Oleh : Salman Yoga S*
Cerite Singket, Film dan Puisi Dalam Bahasa Gayo
“Cerite Singket” adalah sebuah karya sastra benbentuk cerita pendek dalam Bahasa Gayo, secara teknik dan struktur sama dengan Cerita Pendek (Cerpen) dalam Bahasa Indonesia.
Bentuk ini salah satu karya sastra yang paling akrap ditengah masyarakat, ditulis dan diapresiasi oleh segala tingkatan sosial.
Eksistensinya menggantikan media lainnya dalam mewakili rasa dan penafsiran seseorang, sehingga cerpen berkembang menjadi sebuah wadah ekspresi terlepas dari content dan kontek yang sebenarnya sebagai karya sastra.
Berbeda dengan “Cerite Singket” yang menggunakan Bahasa Daerah Gayo keberadaannya justru berbanding terbalik dengan Cerpen yang menggunakan Bahasa Indonesia.
Keberadaannya secara tekstual dan dalam bentuk dokumentasi baru dimulai pada tahun 1970-an dengan sejumlah penulis seperti AR Hakim Aman Pinan dan Maryam Cobat.
Demikian juga dengan penulisan puisi dalam Bahasa Daerah Gayo dengan penulis Ibrahim Kadir, Abdurahman Daudy (Mude Kala), Lauta Virgo, LK Ara, Sekh Midin, Gecik Tue Mongal serta sejumlah seniman dan ulama lainnya.
Beberapa dasawarsa penulisan puisi dan cerpen dalam Bahasa Gayo sempat tenggelam dan hilang dari dunia kreativitas-dokumentasi-literasi, tahun 1997 penulis memulainya secara personal.
Dalam bentuk doukumentasi baru muncul kembali pada tahun 2012 melalui Komunitas dan Penerbit The Gayo Institute (TGI) yang intens dan konsisten mempublikasikannya baik dalam bentuk buku maupun melalui media online.
Terakhir keterlibatan penulis sebagai konsultan budaya, language translator dan coach bahasa disamping sebagai pemain dalam produksi Film Layar Lebar karya sutradara Jeremias Nyagoen yang berjudul “Black Coffee” tahun 2025, dimana penulisan dan terjemahan skenarionya 30% menggunakan Bahasa Gayo dan bertambah menjadi 75% dalam format audio visualnya.
Film produksi Heart Pictures yang dibintangi Reza Rahadian, Ine Febriayanti, Asmara Abigail serta puluhan seniman dan 500-an Extras Gayo ini menjadi Film Indonesia pertama yang mengakomodir Bahasa Gayo sebagai bahasa komunikasi sinematografi dalam lebih separuh alurnya.
Bagi kalangan tertentu, terutama sastrawan dan dunia pendidikan cerpen atau “Cerite Singket” adalah sebuah karya-cipta yang mempunyai nilai. Baik nilai secara nominal maupun sebagai karya intelektual yang memuat pikiran, pesan dan ide.
Justru karenanya sebuah karya dapat juga disebut sebagai aset yang tak pernah habis dibagi dan tidak pernah tuntas dibahas.
Sama halnya dengan laporan dan pengabadian sebuah kejadian, cerpen diperlukan dan menjadi rujukan dalam peristiwa-peristiwa tertentu yang bersifat penting secara komunal maupun pribadi penulisnya.
Ia menjadi sebuah cacatan yang tidak saja mengacu pada bentuk dan sifat dasarnya sebagai karya sastra, tetapi meluas menjadi “pertanda” dari perjalanan hidup seseorang hingga penggalan sejarah sebuah bangsa.
Disisi lain dalam kehidupan “Cerite Singket” dan cerpen tak dapat melepaskan diri dari bentuk dan sifat hakikinya sebagai sebuah media entertain (hiburan) dan menjadi pilihan profesi bagi sejumlah penulis.
Sebagaimana tema Bimbingan Teknis (Bimtek), makalah ini mengetengahkan bahasan tentang penulisan “Cerite Singket” secara teoritik dan aplikatif, berikut strukturnya.
Pentingnya Menulis
“Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh dikemudian hari”.
Demikian kata-kata bijak sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer, yang pada tahun 1940-an pernah berinteraksi dengan Tgk. H Ilyas Leube.
