Banda Aceh – Cerpenis Ihan Nurdin menerbitkan buku antologi cerpen tunggalnya berjudul “Rihon”. Antologi tersebut berisikan 28 cerita pendek yang ditulis dalam rentang tahun 2006 hingga 2019. Buku terbitan Kawat Publishing dan dicetak oleh Bandar Publishing ini resmi dirilis ke publik sejak 15 November 2020.
Ihan mengatakan, cerpen-cerpen di dalam buku ini merupakan tangkapan dari berbagai realitas sosial yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh di dalam cerita yang umumnya perempuan.
Kisah-kisah yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari dan berasal dari kerumitan cinta dan perasaan, kemiskinan, maupun kehilangan. Representasi suara hati seseorang yang kerap disembunyikan. Beberapa cerita di dalam buku ini juga berkisah tentang latar belakang konflik Aceh maupun pascadamai.
“Keinginan untuk menerbitkan buku ini sebenarnya sudah terpikirkan sejak dua tahun sebelumnya, tapi karena berbagai kesibukan akhirnya tertunda terus. Akhirnya Rihon menemukan momentumnya sendiri untuk terbit,” kata Ihan, Sabtu (29/11/2020).
Rihon sendiri kata Ihan, merupakan kosa kata dari bahasa Aceh yang bermakna “rindu”. Judul ini dianggap paling mewakili untuk merepresentasikan cerita-cerita yang ada di dalam antologi ini. Di samping itu, Rihon juga merupakan salah satu nama tokoh dalam cerpen berjudul sama di dalam buku ini.
“Semoga kehadiran buku ini turut mewarnai khazanah literasi yang digiatkan oleh anak-anak muda Aceh. Dan semoga pembaca tidak hanya terhibur, tetapi juga bisa menangkap pesan-pesan terdalam dari Rihon,” kata Ihan.
Sebelumnya, pada Mei 2020 lalu, buku cerita anak berjudul Petualangan Keumala di Desa yang ditulis Ihan Nurdin juga telah diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh. Salah satu cerpennya yang berjudul Pinggala juga termuat dalam antologi Pisau, Kayu Bakar Simbok, Hantu di Bawah Pohon Asam yang diterbitkan Gigih Pustaka Mandiri. Pada Oktober lalu, cerpennya yang berjudul Surat-Surat untuk Arunika mendapatkan penghargaan terbaik II Lomba Menulis Cerita bertema Covid-19 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Ihan Nurdin mulai bergiat di dunia literasi sejak duduk di bangku kuliah pada 2002 silam. Sejak 2006 ia rutin menulis cerita-cerita pendek untuk dikirimkan ke sejumlah media massa. Kegemarannya dalam dunia tulis-menulis mengantarkan Ihan menjadi seorang bloger dan akhirnya memilih berkarier di dunia jurnalistik. Kini Ihan berkhidmat sebagai jurnalis di aceHTrend. Di samping itu, ia juga menjadi editor lepas untuk mengisi waktu luangnya dan bergiat di komunitas Forum Aceh Menulis dan Gam Inong Bloger.[js]