Pelajaran dari Banjarmasin : Aceh Harusnya Punya Museum Perjuangan dan Perdamaian

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Banjarmasin sebagai Ibu kota Kalimantan Selatan banyak terdapat tempat kunjungan wisata. Salah satunya adalah Mesium Wasaka yang merupakan singkatan dari waja sampai ka puting atau berjuang sampai titik darah terakhir.

Mesium Wasaka terletak di Kampung Kenanga, Sungai Jingah, Kalimantan Selatan Utara dulunya rumah seorang bangsawan Banjar bernama Datu Jalal yang dibangun pada tahun 1810 oleh arsitek dari Singapura. Sehingga rumah tersebut bentuknya perpaduan antara Banjar, Dayak, Melayu dan China.

Di dalam mesium yang sederhana tersebut dipamerkan alat-alat perang berupa senjata, parang, mandau, keris, pisau, termasuk jimat berupa batu, pakaian dan keris Semar Mesem serta beberapa lukisan tokoh-tokoh kemerdekaan khususnya pejuang yang menentang agresi Belanda pada tahun 1945-1949 yang dipimpin oleh Brigjen Hasan Basri.

Secara keseluruhan mesium tersebut menggambarkan bahwa betapa gigihnya rakyat bumi Lambung Mangkurat itu menentang penjajahan. Segala daya upaya dilakukan untuk kemerdekaan. Terutama membuat senjata rakitan dengan mesin bubut sederhana. Hasil karya anak negeri itulah yang umumnya dipamamerkan dalam Mesium yang berada di bibir Sungai Martapura itu.

Saya kira Aceh soal berjuang sudah menjadi darah dagingnya. Berkonflik sudah menjadi “makanan” sehari-hari sampai terjadinya Penandatanganan Kesepakatann Damai RI-GAM pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinky. Belum terlalu lama, baru 14 tahun. Masih mudah mengumpulkan “alat bukti” bahwa Aceh memang gigih dalam mempertahankan hak hidupnya dan sangat menghormati perdamaian kalau sudah menjadi kesepakatan.

Aceh sudah punya Mesium Tsunami yang menjadi salah satu saksi bisu betapa dahsyatnya bencana alam yang merenggut 200 ribu nyawa orang Aceh dalam waktu beberapa menit. Akan tetapi masa konflik yang panjang di Aceh juga menyebabkan ratusan ribu nyawa melayang. Semua penderitaan rakyat Aceh akibat perang belum “terekam” pada satu tempat, yakni Mesium.

Keberadaan Mesium Perjuangan dan Perdamaian Aceh kelak harus terintegrasi, tidak bersifat parsial. Seluruh narasi di dalam mesium itu harus melibatkan para pihak yang berkonflik agar padu antara perjuangan dan perdamaian serta mencapai tujuan Aceh damai abadi terwujud. Amin Ya Allahu Akbar!

(Banjarmasin, 22 Desember 2019)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.