Kalimat ini pula yang menjadikan nama, pemikiran dan karya Pramoedya Ananta Toer sendiri tidak pernah mati dalam dunia kepenulisan dan sastra hingga saat ini.
Namanya terus disebut meski ia sudah wafat beberapa tahun silam. Karyanya terus dibaca, dinikmati, dianalisis, didiskusikan dan diteliti oleh berbagai kalangan meski ia sendiri sudah mustahil melakukannya.
Kalimat bijak Pramoedya Ananta Toer tersebut sangat relevan sepanjang masa bagi setiap generasi dan bagi setiap penulis atau calon penulis.
Tentu dengan karya-karya yang telah publikasi dan menjadi konsumsi publik. Demikian penting, menarik dan kuatnya nilai dokumentasi sebuah karya tulis hingga ia mampu bertahan berbilang tahun bahkan abad.
Meski sang penulisnya kelak akan dipanggil keharibaan yang Maha Abadi, tetapi nama dan karya yang ditinggalkannya akan menjadikannya tetap hidup dan “abadi”.
Salah satu pahala dan rahmat yang terus mengalir dan dialirkan oleh Allah SWT kepada orang yang telah wafat adalah amal jariah. Karya tulis yang baik dan bermanfaat adalah salah satu bentuk dari amal. Amal adalah karya kebaikan dari seseorang yang bermanfaat bagi orang lain.
Jadi selain amalan yang bersifat mahdah, jika ingin hidup lebih lama dari batas usia maka menulislah. Tulis dan tulis, untuk seterusnya menulis dan menulis, hingga menulis itu menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan seperti halnya dengan makan dan minum.
Terlebih lagi bila hal tersebut menyangkut semakin tergerusnya penggunaan Bahasa Gayo dalam interaksi dan komunikasi masyarakatnya sendiri. Eksistensi Bahasa Gayo semakin langka, baik dari segi komunkasi verbal maupun kosa-kata yang digunakan juga semakin menyempit.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan sekaligus semakin mendekatkannya pada kepunahan Bahasa Gayo itu sendiri dari kehidupan budaya masyarakat dan bangsa Indonesia.
A. Menulis Itu Adalah Berkarya Dengan Tulisan
Menurut kamus Webster Michele Shea kreativitas adalah penemuan artistik atau intelektual. Kreativitas ditandai dengan kemampuan atau tenaga untuk menciptakan ataupun membawa sebuah keberadaan, membentuk sesuatu yang baru, memproduksi melalui keahlian berimajinasi, menjadikan atau memunculkan sebuah ciptaan yang baru.
Hampir keseluruhan benda yang berada disekitar kita, dipergunakan dan atau mendukung dan memenuhi keperluan kita adalah merupakan hasil kreativitas.
Mulai dari sepatu, kaos kaki, pakaian dan lain sebagainya adalah hasil kreasi manusia yang berangkat dari sesuatu yang sudah ada, diadakan, dimodivikasi, warna dan lain sebagainya.
Sebagian orang mengatakan bahwa kreativitas itulah yang menjadi bukti bahwa manusia meniru sifat Tuhan dalam batasan duniawi. Kita bisa menciptakan berbagai hal atau benda dari ketiadaan menjadi ada dengan kreativitas yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia.
Kreatif adalah kata sifat, sementara pelakunya adalah kreator, dan Tuhan adalah Kreator yang Agung, Maha Pencipta yang kita kenal. (Samuel Henry, 2011)
Ada sejumlah manfaat kreativitas bagi kita.
Menurut pandangan Samuel Henry dalam bukunya Upgrade Your Creativity In 2 Weeks menyebutkan bahwa diantara keuntungan dalam kehidupan sehari-hari anda adalah:
1. Percaya diri. Pribadi yang kreatif cenderung lebih percaya diri karena merasa mampu mengatasi berbagai masalah yang sedang dihadapi. Keyakinan ini dibangun dari kemampuan individu tersebut untuk mencari alternatif pemecahan yang banyak dan memandang persoalan dari berbagai sisi pengamatan.
2. Mengurangi stress. Seseorang akan lebih bersahaja dalam menghadapi persoalan, karena energi negatif dapat ia alihkan sebagai kekuatan untuk berbuat posistif.
