BANDA ACEH-LintasGAYO.co : Dalam kurun waktu 69 tahun (1940-2009) di Dataran Tinggi Gayo (Aceh Tengah-Bener Meriah) terus mengalami kenaikan suhu.
Data yang dihimpun dari guru besar Unsyiah, Prof. Dr. Abubakar Karim, menunjukkan sejak tahun itu hingga data per tahun 2009, suhu di Gayo mengalami kenaikan sebesar 2,62 derajat celcius.
“Dalam artian, pertahun mengalami kenaikan sebesar 0,05 derajat celcius,” kata dosen pengampu mata kuliah Etika Lingkungan, pada Program Studi Konservasi Sumber Daya Lahan untuk jenjang S-2 di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini.
Perubahan suhu tersebut kata Prof Karim dikarenakan prilaku hidup masyarakatnya, baik personal dan komunal.
“Perubahan sebesar itu hanya dilakukan dengan aktivitas kecil-kecilan saja, seperti merokok karena rokok menimbulkan asap. Lain lagi penggunaan bahan bakar dengan RON rendah,” katanya.
“Pembuangan sampah plastik juga mengakibatkan perubahan suhu. Karena sampah plastik butuh waktu lama untuk dekomposisi,” tambahnya.
Lain lagi, dengan pembuangan sampah plastik ke air seperti Danau Lut Tawar dan sungai. “Coba kita lihat kawasan Asir-Asir, Boom, sampai ke Lot Kala, banyak dijumpai sampah plastik yang dibuang ke air,” terangnya.
Hal yang paling sulit dilakukan dalam menjaga perubahan suhu adalah merubah prilaku masyarakat. “Orang-orang piknic ke Danau pasti selalu meninggalkan sampah plastik, hal ini menjadi beberapa indikator yang menyebabkan perubahan suhu, belum lagi alih fungsi lahan dan masih banyak lagi,” terangnya.
“Kalau soal solusi, ya hentikan kegiatan itu semuanya,” tambahnya lagi.
Ditanya keterkaitan perubahan suhu dengan akan beroperasinya tambang di Gayo, Prof Karim menjawab, “Dengan tidak adanya tambang saja, perubahan suhu cukup mengkhawatirkan. Tambang pasti menimbulkan efek dari segi lingkungannya,” tandas Prof Abubakar Karim.
[Darmawan Masri]