Catatan : Zuhra Ruhmi*
Sudah menjadi sunnatullah atas kelahiran insan ke dunia. Maka berlaku pula kewajiban manusia atas manusia lainnya.
Suka cita yang dirasakan dengan lafadz adzan atau iqamah menyambut tangis sang bayi ketika pertama kali lahir ke dunia.
Berlaku nilai agama dan adat untuk menyembelih aqiqah juga menyematkan nama. Nama-nama terbaik sebagai pengharapan atas karakter, akhlak juga prilaku anak.
Dibuatkan sedemikian indah, bermakna harap dengan bahasa tepat.
Jam berdenting, detik berlalu, menit berganti, jam silih, hari hingga tahun yang menahun.
Meninggalkan satu kewajiban menuju kewajiban lainnya, sunnat rasul dilaksanakan sebagai penyucian jasad yang sesuai syari’at.
Pendidikan di jalankan, ilmu akhirat, tak lupa juga ilmu dunia. Dari strata terendah hingga strata tertinggi. Kewajiban lainnya tiba, umur telah baligh, fikiran telah matang, ikhtiar untuk finansial diusahakan.
Lamaran ditunaikan, waktu ditentukan, akad diijab qabulkan. Kata “sah” dari para saksi menjadi syarat yang haram menjadi halal.
Maka metamorfosa namapun di mulai.
Gayo merupakan salah satu suku etnik yang ada di Indonesia yang mendiami wilayah Tengah dan sebagian Tenggara Provinsi Aceh. Memiliki adat dan budaya yang unik dan menarik. Salah satunya adalah metamorfosa atau pergantian panggilan di setiap fase kehidupan.
Di Gayo, seseorang dipanggil dengan nama pemberian orangtuanya ketika lahir hingga menikah. Setelah menikah dan menjadi pengantin baru, panggilannya berubah menjadi inen mayak atau aman mayak.
Fase hidup berjalan waktu berlalu, hingga sang pengantin baru dikatuniai anak. Maka metamorfosa selanjutnya berlaku.
Panggilan berubah dari inen mayak menjadi inen uwin (jika anak pertamanya laki-laki) atau inen ipak (jika anak pertamanya perempuan) pun begitu dengan pasangannya, panggilan berubah menjadi aman uwin atau aman ipak.
Belum selesai, hingha ketika memiliki cucu pertama panggilan akan berubah menjadi empun uwin atau empun ipak (sesuai nama cucu pertama). Meski di Gayo telah jarang di dengar sapaan Empun.
Panggilan tersebut adalah nama yang berbentuk “alibi” sebagai atribut bertujuan menghargai dan menghindari “kemali” atau pamali. Misalnya, seorang anak tabu menyebut nama ayah atau ibunya.
Jadi, jika Anda berdandang ke Gayo dan ingin mencari seseorang, maka pastikan Anda mengetahui nama anak pertamanya, karena bermodalkan nama akan sulit mencari alamat yang di tuju kecuali jika Anda bertanya langsung pada Reje (kepala desa) setempat.
*Penulis adalah redaktur pelaksana LintasGAYO.co juga masyarakat Gayo yang sedang menyandang sapaan inen mayak