Provinsi Aceh saat ini dihadapkan dengan lonjakan kasus positif Covid-19. Pada Selasa 25 Mei 2021, jumlah kasus baru di bumi Serambi Mekkah ini bertambah 185 kasus dengan sembilan orang meninggal dunia.
Tambahan itu, hingga saat ini jumlah kasus positif di Aceh telah mencapai 13.581 kasus/orang. Rinciannya, para penyintas, yang sudah sembuh dari Covid-19, sebanyak 11.082 orang. Penderita yang kini dirawat 1.947 orang, dan pasien yang meninggal dunia sudah mencapai 552 orang.
“Angka tersebut termasuk penambahan kasus konfirmasi baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir, pasien yang sembuh, dan meninggal dunia,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdul Gani akrab disapa SAG lewat keterangannya kepada wartawan.
Sebelumnya, SAG mengatakan, lonjakan kasus positif di Aceh diduga terkait dengan aktifitas sosial menjelang lebaran dan mudik. Masyarakat sulit menjaga jarak saat berbelanja persiapan lebaran, dan juga pada suasana mudik di gampong. Efek mudik ini diperkirakan hingga akhir Juni 2021.
“Dugaan itu beranjak dari asumsi epidemiologis tentang riwayat alamiah penyakit,” tutur pria yang akrab disapa SAG itu.
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) merupakan salah satu elemen utama epidemiologi diskriptif, yaitu diskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, sejak paparan dengan agen kausal (virus corona) hingga terjadinya akibat penyakit, dalam konteks ini Covid-19.
Secara teoritis, kata SAG, masa inkubasi Covid-19 sekitar 1-14 hari setelah terjadi penularan virus corona. Masa inkubasi adalah periode waktu terjadi paparan virus hingga munculnya gejala penyakit. Manifestasi (muncul) gejalanya Covid-19 di Indonesia biasanya pada hari kelima atau hari keenam, setelah seseorang tertular atau terinfeksi virus corona.
Melihat tren yang terus menanjak, kini Provinsi Aceh tengah mengantisipasi kemungkinan adanya mutase Covid-19 varian baru. Pihak pemerintah melalui Satgas penanganan Covid-19 di daerah ini, telah mengirim 20 sampel ke Balitbangkes Republik Indonesia di Jakarta.
Pengiriman sampel tersebut bertujuan untuk pemantauan strain mutasi covid-19, yang selama ini disinyalir mulai muncul dengan tingkat penularan dan daya tahan yang lebih tinggi.
Sebagaimana dikatakan oleh epala Dinas Kesehatan Aceh dr Hanif beberapa waktu lalu. Dikatakan, Di beberapa negara seperti India dan Inggris serta beberapa negara lain, telah ditemukan mutasi dari virus covid-19. Untuk mengantisipasi hal tersebut, beberapa waktu lalu (Senin, 10/5) kami telah sampaikan ke Pak Gubernur untuk mengirim sampel ke Balitbangkes Kemenkes di Jakarta.
“Nah, hari ini Balitbangkes mengirim surat dan menginstruksikan kita untuk mengirimkan sampel spesimen swab nasofaring dan sebanyak 20 sampel sudah kita kirimkan,” ujar Hanif.
Menurutnya, Surat Balitbangkes Kemenkes menyebutkan ‘Dalam rangka pemantauan strain mutasi virus SARS CoV-2, maka perlu dilakukan Surveilans Genom Virus SARS CoV-2 secara intensif dan seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, mohon Saudara dapat mengirimkan spesimen swab nasofaring dan kasus konfirmasi COVID-19 dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait.
“Adapun sampel spesimen yang kita kirim itu berasal dari kasus dengan kriteria Penularan yang cepat di masyarakat/lokasi tertentu, mulai menginfeksi kelompok yang sebelumnya tidak rentan (anak-anak), Orang sudah divaksin tapi terinfeksi, Penyintas terinfeksi kembali, Kematian dengan komorbid penyakit menular lain (HIV, TB, dan lainnya),” sambung Hanif.
