[Bag.2] Bupati Shabela Tak Sampai ke Batas : Malang Nian Nasib Kucing Angora

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Gaya hidup masyarakat Stocksund, kota pinggiran kelas atas di utara metropolitan Stockholm, Swedia, bukan rumah, mobil mewah atau tanah luas, tetapi kepemilikan anjing. Tidak ada rumah yang tidak ada anjingnya karena itu kebanggaan mereka.

Berbeda dengan masyarakat Stocksund, di Arab Saudi kebanggaan mereka adalah memiliki taman. Mereka merasa “tidak berkelas” kalau rumahnya tidak ada taman. Ketika Raja Salman mencari zuriatnya ke Bali melihat taman-taman yang indah, tanpa sadar berucap, “Hazdihil jannah!”

Berbeda dengan masyarakat Stocksund dan Arab Saudi, satu keluarga kecil pada “Negeri di atas awan” sangat bangga memiliki kucing angora atau “Anggora Turki” satu ras kucing domistik alami tertua. Sebagian orang menyebutnya “kucing angkara” yang memiliki bulu warna albino mata merah. Lebih bangga lagi, kucing angora peliharaan mereka sudah faham berkomunikasi walau dengan bahasa isyarat.

Pada tahun 2017, semakin lengkap kebahagiaan keluarga kecil ini dengan kelahiran anak laki-laki yang montok. Rumah kecil yang semula dihuni seorang ayah, ibu, pembantu dan kucing, kini semakin ramai dengan tangis dan tawa bayi. Kehidupan mereka tidak pernah sepi dari canda tawa.

Sampailah pada hari raya Idul Fitri, pembantu izin pulang kampung. Si bayi sejak lahir tidak diberi ASI, sudah dibiasakan minum susu bubuk Morinaga, promosinya sekelas dengan ASI. Stok susu sudah tidak ada lagi di rumah, tidak tahu kepada siapa lagi minta tolong. Sementara suaminya juga sedang berlebaran ke rumah saudaranya.

“Angora, titip adik bayi ini ya? Kamu jaga baik-baik, ibu beli susu sebentar,” pesan ibu muda itu, dan kucing angora mengangguk penuh pengertian.

Tidak begitu lama, ibu muda itupun kembali. Kucing angora menyambutnya di depan pintu, mulutnya penuh darah. Ibu muda itu kalap, berfikir kucing angora telah memakan bayinya. Dalam puncak emosinya, ibu muda itu memukuli kucing angora kesayangannya itu sampai mati.

Ibu muda itu berlari ke kamar bayi, alangkah terkejutnya dia melihat bayi tertawa gembira melihat ibunya datang, sementara di samping bayi itu ular sanca besar mati tercabik-cabik.

“Ya Allah! Ternyata angora telah menyelamatkan bayiku!” tangisnya meledak penuh penyesalan.

Demikianlah perumpamaan Bupati Shabela memberlakukan orang-orang yang setia kepadanya; disumpahserapahi, diusir dan dibunuh karakternya. Namun pada saatnya Bupati Shabela akan menyesal seumur hidup, bahkan bisa jadi mengalami kebutaan permanen karena tidak kuasa menahan tangis sedih.

(Mendale, 8 Juni 2019)

Baca ; [Bag.1] Bupati Shabela Tak Sampai Ke Batas ; Do’a Hampir Sampai Ke Langit Ke-7

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.