Oleh : Misna Rahmika*
Sumber Materi : Kamal Khairi, Mahdi Usati, Andika Fikri (Pemateri dari agenda diskusi publik penyelenggara Gelung Opini dengan mengusung tema “Bisik-Berisik Di Kebun Kopi” pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020)
Kopi Gayo yang telah dikenal dunia sebagai kopi terbaik, saat ini mengalami berbagai kendala dalam laju penjualannya. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab, terlepas dari beberapa permasalahan pasar ekspor kopi gayo yang terindikasi mengandung zat kimia.
Namun demikian, petani kopi Gayo tetap harus memenuhi kebutuhan ekonomi dari hasil perkebunan kopi. Pertanyaannya, bagaimana petani kopi bisa bertahan dengan kondisi pandemi serta ditengah kehilangan kepercayaan pasar luar negeri terhadap kualitas kopi Gayo?
Perkebunan kopi gayo pada umumnya adalah perkebunan rakyat. Dimana hampir setiap petani kopi Gayo adalah pemilik tunggal dari perkebunan itu sendiri. Tentunya tidak terlepas dari dampak positif dan dampak negatif, setiap pemasaran kopi harus memiliki teknik yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sangat memungkinkan pada masa pandemi ini setiap elemen, pelaku kopi harusnya mengevalusi serta memperbaiki manajemen pasar untuk menstabilkan harga kopi jika dihadapkan pada permasalahan yang sama, atau untuk proses perkembangan pasar kopi Gayo dimasa mendatang.
Beberapa point yang dapat menjadi pertimbangan;
Menjaga kualitas kopi Gayo
Seperti yang diketahui bersama, beberapa kali isu tentang pengembalian dari pengiriman kopi Gayo tujuan ekspor dan hal ini terkait dengan zat kimia yang terkandung dalam kopi Gayo sangat mempengaruhi dinamika pasar kopi Gayo. Mengapa hal tersebut terjadi berulang kali? Bagaimana zat kimia bisa terindikasi dalam kopi Gayo?
Pernyataan akan fakta mendasar untuk menggambarkan kondisi kopi Gayo saat ini adalah sebagian besar kopi Gayo bukanlah kopi organik. Penggunaan pupuk dan berbagai macam jenis zat kimia pembasmi hama dan rumput sudah menjadi konsumsi wajib di perkebunan para petani di Gayo.
Hal ini tentu berpengaruh pada kopi secara langsung, dikarenakan sifat absorber pada kopi sehingga mempengaruhi rasa, aroma serta kualitas biji kopi.
Tentunya saat berbicara masalah kualitas, Kopi Gayo sudah dikenal dengan cita-rasa serta aromanya yang kuat. Dunia mengakui potensi kopi Gayo karena kualitas kopi yang dulunya masih menjaga habitat tumbuh, di rawat dengan sistem organik, serta proses pasca panen yang jujur.
Permasalahnya saat ini, dari habitat, sistem tanam, sistem perkebunan kopi, sistem pascapanen sudah bergeser dari nilai kopi Gayo yang diinginkan oleh pasar luar (Eropa-Amerika), sehingga muncul sistem pasar yang kian mempersulit laju pasar kopi Gayo itu sendiri, yang kita tahu sendiri 99% dari hasil kopi Gayo adalah komoditi ekspor dan hanya 1% lebihnya sebagai komoditi lokal.
Mengambil peran di rantai jual
Pada dasarnya kita mengetahui bahwa proses pemasaran kopi Gayo lebih dominan digeluti oleh pengusaha-penguasa dari luar daerah. Hal ini tentu berimbas pada sistematika peredaran uang, permainan harga yang tidak kondusif dalam proses pasar kopi itu sendiri.
Jadi pada dasarnya saat petani gayo merasa sulit di pasar kopi Gayo, pada saat itu juga rantai jual yang dipegang oleh orang lain (luar daerah) tidak merasa terganggu dengan bagaimanapun kondisi petani kopi itu sediri. Sebaiknya rantai nilai dari kopi Gayo dikuasai oleh petani itu sendiri, menguasai ilmu serta pasar kopi dari hulu ke-hilir sangat berdampak pada peluang pengembangan pasar lokal yang tentu menguntungkan untuk masyarakat di wilayah itu sendiri.
Menjadi petani kopi yang produktif dan berinovasi
Salah satu alternatif yang lebih efisien untuk membantu petani kopi dapat maksimal menjual kopi adalah dengan memaksimalkan potensi perkebunan yang dimiliki.