Hanif menambahkan, kriteria spesimen yang dikirimkan adalah Tube VTM berisi swab nasofaring, memiliki ct (cycle threshold) di bawah 25, Spesimen dikirimkan disertai formulir penyelidikan epidemiologi, Pengiriman spesimen dilakukan segera setelah hasil pemeriksaan RT PCR diperoleh.
“Jadi, spesimen yang kita kirimkan adalah spesimen yang baru kita ambil,” imbuh Hanif.
Sejak pengiriman sampel tersebut ke Balitbangkes RI sampai saat ini sudah terhitung 12 hari, bagaimana hasil dari sampel tersebut? LintasGAYO.co kembali menanyakan hasil tersebut kepada Jubir Satgas Penanggulangan Covid-19 provinsi Aceh, SAG.
Kepada LintasGAYO.co, SAG mengatakan bahwa sampai dengan hari ini hasil dari sampel yang dikirim ke Balitbangkes belum keluar hasilnya. “Belum keluar,” katanya singkat.
Sampai saat ini, kata SAG lagi, virus Corona varian baru belum terdeteksi di Aceh. “Mudah-mudahan tidak ada Covid-19 varian baru di daerah kita,” katanya.
Tiga Varian Baru Masuk Indonesia
Sementara itu, dikutip dari berbagai sumber, tiga varian baru Covid-19 telah terdeteksi di Indonesia. Ketiga varian baru itu adalah B117, B1351 dan B1617 dan lebih cepat menular.
Varian tersebut merupakan jenis yang paling banyak dilaporkan dan sirkulasinya mulai meningkat di Asia Tenggara sejak 21 Februari 2021 menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini terlihat dari beberapa negara yang telah menginformasikan kenaikan kasus seiring ditemukannya varian baru ini.
varian B117 dikenal dengan sebutan varian Inggris yang memiliki tingkat penularan 36-75%. Varian ini rata-rata ditemukan pada pengujian genome sequencing di Indonesia. Sudah ada 13 kasus transmisi lokal sejak periode Februari – April 2021.
Varian lainnya adalah B1617 atau biasa dikenal dengan sebutan varian India. Varian ini sudah bersirkulasi di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia.Peningkatan kasus aktif di Malaysia sebanyak 30 ribu per Minggu 2 Mei 2021.
Analisa lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui peningkatan kasus terkait dengan varian baru ini. Penemuan kasus B1617 pertama kali di Jakarta pada 3 April 2021 pada warga Indonesia. Sementara varian baru lainnya yang telah masuk Indonesia adalah B1351 atau yang dikenal dengan istilah varian Afrika Selatan. Kasus B1351 ditemukan pertama kali di Bali pada 25 Januari 2021. Diketahui pasien B1351 meninggal 16 Februari 2021.
Tetap Jalankan Protkes
Melihat fenomena tersebut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Tengah, dr. Yunasri, M.Kes terus menghimbau kepada masyarakat untuk lebih ketat menjalankan protokol kesehatan dengan menjalankan 5M.
“Saat ini protkes kita mulai renggang, sekarang saatnya kita kembali memperketat protkes dengan menerapkan 5M, memamak masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan menunda bepergian,” kata Yunasri.
Menurut Yunasri yang juga sebagai Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Aceh Tengah ini, mutasi virus Covid-19 perlu diwaspadai, mengingat tingginya kasus penularannya.
“Kita tidak tahu, apakah sudah ada atau belum varian baru itu masuk ke daerah kita. Pun begitu kita wajib waspada, dengan tetap menjalankan protkes secara ketat. Karena hanya dengan itu virus ini bisa dikendalikan. Saat protkes kita longgar, bukan mustahil varian baru tersebut di temukan di daerah kita,” demikian Yunasri.
[Darmawan]