Bom Penghancur: Kafir, Bid’ah dan Sesat

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Menghindari manusia berbahaya bagi manusia lainnya dan menjadi manusia bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Kelompok manusia yang paling berbahaya bagi manusia lainnya adalah manusia yang mudah mengeluarkan kata-kata yang tak enak didengar, yaitu: kamu kafir, kamu bid’ah dan kamu sesat. Bahkan kelompok manusia berbahaya tersebut mengklaim bahwa kelompok kamilah yang paling benar sedangkan kelompok kalian salah.

Tumpulnya pemahaman umat Islam terhadap ajaran Islam, taqlid buta terhadap orang yang diikutinya/gurunya melahirkan fanatisme karena kesakralan suatu pendapat yang diikuti oleh seseorang mendorongnya sikap fanatik yang cenderung mudah menyalahkan orang lain dan mengklaim dirinya paling benar.

Kata-kata kafir, bid’ah dan sesat yang terucap dari bibir, inilah kata-kata yang menghancurkan ukhuwah Islamiah antar sesama umat Islam dan ketiga kata ini ibarat bom penghancur. Oleh karena itu, untuk tidak mudah menyalahkan orang lain tanpa ada dasar argumen yang kuat maka kita harus mempelari ilmu Islam secara luas tanpa ada dikotomi ilmu pengetahuan. Semakin banyak kita mempelajari ilmu pengetahuan maka semakin banyak kita tahu, semakin banyak kita tahu maka semakin bijaklah kita dalam berpikir, karena pikiran butuh yang namanya pengasahan agar tajam dalam berpikir dan itu hanya ada pada banyaknya kita mengetahui/membaca tentang ilmu-ilmu keIslaman.

Dimensi Islam terbagi atas tiga bagian yang tak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, ketiga dimensi tersebut adalah: aqidah, syariat dan akhlak. Dari aqidah melahirkan yang namanya ilmu tauhid atau ilmu kalam/theologi dan para pakarnya disebut dengan mutakallimin. Ilmu kalam bertautan dengan soal-soal keyakinan/kepercayaan (aqidah) yang bercorak rasio (akal-pikiran), filsuf Al-Farabi mengatakan ilmu kalam/theologi untuk menguatkan aqidah.

Dalam ilmu kalam mempunyai berbagai macam aliran dalam Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw “Umat Yahudi terpecah menjadi 71 kelompok, umat Nasrani terpecah menjadi 72 kelompok dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok. Seluruhnya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa kelompok yang satu itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kelompok yang berada di atas apa yang aku dan sahabatku di atasnya.”

Aliran-aliran dalam Islam yang sering kita dengar seperti Ahlusunnah, Syi’ah, Wahabi, Salaf dan masih banyak aliran lain mempunyai pandangan masing-masing tentang keyakinan yang mereka pegang, setiap aliran berpendapat bahwa aliran merekalah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah dan Al-qur’an. Oleh karena itu untuk mengetahui doktrin dari setiap aliran tersebut hendaklah kita mempelajari serta mengkaji sejarah dan keyakinan berbagai aliran, agama maupun mazhab dengan tujuan mengetahui berbagai sisi persamaan dan perbedaannya.

Membela dan mempertahankan aliran yang benar dan menolak aliran yang keliru berdasarkan pada pengetahuan informasi yang jelas, serta melakukan penilaian berdasarkan kenyataan demi mencari kebenaran. Kalau orang tidak mempunyai pengetahuan dari setiap aliran yang ada dalam ilmu kalam maka akan mudah keluar dari bibir kata-kata kafir, maka dari itu hendaklah bijak dalam berpikir jika tidak mempunyai ilmu yang mendalam terhadap kajian ilmu kalam dan janganlah mudah menyalahkan orang lain dengan sebutan kata-kata kafir.