3. Ketengan batin. Karena daya kreativ akan memberi kepuasan tersendiri bagi seseorang sebagai sebuah kebutuhan yang bersifat batiniah. 4. Kendali diri yang lebih baik.
Menulis Cerite Singket / Cerpen Dalam Bahasa Gayo
Cerite Singket / Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra. Berbentuk layaknya prosa yang memiliki komposisi cerita dengan unsur tokoh, latar dan sedikit konflik lebih sederhana dari sebuah novel.
Puisi dalam Bahasa Gayo dan Cerite Singket berbahasa Gayo dapat kita jumpai di media online lintasgayo.co yang secara konsisten dan berkala menayangkan jenis karya sastra baru ini, atau juga terbitan fisik dan dalam bentuk ebook di laman web Balai Provinsi Aceh melalui programnya Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) Gayo dan karya-karya pilihan dari hasil Sayembara
Penulisan Cerita Anak Berbahasa Daerah.
Sebagai sebuah karya tulis, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan membaca dan menulis adalah hal yang paling utama untuk menjadi seorang penulis cerpen.
Jika seseorang yang ingin menjadi penulis tapi tidak suka membaca, biasanya karyanya akan kurang berisi dan dangkal. Sebaliknya membaca saja tanpa pernah memulai untuk menulis, maka tidak akan pernah bisa dan mampu melahirkan karya tulis yang baik.
Secara umum jenis tulisan ada dua, yaitu fiksi dan non-fiksi. Keduanya jenis tulisan ini membutuhkan daya imajinasi. Perbedaannya tulisan fiksi mempotensikan imajinasi sebagai awal/reka materi tulisan, sedangkan tulisan nonfiksi sepenuhnya memanfaatkan daya apresiasi dan imajinasi untuk menyelami sebuah realitas/fenomena menjadi sebuah karya tulis.
Bermacam bentuk tulisan tercipta melalui proses kreatif menulis yang beragam pula. Setiap penulis atau pengarang memiliki pengalaman khas dalam menghasilkan tulisan. Beberapa kesamaan atau kemiripan pengalaman proses kreatif dalam menulis bisa saja terjadi, namun tidak akan pernah sama persis. Kecuali memaang sengaja disamakan, dan hal ini disebut sebagai bentuk plagiasi.
Keterampilan menulis dapat mengembangkan bakat yang dimiliki setiap orang dalam menumpahkan semua gagasan, pikiran, pengalaman dan pandangannya. Oleh karena itu, salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan menulis.
Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, terlebih bila bahasa yang digunakan adalah Bahasa Daerah.[]
– Disampaikan Dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) Gayo, 28-30 Juli 2025, oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh.
– Dr. Salman Yoga S, S.Ag.,MA. Budayawan, Akademisi dan Penulis Karya Sastra Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Gayo. Pelopor Penerjemahan Karya Sastra Dunia Kedalam Bahasa Daerah (Gayo).
Daftar Pustaka
Ackhadiat, Sabarti, dkk., 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung :Sinar Baru Algensindo.
Henry, Samuel. 2011. Upgrade Your Creativity In 2 Weeks. Yogyakarta.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Rama Widya.
Latuheru, J.D., 1993. Media Pembelajaran dalam Pengajaran bahasa Indonesia. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Marjorie, B. 1979. The Anatomy Of the Novel . London: Routledge & Kreagan Paul.
Mirriam, Caryn. 2006. Daripada Bete Nulis Aja. Bandung: KAIFA.
Nurhadi. 2003. Peningkatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL)). Depdiknas Direktorat Pendidikan Lanjut.
Nursito, 2001. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Salman Yoga S, Vera Hastuti dkk, Perempuan Berjangkat Utem (Kumpulan Cerpen Dwi Bahasa. Indonesia – Gayo), Takengon: The Gayo Institute, 2015.
……………….., Belbuk. Kumpulan Puisi Dalam Bahasa Gayo, Takengon: The Gayo Institute, 2023.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.Yogyakarta: Gama
Media.
Sumardjo, Jakob dan Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia.Solo: PT Tiga Serangkai.
Raka, J.T. 1993. Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan. Dirjen Dikdasmen
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang . Yogyakarta: Andi.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Wellek, R. & Austin, W. 1989. Teori Kesusastraan . Jakarta: Gramedia.