Begini Tradisi Kenduri Kematian di Gayo

oleh

BANDA ACEH-LintasGAYO.co : Salah satu rangkaian tradisi masyarakat Aceh yang turut diperlombakan dalam ajang PKA 7 adalah tradisi expedisi kenduri kematian dipusatkan di arena lomba lokasi Taman Ratu Syafiatuddin Banda Aceh pada Selasa 7 Agustus 2018.

Setiap daerah menampilkan tatacara laksana dan bahan-bahan yang dipersiapkan dalam melaksanakan prosesi adat kenduri kematian tersebut.

Tim Bener Meriah dan Aceh Tengah diwakili kelompok Ibu-Ibu PPK yang didampingi oleh pimpinan daerah. Pembacaan sinopsis kenduri kematian (sinte mate, Gayo-Red) dari Kabupaten Bener Meriah dibacakan oleh Kadis Parawisata dan Olah Raga, Drs. Haili Yoga didampingi oleh perwakilan DPRK Bener Meriah, Darwinsyah, berikut tatacara dan bahan dipersiapkan dalam rangka prosesi Kenduri Kematian.

Dalam tradisi masyarakat Gayo, ketika ada seorang muslim meninggal dunia, maka pihak keluarga akan mengadakan selamatan kenduri dihari ke 44  (sawah lo) dihadiri oleh keluarga dan tetangga untuk membacakan tahlilan dan do’a keselamatan secara berjama’ah yang di nakhodai oleh Tgk Imem atau orang dipercaya keluarga yang disertai dengan jamuan makan bersama.

Dalam hajatan kenduri 44 hari ini, keluarga yang meninggal menyiapkan bahan makanan terdiri dari dua tahapan yakni makan siang dan makan malam.

Pada acara siang, pihak keluarga menyiapkan makanan dengan istilah makanan empat perkara. Pihak keluarga ahlul bait melakukan penyerahan kepada orang yang memimpin do’a berupa beras 1 bambu, pinang 3 buah, 14 lembar daun sirih, gambir, konyel (sejenis kulit kayu) dan satu buah jarum yang ditusukan kedalam kunyit.

Selanjutnya disiapkan batil berisikan sirih, sepiring pulut bersempelah ilang (beras ketan yang sudah masak dicampuri dengan gula aren), Apam bekuah sebanyak 44 buah, bertih (padi sangrai), pisang dan telur yang sudah matang, dua piring nasi putih dan gulai ayam, bermacam ikan, segelas air putih, tiga gelas kopi, sedikit garam yang disediakan di dalam piring kecil, cuci tangan dan bermbagai kue yang disukai almarhum semasa dia hidup dan diakhiri dengan makan siang bersama jama’ah tahlilan.

Sementara pada malam, biasanya pengajian dan tahlilan dilaksanakan, setelah shalat Isya yang dihadiri keluarga dan tetangga.

Seperti biasanya ahlul bait juga menyuguhkan ketan ukuran 7 mug susu ditambah dengan satu ekor ayam panggang, dan setelah membacakan do’a dan tahlilan, jama’ah yang hadir disuguhkan kembali pulut/ ketan dan ayam panggang.

“Semoga kegiatan ini dapat memberikan pemahaman terkait tradisi kenduri sinte mate yang perlu dilestarikan,” terang Kadis Parawisata, Pemuda dan Olah Raga Bener Meriah tersebut dihadapan tim juri dan peserta lomba yang hadir dari 23 kabupaten/kota di Aceh.

Sajian makanan sawah lo di stand Aceh Tengah pada Festival kenduri kematian (Ist)

 

Hal yang sama juga disampaikan juru bicara tim penggerak PKK Aceh Tengah, dalam lomba ini Ibu Wakil Bupati Ny. Firdaus SKM, membacakan sinopsis Kenduri Kematian tersebut didampingi Wakil Bupati H. Firdaus SKM dan pengurus penggerak PKK di Kabupaten tersebut. [GM]

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.