Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Cahaya dari Timur dengan ilmu pengetahuan menerangi alam semesta hingga ufuk Barat, wilayah Timur menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan atas usaha para intelektual Islam yang benar-benar mencintai ilmu dan melahirkan berbagai macam disiplin ilmu. Disisi lain dibelahan dunia Barat sedang dilanda kegelapan karena jauh dari geliat perkembangan ilmu pengetahuan.
Barat pada mulanya berada dalam kegelapan (abad pertengahan dalam sejarah perkembangan dunia Barat) sejak abad ke-16 Barat memancarkan cahaya baru dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahun.
Oleh karena itu, Prof. Dr. Al Yasa’ Abubakar (Guru Besar UIN Ar-Raniry) mengatakan “Umat Islam tidak perlu malu sekiranya harus mengaku bahwa untuk mengejar ketertinggalan dalam berbagai bidang pengetahuan, ilmu, teknologi serta filsafat harus belajar ke Barat, tidak boleh menutup diri.” (Prof. Dr. Al Yasa’ Abubakar, Metode Istislahiah: Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dalam Ushul Fiqh, Banda Aceh: Bandar Publishing, 2012, hlm. 275.
Sir Francis Bacon dalam risalahnya, de Haeresibus (1597) mengatakan “Ilmu adalah kekuatan” (Ipsa scientia potestas est). Bahwa hegemoni militer, politik dan ekonomi akan tumbang jika tidak didukung oleh pengetahuan.
Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani, 2008, hlm. 48. Dr. ‘Aidh al-Qarni dalam bukunya La Tahzan menuliskan ilmu adalah cahaya bagi hati nurani, kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat.
Dari paparan di atas tentang ilmu pengetahuan bahwa ilmu merupakan pondasi yang sangat penting dalam peradaban umat manusia dan sepanjang sejarah hingga masa yang akan datang.
Islam pernah berjaya dengan ilmu pengetahuan namun itu masa lalu, maka dari itu umat Islam yang hidup di zaman sekarang ini harus move on dari nostalgia-nostalgia keindahan masa lalu. Saat ini, justru wilayah Barat yang berkembang dalam ilmu pengetahuan dan para orientalis sibuk belajar bahkan orientalis sangat menikmati lezatnya ilmu-ilmu yang berasal dari Islam.
Ajaran Islam sangat memuliakan yang namanya ilmu pengetahuan, salah satu buktinya adalah firman Allah Swt dalam surat al-Mujadilah ayat 11: “Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat….” dan banyak sabda-sabda nabi Muhammad Saw tentang keutamaan ilmu bagi seorang muslim, seperti “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menujur surga (HR. Muslim).
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk membaca (Iqra) filosofi membaca mempunyai makna yang luas jika manusia menggunakan pikirannya dengan baik dan memfungsikan akalnya dengan akal sehat. Dengan membaca inilah cahaya berasal dari Timur pada masa silam sehingga salah satu khas model pembelajaran Timur adalah Bayani (penjelasan yang berasal dari teks).
‘Dunia Terbalik’ begitulah kira-kira kata yang sering kita dengar, tradisi membaca berasal dari wilayah Timur justru dewasa ini penggila membaca berada di wilayah Barat.
Allah memberikan akal kepada manusia supaya bisa berpikir seluas-luasnya tentang kekuasaan Allah dan menyelami lautan ilmu yang diberikan kepada manusia. Namun apa yang terjadi, justru umat Islam sendiri tertutup pikirannya (jumud) dan para orientalis yang justru membuka wawasan mereka dengan mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu keislaman.
Akibat kejumudan umat Islam sehingga terjadilah kefanatikan yang berlebihan (ghuluw) terhadap satu kelompok (firqah) dan memandang kelompok lain sebagai musuh yang harus dimusuhi, keluar kata-kata saling mengkafirkan, membidahkan, menyesatkan dan haram-mengharamkan seseorang/kelompok lain
Akibat dari semua itu sesama umat Islam saling membully, menebar kebencian, menghina , memfitnah, mengadu domba, merasa kelompoknya paling benar dan merendahkan kelompok lain. Inilah gambaran umum yang terjadi di depan mata kita, para orientalis sibuk belajar dan sungguh-sungguh mempelajari Islam sementara sebagian umat Islam sibuk membully antar sesama.
Kemunduran Islam dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Pemikir Islam kelahiran Aljazair Muhammad Arkoun mengatakan “Kemunduran Islam disebabkan karena umat Islam tertutup dari berbagai pengetahuan modern” begitu juga dengan teolog asal Mesir Muhammad Abduh mengatakan “Islam tertutup oleh umat Islam.”
Dari dua tokoh pemikir Islam ini dapat kita ketahui bahwa kemunduran Islam karena tertutupnya pikiran (jumud) dalam kancah ilmu pengetahuan.
Musuh umat Islam dalam ilmu pengetahuan adalah kejumudan, oleh karena itu; kita harus membebaskan pikiran-pikiran dari belenggu kejumudan dengan melakukan spektrum bahan bacaan dan membudayakan tradisi membaca yang merupakan peradaban Islam yang tak terpisahkan dalam ilmu pengetahuan.
Sementara itu, Badiuzzaman Said Nursi dalam novel penggugah jiwa Api Tauhid karya Habiburrahman el-Shirazy mengatakan, ada enam penyakit mematikan dalam menghambat kemajuan Islam, yaitu: pertama, mewabahnya keputusasaan, yang faktor pemicunya ada dalam diri sendiri. Kedua, atinya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik. Ketiga, suka kepada permusuhan. Keempat, mengabaikan tali cahaya yang menyatukan sesama orang mukmin. Kelima, penindasan yang menyebar seumpama penyakit menular dan yang keenam perhatian yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi.
Suka kepada permusuhan, bukankah ini yang sedang terjadi di bangsa tercinta kita? bangsa Indonesia masih jauh dari budaya membaca maka tidak heran masyarakatnya mudah diprovokasi dan memprovokasi sehingga menimbulkan permusuhan hanya karena kepentingan politik pribadi dan kelompok masing-masing. Lagi-lagi para orientalis sibuk belajar sementara kita sibuk membully.
Memperdalami ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu apa saja dengan membuka cakrawala pemikiran (inklusif) atau mematikan kejumudan dalam diri, semoga membawa kita kepada secercah cahaya kemajuan dan menutup lobang-lobang kegelapan yang menyiksa.
*Penulis Kolumnis LintasGAYO.co