Hal ini berkaitan dengan tidak adanya sistem stock (simpanan) kopi disetiap rumah-rumah para petani kopi, tidak ada variasi produk dari hasil kebun kopi, kebun kopi di Gayo pada umumnya hanya menghasilkan kopi sebagai komoditi utama dan mengandalkan dua kali musim panen dalam setahun.
Secara keseluruhan petani kopi Gayo hanya fokus pada penjualan kopi dalam bentuk gelondong. Hal ini juga menjadi penghambat penjualan kopi saat terjadi penumpukan stock kopi digudang-gudang dan tangan-tangan para pengepul dengan berbagai alasan kondisi lainnya. Jika dicermati bersama, inovasi dari para petani sangat diharapkan dapat berkembang mengingat meningkatnya hasil panen kopi yang juga di dorong oleh meluasnya perkebunan kopi di Gayo.
Dukungan pasar untuk variasi produk kopi serta inovasi pemasaran kopi juga telah di dukung oleh sektor wisata, dimana wilayah Gayo saat ini telah dikenal secara internasional menjadi objek wisata kopi. Artinya hanya dibutuhkan kemauan dan konsistensi dari para petani untuk berinovasi dengan berbagai dukungan sistem yang telah membuka peluang agar komoditi kopi bisa bertahan dengan nilai jual yang lebih manusiawidi tanah kopi itu tumbuh.
Sistem resi gudang belum berjalan sesuai sistem yang seharusnya
Resi gudang kopi adalah sistem penyimpanan untuk membantu petani dalam penjualan kopi dengan sistem tunda jual. Artinya para petani, pengepul dapat mengajukan anggunan pada Bank yang telah bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk menjamin anggunan yang diajukan. Anggunan ini juga memiliki beban pembayaran suku bunga sebesar 13,6%.
Sistem resigudang juga sejauh ini belum bisa berkontribusi besar dalam penanggulangan anjloknya harga komoditi kopi. Beberapa sistem resigudang cenderung hanya bisa dimanfaatkan dan menyelamatkan para pengepul, pengusaha serta pihak ketiga (pengelola) resigudang itu sendiri.
Hal ini berkaitan dengan syarat hasil kopi yang bisa di-anggunkan pada resigudang adalah dalam bentuk greendbean dengan standar ekspor lainnya. Sedangkan yang kita ketahui, bahwa para petani kopi masih mengadalkan jual gelondong bahkan dalam situasi pandemi dan pada saat panen raya sekalipun. Karena itu bantuan pemerintah dari sistem resi gudang belum bisa menyentuh para petani kopi secara langsung.
Salah satu sistem yang bisa diusahakan pemerintah dalam masa sulit ini adalah dengan mensubsidi harga kopi, namun hal ini juga tentu memiliki berbagai kendala dan cara pandang berbeda untuk di wujudkan.
Meningkatkan minat serta peran generasi muda
Kopi adalah ujung tombak masyarakat Gayo pada umumnya. Komoditi utama yang menjadi matapencaharian serta kebanggaan masyarakat Gayo sendiri.
Bagaimana nasib kopi gayo dimasa mendatang jika para generasi Gayo tidak mengambil peran?
Dimasa mendatang, satu hal yang menjadi tugas penting selain mempertahankan serta meningkatkan kualitas kopi adalah menguasai pasar kopi itu sendiri.
Bagaimana tugas penting ini bisa diemban oleh generai Gayo adalah dengan menguasai ilmu kopi dari hulu ke-hilir, memaknai sejarah kopi Gayo itu sendiri, berani berinovasi dalam melahirkan produk-produk dengan bahan mentah kopi untuk meningkatkan volume penjualan kopi di pasar lokal, menguasai manajemen pasar internasional dan perkebunan kopi Gayo itu sendiri. Dan untuk saat ini, poin-poin tersebut dianggap lebih efisien dalam melahirkan ragam solusi atau alternatif guna menciptakan pasar kopi Gayo yang lebih beragam.
Tidak ada kopi yang lebih mahal dari kopi Gayo, namun sangat mungkin kopi Gayo tidak ada di masa depan jika tidak ada inovasi, masih adanya pemikiran bahwa profesi petani kopi adalah pilihan akhir (tidak adanya kebanggaan), tidak ada kemauan dan rasa peduli untuk mempertahankan kualitas kopi Gayo, mengembalikan ke-organikan rasa kopi Gayo, menjaga habitat tanam serta jika petani kopi Gayo mudah terbuai dengan branding “kopi terbaik”, janji-janji pemerintah pusat dan daerah, serta tidak mengambil peluang pasar kopi Gayo itu sendiri. Saat itu terjadi, maka kopi Gayo hanya akan menjadi cerita, dongeng di negerinya sendiri.

*Penulis adalah pemerhati sosial dan kopi