Oleh : Fauzan Azima*
Tulisan singkat ini saya tujukan kepada aktivis; anti tambang, anti korupsi dan anti perambahan hutan yang hari-harinya berpacu dengan orang-orang yang senang mencari uang dengan mengeksploitasi alam dan mengeruk perut bumi, orang yang suka makan uang negara yang bukan haknya dan segelintir orang yang suka menebangi hutan tanpa peduli banjir dan erosi.
Secara fisik orang-orang yang punya hobi aneh; mencari uang dengan merusak alam dan korup, umumnya mereka kalangan tua yang pada masa mudanya kurang piknik, bisa kita sebut dia itu adalah “Pak tua” dibandingkan aktivis yang peduli lingkungan dan anti korupsi yang masih muda. Namun soal kematian hari ini bukan saja dominasi faktor usia lanjut. Tidak sedikit orang yang berakhir hidupnya pada usia yang relatif muda.
Maklumlah kehidupan orang-orang yang mempercepat kerusakan alam dan makan uang dari hasil korupsi hidupnya lebih sehat dan umurnya panjang karena faktor gizi dalam makanannya berlebihan. Bandingkan dengan umumnya aktivis pro kelestarian lingkungan dan anti rasuah yang dari penampakannya kurang sehat, meskipun dari sudut kebathinan sangat sehat, tetapi idealnya tubuh, bathin dan akal seimbang sehatnya.
Bercermin dari kenyataan itu, para aktivis kelestarian alam dan anti korupsi harus berfikir dan bekerja sepuluh kali lipat memikirkan kehidupannya lebih baik dibandingkan dari para perusak lingkungan dan koruptor. Dan tentu saja semua yang diraih para aktivis tingkat “kehalalan tayyibannya” harus seratus persen.
Makanan dan minuman yang masuk ke perut para aktivis harus benar-benar berkualitas, harus lebih tinggi kualitasnya dari makanan para perusak bumi dan koruptor itu. Begitu juga kopi yang diminum para aktivis harus kopi nomor satu agar meleknya berkualitas, setara dengan jaganya ahli ma’rifat.
Keyakinan kita perusak alam dan koruptor tidak akan menemukan nuansa rasa pada lidah mereka karena kemampuan memetakan rasa pada lidah adalah bagian dari keberkatan hidup. Dan keberkatan tidak akan pernah dinikmati oleh perusak alam dan koruptor.
Tidak harus mewah, makanan dan minuman para aktivis cukup empat sehat lima sempurna ditambah syukur atas rahmat Allah SWT dan amanah-amanah kepada makanan yang akan kita santap berasal dan berusul dari “Nur Muhammad” dan permintaan maaf dan izin kepada langit dan bumi, yakinlah suara kita akan lebih didengar dari para perusak alam dan koruptor itu.
Kehadiran aktivis harus bisa seperti “Anak Muda” Nabi Musa AS yang tongkatnya bisa berubah menjadi ular besar memakan ular-ular kecil milik penyihir-penyihir “Pak Tua” Fir’aun.
Kebiasaan atau tradisi para perusak lingkungan dan koruptor itu adalah berpesta. Segala bentuk keberhasilan yang mereka raih berakhir dengan pesta. Jangan sampai kematian para aktivis mereka rayakan dengan berpesta ria.
Kami sudah sering melihat mereka berpesta atas kesyahidan saudara-saudara kami antara tahun 2003-2005 pada masa Darurat Militer diberlakukan di Aceh. Besar harapan kami para aktivis tidak bernasib sama dengan kami. Mereka merayakan kematian aktivis karena tidak ada lagi manusia yang menghalangi penyaluran nafsunya.
Aktivis anti tambang, anti korupsi dan pengrusakan hutan adalah manusia mulia. Bukan seperti fikiran sesat “Pak Tua” itu bahwa para aktivis diragukan keislammnya. Mencari pembenaran dengan narasi agama untuk mengekploitasi alam dan perbuatan korup adalah bukti mereka menganut faham Machiavelli dengan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan impiannnya. Putuskan mata rantai anak cucu kita dari sifat tidak terpuji dan licik itu.
Alam semesta beserta isinya adalah medan para aktivis bergrilya. Sangat tidak wajar dan jangan pernah salahkan siapapun ketika kita kelaparan, kurang gizi, miskin, dan tidak berpengaruh. Masalahnya hanya kita tidak bekerja sepuluh kali lipat meraih dunia ini. Sudah menjadi Sunnatullah, aktivis akan punah jika tidak berjuang mendominasi dunia ini.
(Mendale, 5 Januari 2020)