BANDA ACEH – Aktivis Perempuan dan Penjabat Kabid Perempuan dan Anak Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh Suraiya Kamaruzzaman, ST., L.LM., MT mengatakan, Ibu bisa berperan sebagai penyebar perdamaian serta bisa mencegah radikalisme dan terorisme melalui lingkungan keluarga serta lingkungan sosialnya.
Hal itu disampaikan saat Suraiya Kamaruzzaman menjadi pembicara pada dialog “Perempuan Agen Perdamaian” yang digelar FKPT dan Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel Hermes, Kamis (12/11).
“Ibu berperan besar dalam pembentukan nilai, watak, karakter & kepribadian anak-anaknya,” ujar Suraiya Kamaruzaman.
Suraiya menjabarkan hasil riset 2017 dengan Temuan Indeks potensi radikalisme nasional mencapai 55.12 (kategori sedang). Kearifan lokal dan kesejahteraan merupakan daya tangkal yang paling efektif untuk menangkal potensi radikalisme di masyarakat. Tahun 2018 dengan Objek Kalangan Terdidik, Potensi radikalisme nasional dikalangan terdidik mencapai 42.58 (kategori sedang). Pengetahuan masyarakat terhadap kearifan lokal pada Skor 30,09 (berada pada kategori Rendah). Kepercayaan masyarakat terhadap kearifan lokal sebagai daya tangkal radikalisme berada pada skor 63,60 (berada pada kategori Tinggi)
Sedangkan tahun 2019 Potensi radikalisme nasional mencapai 38.43 (kategori rendah). Diseminasi Media Sosial dan Kearifan Lokal paling efektif dalam menangkal potensi radikalisme-terorisme di masyarakat. Indek dimensi pendidikan kebhinekaan pada anak memiliki skor paling rendah (53.11) dibanding dimensi lain pada Pola Pendidikan Keluarga Pada anak (67.62)
“2020 dengan objek masyarakat adalah Internet (Facebook dan Youtube) memiliki porsi cukup besar sebagai sumber informasi keagamaan. Sedangkan Indeks kebhinekaan cenderung lebih rendah pada mereka yang tidak mengakses internet,” ujar Suraiya.
Katanya, untuk Aceh Indeks kebhinekaan provinsi Aceh mencapai 70.8, dengan indeks pada dimensi pemahaman 86.3 dan dimensi sikap 55.2. Indeks kebhinekaan cenderung lebih rendah pada laki-laki dan milenial. Indeks kebhinekaan cenderung lebih rendah pada mereka yang tidak aktif di internet (mencari dan menshare konten keagamaan). Kelompok inklusivis di Aceh jumlahnya mendominasi (83.9%) , dibanding kelompok eksklusivis (16.1%). Indeks kebhinekaan kelompok Eksklusivis mencapai 43.1 jauh lebih rendah dibanding Inklusivis (76.0).
“Indeks Potensi Radikalisme di Aceh mencapai 23.1 Dimensi sikap merupakan dimensi dengan indeks tertinggi (44.2),” kata Suraiya.
Sedangkan narasumber lainnya Kasubid Pengawasan BNPT RI H. Moch. Chairil Anwar menyampaikan sasaran mempengaruhi radikalisme dan terorisme lebih tinggi kepada perempuan dibanding pria. karena pelaku pria sangat mudah di curigai, sedangkan perempuan terkadang luput dari pengawasan aparat.
“Perempuan termasuk kelompok yang rentan sebagai korban dan pelaku. perempuan ini menyesuaikan Pola kelompok Terorisme (ISIS), dan dianggap efektif untuk mengelabui lawan,” jelas Moch. Chairil Anwar.
Moch. Chairl Anwar menjabarkan tren Keterlibatan Perempuan Pada Kelompok Radikal Extrimsm yakni 2009, Putri Munawaroh, istri dari Hadi Susilo, ditangkap karena terlibat ikut menyembunyikan Noordin M. Top. 2016, Istri Santoso dan 2 perempuan lainnya ikut bergerilsa di pegunungan di Poso, Sulawesi Tengah. 2017, Dian Yulia Novi ditangkap sesaat sebelum meledakkan ‘Bom Panci’ di area Istana Negara. 2018, Dita Operai bersama istri dan anak-anaknya meledakkan 4 gereja di Surabaya.
“Dalam catatan BNPT, sejak medio 2000-an hingga sekarang sudah ada sekitar 50 perempuan yang didakwa ikut terlibat aksi terorisme. Tren kasusnya menunjukkan gejala peningkatan, yaitu 13 kasus di tahun 2018.
Dijelaskan pula sejak beberapa tahun terakhir BNPT aktif melibatkan mantan narapidana terorisme untuk terlibat aktifitas pencegahan. BNPT juga mendorong kelompok masyarakat agar berperan aktif dalam Pencegahan Tindak Pidana Terorisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Acara Dialog “Perempuan Agen Perdamaian” yang digelar BNPT dan FKPT Aceh dibuka Wakil Walikota Banda Aceh Zainal Arifin. Menampilkan pembicara Kasubdit Pengawasan BNPT Republik Republik Indonesia H. Moch. Chairil Anwar, Komnas Perempuan dan BNPT Riri Khariroh, M.A dan Kabid Perempuan dan Anak FKPT Suraiya Kamaruzzaman, ST, L.LM., MT.
Hadir Ketua FKPT Dr Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Perwakilan Kesbangpol Aceh, Perwakilan Komandan Kodim 0101/BS, Perwakilan Kapolresta Banda Aceh, dan Perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anek.[]