Dimensi yang kedua dari Islam adalah syariat, yang mana dimensi ini melahirkan ilmu fiqh/hukum, serta para pakarnya disebut dengan fuqaha. Ilmu fiqh mengambil hukum (istinbat) sesuatu yang tidak dijelaskan dalam Al-qur’an maupun hadis Nabi Muhammad saw, maka dari itu fiqh membicarakan soal-soal yang furu’ (bertalian dengan perbuatan). Dalam fiqh juga melahirkan mazhab-mazhab yang familiar ditelinga kita yaitu mazhab Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah dan Hanabillah, selain yang empat masih ada mazhab-mazhab lain seperti Mazhab Ja’fariah dan lain sebagainya.

Antara mazhab satu dengan mazhab lain mempunyai perbedaan dan pemahaman terhadap hukum Islam, maka dari itu bagi yang fanatik terhadap satu mazhab dan menyalahkan mazhab lain terucap dari bibir manisnya kata-kata bid’ah. Bertengkar antara satu dengan yang lain bahkan dalam satu masjid pun bisa berkelahi (tidak lagi bertutur sapa antar sesama jama’ah) hanya gara-gara perbedaan pandangan soal furu’ dan ini adalah kelemahan dan ketumpulan ilmu yang dimiliki sehingga mudah menyalahkan orang lain dengan kata-kata bid’ah.

Dimensi ketiga dari Islam adalah akhlak, yang mana akhlak ini melahirkan ilmu tasawuf dan para pakarnya disebut dengan sufi. Tasawuf adalah sesuatu yang mystik, bertujuan merasai aqidah dengan hati nurani; objek kajian dalam tasawuf ialah manusia yang berurusan dengan hati atau jiwa. Tasawuf membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan bila hati sudah bersih akan baik pula kehidupannya dengan hiasan akhlak-akhlak yang mulia.

Secara umum tasawuf terbagi menjadi dua aliran yaitu tasawuf falsafi dan tasawuf akhlaki, yang menjadi polemik dalam tasawuf ini adalah aliran tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasioanl sebagai dasarnya; yang mana tasawuf falsafi ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Maka ketika membaca tasawufnya Al-Hallaj dengan Hululnya, Abu Yazid Al-Bustami dengan Ittihadnya, Wahdatul Wujudnya sufi Ibn Arabi serta sufi Aceh Hamzah Fansuri, Syamsuddin As-sumatrani maka orang-orang yang tidak paham aliran tasawuf falasafi ini akan mudah terucap dari bibirnya kata-kata sesat.

Para sufi aliran falsafi ini dituduh membawa ajaran sesat sehingga mereka dibunuh dan karya-karya fenomenal mereka dibakar, seperti karya sufi aceh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As-sumatrani dibakar karyanya pada masa silam. Para sufi bermain dalam wilayah bathin (hati), oleh karena itu hanya mereka yang tahu bagaimana keadaanya (perasaanya ketika beribadah kepada Allah) sedangkan orang lain tidak dapat memahami apa yang mereka rasakan karena mereka telah mencapai maqamat tertinggi.

Aqidah/ilmu kalam, syariat/ilmu fiqh dan akhlak/ilmu tasawuf merupakan bangunan yang ada dalam Islam oleh karena itu ketiga dimensi tersebut seharusnya dikuasai oleh pemeluk agama Islam sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dan tidak mudah mengeluarkan kata-kata kafir, bid’ah dan sesat yang dapat menghancurkan ukhuwah Islamiah. Namun apa daya dalam kehidupan bermasyarakat banyak tergores dan terucap kata-kata tersebut dari orang-orang yang tumpul pemahamannya tentang Islam atau kolotnya dalam berpikir serta dari orang-orang yang taqlid buta dan inilah manusia yang paling berbahaya bagi manusia lainnya. Semoga kita terhindar dari kelompok manusia berbahaya bagi manusia lainnya dan mudah-mudahan menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

*Student of Theology and Philosophy

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.