batas-batas etik, menangani konflik secara bijak, serta mengedepankan transparansi dalam pelayanan. Tahun integritas penghulu bukan sekadar jargon, tetapi harus menjadi gerakan kolektif yang menyentuh seluruh elemen organisasi.

Menulis Sebagai Wujud Pengabdian Intelektual

Program pembentukan komunitas penulis penghulu adalah terobosan brilian. Melalui tulisan, penghulu dapat menyampaikan gagasan, membagikan pengalaman, serta mengkaji problematika munakahat dan sosial keagamaan secara ilmiah. Tulisan yang lahir dari lapangan dan pengalaman langsung akan sangat kaya dan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan maupun kebijakan.

Penyusunan buku kumpulan regulasi dan permasalahan pernikahan yang direncanakan PW APRI Aceh adalah bentuk konkret kontribusi terhadap literatur hukum keluarga Islam di Indonesia. Ini akan menjadi referensi penting bagi penghulu, akademisi, hingga pembuat kebijakan.

Penghulu sebagai Garda Moderasi dan Ketahanan Keluarga

Di tengah meningkatnya tantangan seperti pernikahan dini, perceraian, hingga pergeseran nilai keluarga, penghulu harus tampil sebagai penjaga nilai. Bimbingan pranikah, pendampingan keluarga muda, hingga literasi tentang hak dan kewajiban dalam rumah tangga adalah bagian dari pelayanan keagamaan yang berdampak.

Penguatan wawasan tentang hukum munakahat, regulasi negara, hingga pendekatan psikologis harus menjadi bagian dari peningkatan kapasitas penghulu secara berkelanjutan. Disinilah pentingnya seminar tematik, bahtsul masail, hingga webinar yang bersifat reflektif dan aplikatif.

Harapan ke Depan

APRI Aceh 2025–2029 diharapkan menjadi organisasi yang benar-benar hadir untuk anggotanya, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat luas. Muswil ke-2 bukan hanya ajang memilih kepengurusan baru, tetapi juga titik tolak untuk membangun semangat baru: penghulu yang berintegritas, KUA yang berdaya, dan pelayanan keagamaan yang berdampak.

Penghulu harus terus meningkatkan kapasitas keilmuan, profesionalisme, dan kepekaan sosial. APRI sebagai rumah besar para penghulu perlu memastikan bahwa setiap program benar-benar menyentuh kebutuhan riil di lapangan. Dengan sinergi yang solid antara wilayah, cabang, dan pusat, APRI Aceh dapat menjadi teladan nasional dalam membangun pelayanan keagamaan yang humanis, modern, dan penuh makna.

Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thariq.

*Penghulu Ahli Madya KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah, Pengurus PW APRI Aceh 2021-2025

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.